Rabu, 16 Januari 2013

Yang Ariya Kisa Gotami Theri



Orang yang pikirannya melekat pada anak-anak dan ternak peliharaannya, 
maka kematian akan menyeret dan menghanyutkannya, 
seperti banjir besar menghanyutkan sebuah desa yang tertidur.

Kisa Gotami adalah seorang gadis dari sebuah keluarga miskin di kota Savatthi. Nama sebenarnya adalah "Gotami". Tetapi karena tubuhnya yang kurus maka dia dipanggil "Kisa". Setiap orang yang melihat Kisa Gotami berjalan, dengan badannya yang tinggi dan kurus, tak seorang pun dapat melihat kebaikan yang ada di dalam dirinya.


Kisa Gotami sulit mendapatkan suami karena miskin dan tidak memilik daya tarik. Namun secara tak terduga kebaikan Kisa Gotami terlihat oleh seorang pedagang kaya yang menganggap bahwa kebaikan tidak dapat dilihat dari penampilan luar saja. Pedagang kaya itu kemudian menikahi Kisa Gotami.


Kisa Gotami tidak menduga ternyata keluarga suaminya memandang rendah dirinya karena kasta, kemiskinan, dan penampilan dirinya. Hal-hal tersebut membuat Kisa Gotami sangat menderita, terutama karena suaminya tercinta harus menghadapi konflik antara orang-orang yang ia sayangi, yaitu orangtua dan isterinya.


Waktu terus berlalu, lahirlah seorang bayi laki-laki dari pernikahannya itu. Kisa Gotami mulai diterima dan dihormati oleh seluruh keluarga suaminya. Dia sangat bahagia, tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, anaknya tersebut meninggal dunia ketika ia baru saja belajar berjalan. Kematian anaknya itu membuat Kisa Gotami sangat sedih dan amat takut."Akankah keluarga suamiku memandang rendah dan menyalahkan diriku atas semua yang telah terjadi?"

"O, tidak, aku harus berbuat sesuatu", pikirannya amat kalut.
Kejadian tersebut membuat Kisa Gotami menjadi gila, apalagi dia tidak pernah melihat kematian sebelumnya. Kisa Gotami tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya telah meninggal, dia menganggap anaknya hanya sakit dan harus mendapatkan obat untuk menyembuhkannya.

Dengan menggendong anaknya, Kisa Gotami meminta obat dari rumah ke rumah 
"Tolong..., oh tolonglah, berikanlah obat untuk anakku yang sakit ini", ucapnya dengan penuh pengharapan.


Tidak sedikit orang yang mengejeknya tanpa perasaan, namun ada seorang baik hati dan bijaksana yang iba melihatnya, kemudian dia menasihatinya untuk menemui Sang Buddha. 

"Saudari, pergilah kepada Sang Buddha, Beliau memiliki obat yang kamu butuhkan", kata orang baik hati dan bijaksana itu.

Dengan bergegas Kisa Gotami menemui Sang Buddha di Jetavana, di kediaman Anathapindika, di mana Sang Buddha sedang bermalam. Kemudian Kisa Gotami memohon kepada Sang Buddha, 
"Yang Mulia.... tolong ...... tolonglah…… berikanlah obat yang dapat menyembuhkan anakku yang sakit ini."


Lalu Sang Buddha menjawab, 
"Gotami, mintalah segenggam biji lada dari rumah keluarga yang belum pernah mengalami kematian."


"Baik, Yang Mulia," Kisa Gotami berkata dengan pikiran gembira.

Dengan membawa anaknya yang telah meninggal dunia itu, Kisa Gotami pergi dari rumah ke rumah, untuk meminta segenggam biji lada.
"Bolehkah saya meminta segenggam biji lada?" tanya Kisa Gotami. 
"Oh ... tentu saja," jawab si tuan rumah, kemudian diberikanlah segenggam biji lada kepada Kisa Gotami.


Kemudian Kisa Gotami bertanya lagi, 
"Apakah di rumah ini tidak pernah mengalami kematian dari salah satu anggota keluarga." 
"Tentu saja pernah", jawab si tuan rumah. Kemudian Kisa Gotami meninggalkan rumah tersebut dan menanyakan hal yang sama ke rumah-rumah lainnya. Setiap orang ingin menolongnya, tetapi ia tidak pernah menemukan sebuah rumah pun dimana kematian dari anggota keluarga belum pernah terjadi.


Hari sudah menjelang malam dan akhirnya Kisa Gotami menyadari bahwa bukan hanya ia seorang yang terpukul karena kematian orang yang disayangi.


Ternyata terdapat banyak orang yang telah meninggal dunia, ini merupakan segi-segi kehidupan manusia. Kisa Gotami menjadi sadar dan mengerti bahwa pada setiap kelahiran pasti ada kematian.

Tak lama setelah menyadari hal ini, sikap terhadap anaknya yang telah meninggal dunia berubah. Ia tidak lagi melekat kepada anaknya. Kisa Gotami memakamkan anaknya di hutan dan kembali kepada Sang Buddha. 


" Sudahkah kamu mendapatkan biji lada, Gotami?" tanya Sang Buddha.
"Yang Mulia, Saya tidak mendapatkan segenggam biji lada dari rumah yang keluarganya belum pernah mengalami kematian," jawab Kisa Gotami.

Kemudian Sang Buddha berkata, 
"Gotami, kamu berpikir bahwa hanya kamu yang kehilangan seorang anak, sekarang kamu menyadari bahwa kematian terjadi pada semua makhluk. Sebelum keinginan mereka terpuaskan, kematian telah menjemputnya."


Mendengar hal ini, Kisa Gotami benar-benar menyadari akan ketidakkekalan, ketidakpuasan dan tanpa inti dari kelompok kehidupan dan mencapai tingkat kesucian Sotapatti dan memohon ditahbiskan untuk menjadi bhikkhuni. Kisa Gotami memberikan penghormatan kepada Sang Buddha dengan bernamaskara. Kemudian memohon ditahbiskan menjadi anggota Sangha Bhikkhuni.


Tak lama setelah menjadi bhikkhuni, Kisa Gotami mempelajari sebab-sebab kemunculan dari benda-benda. Pada suatu hari, ketika Kisa Gotami sedang menyalakan beberapa lampu, ia melihat beberapa api lampu mati dan yang lainnya masih menyala. Tiba-tiba Kisa Gotami mengerti dengan jelas timbul dan tenggelamnya kehidupan makhluk. Sang Buddha dengan kemampuan-Nya yang luar biasa melihat dari Vihara Jetavana, mengirimkan seberkas sinar serta menampakkan diri-Nya di hadapan Kisa Gotami. Sang Buddha berkata kepada Kisa Gotami untuk meneruskan meditasi dengan objek ketidakkekalan dari kehidupan makhluk dan berjuang keras untuk mencapai Nibbana.


Kemudian Sang Buddha membabarkan syair Dhammapada 114 berikut:


"Walaupun seseorang hidup seratus tahun, 

tetapi tidak dapat melihat keadaan tanpa kematian (Nibbana), 
sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang dapat melihat "keadaan tanpa kematian"."

Kisa Gotami mencapai Tingkat Kesucian Arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir.


sumber : www.samaggi-phala.or.id











Sabtu, 12 Januari 2013

Yang Ariya Khema Theri



Seseorang yang pengetahuannya dalam, pandai, 
dan terlatih dalam membedakan jalan yang benar dan salah, 
yang telah mencapai tujuan tertinggi, maka ia Kusebut seorang "Brahmana "

Khema berasal dari keluarga yang berkuasa di Desa Sagala Magadha. Ia sangat cantik, kulitnya berwarna kuning keemasan. Kecantikan Khema tersebut membuat Raja Bimbisara meminang Khema dan menjadikannya sebagai permaisuri.

Ratu Khema, amat memuja kecantikan wajahnya. Namun ia pernah mendengar bahwa Sang Buddha mengatakan bahwa kecantikan bukan hal yang utama, dan karena itu Ratu Khema menghindar untuk berjumpa dengan Sang Buddha. Raja Bimbisara mengerti sikap Ratu Khema terhadap Sang Buddha, ia juga mengetahui betapa istrinya amat mengagumi kecantikan wajahnya, lalu meminta pengarang lagu untuk menciptakan sebuah lagu yang isinya memuji keindahan hutan Veluvana. Lagu itu kemudian dinyanyikan oleh para penyanyi terkenal.

Ketika Ratu Khema mendengar lagu tersebut menjadi penasaran, karena hutan Veluvana yang digambarkan sebagai suatu tempat yang indah itu belum pernah ia dengar dan lihat sendiri.
"Kalian bernyanyi tentang hutan yang mana?" , tanya Ratu Khema kepada para penyanyi.
"Paduka Ratu, kami bernyanyi tentang tentang hutan Veluvana", jawab mereka.
Setelah mendengar lagu dari penyanyi tersebut Ratu Khema lalu menjadi ingin sekali mengunjungi hutan Veluvana.
Sang Buddha yang pada saat itu sedang berkumpul membabarkan Dhamma kepada murid-murid-Nya, mengetahui kedatangan Ratu Khema, lalu Sang Buddha menciptakan bayangan seorang wanita muda yang amat cantik, berdiri di samping-Nya.

Ketika Ratu Khema mendekat, ia melihat bayangan wanita muda yang amat cantik, ia berpikir, "Yang saya ketahui Sang Buddha selalu berkata bahwa kecantikan bukanlah hal yang paling utama. Tetapi di sisi Sang Buddha sekarang berdiri seorang wanita yang kecantikannya luar biasa. Saya belum pernah melihat wanita secantik ini", ucap ratu Khema dengan kagum. Ratu Khema tidak mendengarkan kata-kata yang diucapkan Sang Buddha, pandangannya hanya tertuju kepada bayangan wanita cantik di sisi Sang Buddha.

Sang Buddha mengetahui bahwa Ratu Khema amat serius memperhatikan bayangan wanita cantik itu, lalu Sang Buddha mengubah bayangan wanita muda yang amat cantik itu perlahan-lahan menjadi wanita tua, berubah terus sampai akhirnya yang tersisa hanyalah setumpuk tulang belulang. Ratu Khema yang memperhatikan semua itu lalu berkesimpulan, "Pada suatu saat nanti, wajah yang muda dan cantik itu akan berubah menjadi tua, rapuh lalu mati. Ah, semua itu bukan kenyataan!"

Sang Buddha mengetahui apa yang ada dalam pikirannya, lalu berkata,
"Khema, inilah kenyataan perubahan dari kecantikan wajah. Sekarang lihatlah semua kenyataan ini."

Sang Buddha lalu mengucapkan syair,

"Khema, lihatlah paduan unsur-unsur ini, berpenyakit, penuh kekotoran dan akhirnya membusuk. 
Tipu daya dan kemelekatan adalah keinginan orang bodoh".

Ketika Sang Buddha selesai mengucapkan syair ini Ratu Khema mencapai Tingkat kesucian Pertama (Sottapana). Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya, "Khema, semua mahluk di dunia ini, hanyut dalam nafsu indria, dipenuhi oleh rasa kebencian, diperdaya oleh khayalan, mereka tidak dapat mencapai pantai bahagia, tetapi hanya hilir mudik di tepi sebelah sini saja".

Sang Buddha lalu mengucapkan syair,

"Mereka yang bergembira dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam arus (kehidupan), 
seperti laba-laba yang jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri. 
Tetapi para bijaksana dapat memutuskan belenggu itu, 
mereka meninggalkan kehidupan duniawi, 
tanpa ikatan serta melepas kesenangan-kesenangan indria".

(Dhammapada, Tanha Vagga )

Setelah Sang Buddha selesai mengucapkan syairnya, Khema mencapai Tingkat Kesucian Arahat. Sang Buddha lalu berkata kepada Raja Bimbimsara,
"Baginda, Khema lebih baik meninggalkan keduniawian ataukah mencapai nibbana?"

Raja Bimbisara menjawab, "Yang Mulia, izinkanlah ia memasuki Sangha bhikkuni, jangan dulu mencapai nibbana!"

Khema meninggalkan keduniawian dan menjadi salah satu murid Sang Buddha yang terkemuka.


sumber : www.samaggi-phala.or.id


Sangha Bhikkhuni



Setelah penahbisan Maha Pajapati Gotami menjadi bhikkhuni, pada saat itu pula sejumlah besar wanita ikut memasuki Sangha Bhikkhuni. Banyak di antara mereka adalah wanita-wanita terkemuka pada masa itu.

Yasodhara, ibu dari Yang Mulia Rahula, yang telah lama ingin sekali meninggalkan kehidupan duniawi segera memasuki Sangha Bhikkhuni dan terkenal sebagai Bhaddakaccana.

Janapada Kalyani yang tidak jadi menikah dengan Pangeran Nanda karena menjadi bhikkhu atas dorongan Sang Buddha ketika Beliau berkunjung ke Kapilavatthu untuk pertama kalinya, memasuki Sangha Bhikkhuni bersama dengan Yasodhara.

Nanda, anak Maha Pajapati Gotami, memasuki Sangha Bhikkhuni ketika ia mengetahui bahwa ibunya dan Yasodhara menjadi bhikkhuni. Ia sangat terkenal sebagai ratu yang amat cantik, dan tidak ingin bertemu Sang Buddha karena Beliau diketahui tidak memandang tinggi kecantikan seseorang, tetapi ia mendengar Ajaran Sang Buddha dari orang lain. Ketika Sang Buddha berkata bahwa seseorang harus datang sendiri untuk mendengar AjaranNya, ia mendatangi Sang Buddha. Di sana ia melihat seorang wanita yang lebih cantik dari dirinya sedang mengipasi Sang Buddha, tetapi tidak berapa lama kemudian wanita itu menjadi tua dan keriput. Nanda memperhatikan dengan seksama apa yang dilihatnya, dan akhirnya mencapai tingkat kesucian tertinggi, menjadi Arahat.

Khema, mempunyai kulit bersinar keemasan, adalah seorang puteri dari kota Sagala yang kemudian menjadi permaisuri Raja Bimbisara. Ia amat bangga dengan kecantikannya dan ia tidak ingin menemui Sang Buddha yang ketika itu berada di Hutan Bambu, karena mendengar bahwa Sang Buddha tidak memandang tinggi kecantikan seorang wanita. Ketika raja lalu meminta pujangga membuat syair tentang keindahan Hutan Bambu, ia berminat untuk pergi dan melihat keindahannya. Ketika ia tiba di Hutan Bambu itu, ia bertemu dengan Sang Buddha yang sedang dikipasi oleh seorang dewi yang amat cantik, yang kehilangan kecantikannya dalam waktu yang amat singkat. Ketika Sang Buddha membabarkan Dhamma kepadanya, ia menjadi Arahat, dan sesudah itu ia memasuki Sangha Bhikkhuni.

Uppalavanna adalah gadis yang amat cantik dari sebuah keluarga jutawan. Karena banyak pemuda kaya raya yang meminangnya untuk menjadi isteri, ayahnya berpikir untuk meminta anak gadisnya menjadi bhikkhuni untuk menghindar dari pinangan para pemuda tersebut. Ia menyetujui ide ayahnya ini dan memasuki Sangha Bhukkhuni. Ia menjadi Arahat setelah merenungkan tentang sifat dari sumbu sebuah lampu. Ia mempunyai kesaktian dan menawarkan diri untuk menunjukkan kesaktiannya dan dia dibebaskan Sang Buddha untuk menunjukkan kesaktian kembarnya di hadapan para pertapa.

Bhadda Kapilani, isteri dari Piphali, yang kemudian menjadi Yang Mulia Mahakassapa, meninggalkan rumah beserta suaminya. Karena tidak ada Sangha Bhikkhuni pada waktu itu, maka ia menghabiskan waktunya menjadi pertapa wanita. Segera setelah Maha Pajapati Gotami menjadi bhikkhuni, Baddha Kapilani lalu memasuki Sangha Bhikkhuni.

Banyak wanita terkemuka lainnya memasuki Sangha Bhikkhuni seperti Patacara, Dhammadinna, Sona, Sakula, Kundala Kesa, Sigalamata dan Kisa Gotami.



Kamis, 10 Januari 2013

TIDAK ADA YANG PASTI



 Hidup penuh dengan ketidakpastian.Anda tidak akan tahu apa yang akan terjadi berikutnya.Suatu ketika di Singapura,saya diminta melakukan pendarasan untuk ibu salah satu murid saya.”Bisakah Anda datang mendaraskan paritta untuk ibu saya ? Ia baru pulang dari rumah sakit dan kami piker ini mungkin terakhir kalinya ibu akan pulang.Jadi bisakah Anda datang ?

Maka saya pergi mendaras paritta untuk nyonya yang sudah saya kenal lama ini.Setelah pendarasan ,rupanya ia bisa bangkit dari tempat tidur dan mulai berjalan ke sana – sini.Apakah ini mujizat ? Bukan.Ini hanyalah ketidakpastian.
Saya bahkan mendapat masalah karena melakukan hal ini,ketika bertahun-tahun yang lalu di Pearth ada keluarga yang meminta saya mendaras paritta untuk ayah mereka.Saya pergi ke rumah sakit itu dan mendaras untuk sang ayah,lalu ia berangsur- angsur membaik.Keluarganya jadi kesal dengan saya.Mereka bilang,”Lihat,ia seharusnya meninggal,pendarasan Anda itu agar ia mati dengan tenang,bukannya bertambah membaik.Sebab mereka sudah menyiapkan diri menghadapi peristiwa kematian,sudah mengatur segalanya dengan rapi,baik secara psikologis maupun emosional,lalu Bhiksu bodoh datang,melakukan pendarasan,dan mengubah segalanya.

Itulah ketidakpastian.Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi.Terkadang hidup begitu mengejutkan,karena Anda tidak bisa menebak apa pun.

Ada seorang nyonya tua yang saya temui di Rumah Sakit Charlie Gadner.Ia masuk Unit Perawatan Intensif karena kasus flu yang sangat berat.Kondisinya sudah parah,dibaluri segala obat antiseptic,badannya membengkak,dan nafasnya tinggal satu-satu.Saya mendaras paritta untuk nyonya ini.Dari roman wajah dan kondisinya,tampaknya ia akan segera meninggal.Perawat pun mengatakan bahwa nyonya ini hanya bisa hidup beberapa bulan lagi.Beberapa minggu kemudian,saya mendapat telepon dari suaminya ,yang mengundang saya ke rumahnya ,nyonya itu rupanya sembuh total.

Nah,tolong jangan pikir bahwa ini adalah mujizat,dan jangan membuat isu Ajahn yang mampu membereskan segala hal dengan slogan”Mujizat yang lain !” Semua ini tak lain adalah fakta bahwa segala sesuatu dalam hidup ini tidak ada yang pasti.Anda tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian.

Itulah sebabnya ketika dokter memberitahu bahwa Anda hanya memiliki waktu satu atau dua bulan lagi untuk hidup,Anda sesungguhnya tak tahu apa yang terjadi.Saya sudah melihat banyak orang yang ketika dokter vonis,”Anda kena kanker,Anda tidak akan bertahan hidup.”malah bertahan hidup.Salah satunya adalah Ajahn Thate.Beliau mengidap kanker dan mendapat perawatan yang paling bagus, namun pihak rumah sakit memberitahu Beliau ,”kami tak sanggup berbuat apa-apa lagi untuk kesembuhan Anda.Pulang lah ke vihara Anda.Setidaknya Anda bisa meninggal bersama sahabat Anda daripada di rumah sakit.” Jadi ia pulang dari rumah sakit dan baru meninggal  25 tahun kemudian.

Saya tahu banyak sekali fakta seperti itu.Terkadang Anda bertanya-tanya ,apakah ini mujizat atau kenyataan bahwa tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi pada masa depan ? Segalanya benar-benar tidak pasti.Ketika Anda memahami hal ini ,melihat aneka kasus yang terjadi ,apa maknanya itu bagi hidup Anda ?

Itu berarti bahwa segala rencana hidup Anda hanyalah rencana sementara belaka,dan adalah suatu kesalahan jika kita berusaha menebak masa depan.Kita membuat rencana,tetapi melupakan bertapa tidak pastinya hidup ini,lalu kaget ketika kenyataan hidup tidak sesuai dengan rencana kita.

Ini seperti kisah orang yang mengalami masa-masa keemasan ekonomi  di Amerika Serikat pada tahun 1920-an.Ia mendapat cukup banyak uang dan berhasil mencairkannya sebelum tahun kelesuan ekonomi.Sebagai seorang jutawan ia berpikir,”Mengapa aku harus hidup di Amerika ?” Adakah tempat lain di dunia tempat aku bisa hidup,yang cuacanya lebih baik,lebih aman,dan lebih membahagiakan ?”

Maka ia pergi ke perpustakaan setempat dan mencari di buku-buku.Dengan mengerahkan kecerdasannya,ia berusaha mencari tempat yang sempurna di mana ia bisa pension dan menikmati sisa hidupnya dengan kekayaan yang melimpah.Ia bisa pergi kemana saja yang ia hendaki dengan uang yang begitu banyak.Lalu,ia memutuskan untuk pergi ke sebuah pulau tropis dengan iklim yang sempurna bernama Guadalcanal.

Bagi yang tahu soal sejarah,Anda tahu bahwa pulau Guadalcanal terkenal sebagai lokasi dua pertempuran utama dalam Perang Dunia kedua.Yang pertama ketika pulau itu direbut oleh pasukan kekaisaran Jepang,dan kemudian direbut Amerika.Terjadi dua pertempuran dahsyat di sana.

Jadi ada pria yang menimbun kekayaannya dan berkata,” Aku akan pensiun ke Guadalcanal !” Ia berpikir ia akan damai di sana selama-lamanya.Lihat apa yang terjadi,ia terlibat dalam dua pertempuran besar.Ia memang selamat dan bisa menuturkan kisah ini,akan tetapi itu bukanlah tempat aman ,sesuai yang diidam-idamkannya.


Di sadur dari buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3