Oleh Ajahn Brahm
Seekor keledai tua terperosok ke dalam sumur tua. Dia pun menjerit "EO! EEOO! EEEOOO!" untuk memanggil bantuan. Jeritannya di dengar oleh sang pemilik keledai tersebut. Malang bagi keledai itu, sang pemilik ternyata sudah tidak menginginkannya lagi karena ia sudah tua dan tak berguna lagi baginya. Si pemilik pun sedari dulu berkeinginan untuk menutup sumur tua itu karena dianggap berbahaya. Karena itu, sang pemilik memutuskan untuk mengubur keledai tua itu hidup-hidup. Ia mengambil sekop dan membuang tanah ke sumur itu.
Si keledai terkejut dan ia pun semakin menjerit "EO! EEOO! EEEOOO!". Pemilik pun tambah kalap melemparkan tanah ke sumur.
Setelah beberapa lama, si keledai pun berhenti menjerit, dia mendapat akal. Sang pemilik mengira keledai itu sudah mati dan makin semangat menyekop tanah tanpa menyadari bahwa keledai itu, setiap sekop tanah yang menimpa punggungnya, dia menggoyang punggungnya hingga tanah itu jatuh, menginjak-injak tanah itu hingga padat, dan dia pun naik satu inci lebih tinggi.
Sekop tanah berikutnya, jatuhkan, injak-injak dan seinci lebih tinggi. Pemilik keledai itu begitu sibuk menyekop tanah hingga tidak menyadari sepasang telinga mulai tampak di mulut sumur. Ketika pijakannya sudah cukup tinggi, keledai itu melompat dan menendang bokong sang pemilik, lalu melarikan diri.
Pesan dari kisah ini adalah, berhentilah mengeluh "EO! EEOO! EEEOOO!". Lihatlah situasi Anda, ubahlah hal-hal negatif menjadi bermanfaat bagi Anda.
Sumber : Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
Seekor keledai tua terperosok ke dalam sumur tua. Dia pun menjerit "EO! EEOO! EEEOOO!" untuk memanggil bantuan. Jeritannya di dengar oleh sang pemilik keledai tersebut. Malang bagi keledai itu, sang pemilik ternyata sudah tidak menginginkannya lagi karena ia sudah tua dan tak berguna lagi baginya. Si pemilik pun sedari dulu berkeinginan untuk menutup sumur tua itu karena dianggap berbahaya. Karena itu, sang pemilik memutuskan untuk mengubur keledai tua itu hidup-hidup. Ia mengambil sekop dan membuang tanah ke sumur itu.
Si keledai terkejut dan ia pun semakin menjerit "EO! EEOO! EEEOOO!". Pemilik pun tambah kalap melemparkan tanah ke sumur.
Setelah beberapa lama, si keledai pun berhenti menjerit, dia mendapat akal. Sang pemilik mengira keledai itu sudah mati dan makin semangat menyekop tanah tanpa menyadari bahwa keledai itu, setiap sekop tanah yang menimpa punggungnya, dia menggoyang punggungnya hingga tanah itu jatuh, menginjak-injak tanah itu hingga padat, dan dia pun naik satu inci lebih tinggi.
Sekop tanah berikutnya, jatuhkan, injak-injak dan seinci lebih tinggi. Pemilik keledai itu begitu sibuk menyekop tanah hingga tidak menyadari sepasang telinga mulai tampak di mulut sumur. Ketika pijakannya sudah cukup tinggi, keledai itu melompat dan menendang bokong sang pemilik, lalu melarikan diri.
Pesan dari kisah ini adalah, berhentilah mengeluh "EO! EEOO! EEEOOO!". Lihatlah situasi Anda, ubahlah hal-hal negatif menjadi bermanfaat bagi Anda.
Sumber : Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar