Oleh:
Sri Pannavaro Mahathera
Sebab Penderitaan
Para ibu, bapak dan saudara-saudara,Saya akan berbicara dengan topik yang lebih mendalam tidak hanya dasar. Mendengarkan Ajaran Buddha agak berbeda dengan mendengarkan uraian-uraian lain, tetapi mendengarkan Ajaran Buddha, uraian-uraian Agama Buddha yang disebut Dhamma sebetulnya tidak begitu mendengar lalu mengerti secara intelektual dalam bahasa jawa secara nalar. Tetapi mendengarkan uraian Dhamma itu seperti mendengar, kemudian merefleksikan ke dalam. Dalam bahasa yang mudah merefleksikan itu mencocokkan dengan kehidupannya sendiri yang dialami sendiri. Sehingga saya sering mengatakan mendengarkan uraian Dhamma atau uraian ajaran Buddha Gautama itu guru agung seperti bercermin.
Kalau ibu atau saudari ulang tahun, ulang tahun perkawinan ada kenalan yang baik sekali yang dulu pernah mendapatkan jasa, pernah ditolong datang memberikan kado gelang tretes ( berlian ) betulan bukan imitasi. Pertanyaan saya adalah bagaimana reaksi ibu atau saudari,
Senang Apa tidak senang?
Senang….
Tidak usah di pikir karena itu saya mengatakan jangan mikir, karena kalo mikir malah nanti jawabannya itu nanti tidak tulus. Orang pinter biasanya… Senang apa tidak ya???
Itu kalo wanita, kalo pria mungkin mendapatkan hadiah jam dari Swiss. Kalo anda mendapatkan kado jam dari Swiss asli, apalagi yang memberikan teman baik yang bisa dipercaya.
Bapak atau saudara senang apa tidak senang?
Senang….
Ibu, bapak dan saudara
Pertanyaan saya adalah kalo gelang tretes itu datang di sini, kalo jam dari swiss itu datang di sini. Menjadi hadiah saudara.
Saudara senang apa tidak senang?
Senang bhante…
Dimana letaknya senang itu?
Di sini….? ( sambil menunjukan dada / hati )
Apa di sini? ( sambil menunjukkan gelang atau jam )
Dimana yang merasakan senang itu?
Di sini ( sambil menunjukan dada / hati )
Gelang dan jam adalah benda mati. Meskipun gelang mahal bertabur berlian dan Jam mahal. Di kedua benda itu tidak ada senang.
Di dalam bahasa yang kasar: Loh yang merasakan senang di sini koq ( sambil menunjukkan dada/ hati ) yang senangnya di sini… bukan di situ ( di gelang atau jam ).
Suatu ketika kondangan lalu gelangnya dipakai, tetapi karena sesuatu hal waktu pulang berliannya itu copot beberapa butir. Dilihat bolong ( berlubang ), entah kecantol tas ( tersangkut ), entah kecantol pakaian ( tersangkut pakaian ). Atau jam swiss yang mahal itu jatuh… kepijek ( terinjak ) pecah.
Kalo mata berliannya itu hilang, jamnya itu pecah, riek ( hancur ).
Ibu, bapak bagaimana reaksinya?
Senang apa tidak senang?
Tidak senang bhante…
Dimana letaknya tidak senang itu?
Letaknya tidak senang itu di jam yang riek ( hancur ) / gelang yang berlubang berliannya atau di sini ( sambil menunjuk dada/hati )?
Jawabannya: Di sini ( sambil menunjuk dada/hati ).
Oleh karena itulah menurut guru Agung Buddha Gautama, yang membuat kita senang atau tidak senang, yang membuat kita menderita, yang membuat kita susah. Semuanya itu muncul di dalam dan dari dalam diri kita ini! Tidak ada sangkut pautnya yang ada di luar!
Karena kalo kita susah, sedih di sini ( sambil menunjuk dada/hati ).
Kalo kita senang, gembira juga di sini ( sambil menunjuk dada/hati ).
Tidak di luar….!!!!
Tetapi kalo ibu bapak ada yang kritis, bisa bilang. Ya bhante sedih di sini ( sambil menunjuk dada/hati ), gembira juga di sini ( sambil menunjuk dada/hati ). Tapi jalarannya kan di luar bhante. Kalo saya tidak mendapat gelang tretes ( berlian )/jam, kita kan tidak bisa ujug-ujug ( tiba-tiba ) senang. Karena gelang tretes saya senang, karena jamnya rusak saya menderita.
Jalarannya kan yang di luar juga bhante…. tidak hanya di dalam ( sambil menunjuk dada/hati ).
Betul? Ibu, bapak dan saudara?
Kelihatannya betul…. tapi tidak betul.
Apa betul kalo ada gelang tretes, ada jam datang lalu kita menjadi senang?
Iya bhante… kalo gak ada gelang atau jam, mana bisa kita menjadi senang.
Iya kalo gelang atau jam itu datang ke pak Budi, kalo gelang atau jam itu datang ke pak Joni…
Pak Budi senang tidak?
Tidak senang…
Loh mengapa tidak senang?
Jamnya ke sana ( sambil menunjukkan ke Pak Joni ), bukan ke sini ( sambil menunjukkan ke Pak Budi ).
Katanya kalo ada jam atau gelang tretes senang….
Ini ada jam ada gelang tretes tapi pergi ke sana, tidak ke sini. ( pergi ke orang lain tidak ke saya ).
Saya senang atau tidak?
Tidak…
Kenapa gak senang bhante? Karena gelang dan jamnya ke situ koq bukan ke sini.
Kenapa dia susah, sedih?
Gelangnya hilang bhante… tidak hanya berliannya yang copot tapi hilang. Lupa naruh entah kemana. Pembantu entah siapa ambil.
Jadi yang membuat dia menderita itu apa?
Yang membuat dia menderita itu ya.. gelangnya yang hilang atau jamnya yang riek ( hancur ) terinjak.
Apa betul???
Kalo yang hancur itu, yang hilang itu gelangnya atau jamnya orang lain saya tidak menderita…
Jadi ibu bapak dan saudara, apa sebab yang membuat menderita ini?
Yang membuat menderita itu adalah jam-KU, gelang-KU. Itulah yang membuat menderita. AKU…
Karena kalau jamnya dia, gelangnya dia… aku tidak menderita.
Kalo jamnya atau gelang anaknya, dia ikut menderita
Kalo jamnya atau gelangnya temannya, dia sedikit menderita.
Kalo jamnya atau gelangnya orang lain yang kita tidak kenal… Oh…. sama sekali tidak menderita!
Mengapa?
Karena bukan jam-KU, bukan gelang-KU, bukan jamnya anak-KU, bukan gelangnya anak-KU. Gelang dan jamnya milik orang lain, Aku tidak kenal…. maka tidak menderita.
Berhati-hatilah dengan AKU ibu, bapak dan saudara.
Itu yang membuat kita menderita……
Mengapa bisa menderita bhante?
Karena terlalu lengketnya, terlalu senangnya, terlalu besarnya AKUnya…. maka dia menderita.
Berharga, mahal, milyaran
Tetapi barang yang sama yang berharga, mahal, milyaran
Kalo ini rusak tetapi bukan milik-KU….. AKU tidak apa-apa…. tenang .. tentram.
Jadi sang AKU-lah
Apa yang saya sampaikan ini adalah The Fact of Life…, The Truth…., Kesunyataan Hidup.
Saudara tidak perlu mendengar uraian saya, lalu meng-iya-kan, tetapi saudara bisa mencocokkan apa yang saudara pernah alami ibu, bapak sekalian dalam kehidupan sehari-hari.
Benar… Tidak???
Ibu, bapak dan saudara jangan sepelekan AKU.
Ada orang mengatakan.. Ah… bhante.. AKU kan bukan kejahatan toh.., paling kalo AKU-nya besar itu hanya akan dikatakan: Orang koq Sombong-Sombing banget….!!! Arogan….
Paling kan hanya dikatakan begitu… kan bhante…
Kalo ada upacara pasti ingin minta duduk di depan…
Kalo suatu ketika yang terima tamu tidak mengerti lalu didudukkan di belakang sana…
AKU di suruh duduk di belakang sana???
AKU ini … jasaku ini tidak dihargai.. Itu orang tidak tahu AKU ini siapa???
Saya pernah diberitahu seorang bhikkhu, Oh… dia bukan pemimpin bhante…
Kalo orang seperti itu adalah pemuka bukan pemimpin.
Koq bisa???
Dia ingin duduk di muka.. kelihatan di muka..
Oh beda ya.. pemuka sama pemimpin…
Oh ya… beda bhante… ( joke )
Jangan Meremehkan ke-AKU-an ibu, bapak dan saudara…
Ke-AKU-an punya anak… Anaknya ke-AKU-an adalah:
Kalo dia senang..
AKU ingin senang lagi.. AKU ingin senang terus.. AKU ingin senang yang lebih banyak..
*KESERAKAHAN….. ( Anaknya ke-AKU-an itu keserakahan ).
Kalo dia untung..
AKU ingin untung terus.. AKU gak mau rugi.. tidak ada pedagang yang mau rugi.
AKU ingin sukses terus..
AKU ingin sehat terus..
Kalo sudah tua, AKU ingin tua terus.. Loh koq bisa bhante? Siapa yang ingin mati? Kalo sudah terlanjur tua kan, AKU ingin tua terus..
( Itu KESERAKAHAN)
dan
Kalo tidak senang..
**KEBENCIAN muncul pada saat keserakahan tidak mendapatkan pemenuhan.
Tetapi kalo kesenangannya mendapatkan pemenuhan… Oh.. KESERAKAHAN-nya membara-bara.
( Joke )
Saya pernah bertemu dengan seorang pejabat. Dia ingin mencalonkan dirinya lagi, dia ingin menjabat lagi.
Pak… apa bapak menjabat itu enak toh?
Ya… bhante enaknya cuma 10%..
Oh…. begitu. Loh yang 90% pak?
Yang 90% enak banget…. bhante… ( Peserta Dhamma Class meledak tertawa ).
Oh makanya kepingin lagi menjabat. Saya pikir enaknya hanya 10%…. yang 90% tidak enak…
Ternyata yang 10% enak.. dan yang 90% enak banget…
Nanti kalo gagal bagaimana?
Kalo gagal dia bisa kecewa… Jengkel… Bisa-bisa marah.
Tidak senang pada yang maju… Tidak senang pada yang berhasil..
Itu anaknya KEBENCIAN…
Jadi sang AKU punya anak KEBENCIAN dan KEBENCIAN punya anak “SENANG MELIHAT ORANG LAIN GAGAL / MEMBALAS DENDAM”
Anaknya KESERAKAHAN apa? Anaknya KESERAKAHAN ” IRI HATI / TIDAK SENANG MELIHAT ORANG LAIN SUKSES”
Itu semua adalah keturunan AKU.
Sang AKU mempunyai anak ingin… ingin.. ingin… lagi.. lagi.. lagi.. ( KESERAKAHAN ), terhalang marah maka kebencian muncul.. kekejian muncul.. kejahatan muncul.
Semuanya lahir dari sang AKU. Sang AKU mempunyai anak.. beranak – pinak.. ( berkembang biak ) melahirkan kejahatan-kejahatan.
Ibu, bapak dan saudara…. ibu bapak bisa memahami ya.. yang saya uraikan..
Sang AKU sangat berbahaya dan sebab penderitaan itu adalah sang AKU.
Tidak ada sangkut pautnya dengan yang di luar sama sekali!!!
Apapun yang di luar terjadi jungkir-terbalik, kalo sang pikiran ( AKU-nya ) terkendali… anda tidak perlu menderita.
Bhante saya mendengar penderitaan itu.. terjadi karena karma-karma buruk berbuah. Dulu kita melakukan / berbuat yang buruk-buruk.. melakukan karma buruk.. lalu berbuah.. buahnya karma buruk katanya penderitaan. Buah karma baik katanya kebahagiaan.
Jadi penderitaan itu bukan akibat dari perbuatan yang buruk / akibat karma yang buruk bhante?
BUKAN…. saudara…
Saudara yang sudah menjadi umat Buddha sudah lama, pernah mendengar toh..?
Empat Kesunyataan Mulia:
1. Ada Dukha
2. Apakah Sebabnya Dukha?
Apakah sebabnya dukha di sebut akibat karma buruk berbuah maka membuat kita menderita ( Dukha ). TIDAK…. Sebabnya dukha adalah Tanha. Apakah Tanha itu? KEINGINAN yang luar biasa. Darimana datangnya Tanha.. sang AKU. Sang AKU ingin lagi.. ingin lagi.. ingin lagi… Kalo tidak senang ingin menghancurkan.. ingin menyingkirkan terus.. terus.. terus.. sampai tidak menghalangi AKU lagi.
Jadi bhante kalo perbuatan buruk / karma buruk kita berbuah, itu kita tidak menderita?
Terserah saudara.. saudara mau menderita atau tidak menderita!!!
Jadi kalo karma buruk kita berbuah, apa kita mesti menderita bhante?
TIDAK… Tergantung pada kita. Pada yang di dalam ini… mau menderita atau tidak… tergantung yang di dalam. Tidak tergantung akibat yang muncul.
Dari cerita ini lagi… ibu bapak bisa melihat. Tidak ada hubungannya kesusahan, ketegangan, penderitaan itu dengan yang di luar ini. Tidak ada sangkut pautnya!!!
Susah, menderita, sengsara itu karena ” KITA SENDIRI SEPENUH-PENUHNYA”
Karena apa bhante?
Karena sang AKU kita biarkan….
Jangan main-main dengan sang AKU.. bukan masalah persoalan sombong-sombing saja.
Berbahaya.. ia menjadi biang penderitaa
Hubungan Pikiran, Perasaan dan Jasmani
Saya mau ke paragraph/chapter kedua, Tapi paragraph kedua ini ada hubungannya dengan paragraph pertama.
Uraian yang pertama tadi harus diingat!!!
Saudara.. Kalo saudara punya anak di Amerika, di LA atau di New York? Atau di jerman, saya tidak ingin menggunakan contoh Amerika. Sebab nanti kalo pas ada yang punya anak di Amerika, nanti jangan-jangan bhante ini meramal.
Malam-malam anda mendapatkan telepon.
Pak… Bu… setengah jam yang lalu anak bapak masuk ICU, tabrakan, gak sadar sekarang….
Selama anda mencari / mengurus visa, pasport, mencari karcis, naik pesawat 20 jam… 22 jam…
Bagaimana pikiran kita ini sebagai orang tua?
Was-was.. gelisah.. khawatir.. berkembang biak ( di pikiran ).
Kalo ibu mendengar, bapak mendengar anak ditabrak ( kecelakaan ), koma, masuk ICU… Jauh….
Timbul gelisah khawatir…
Iki mengko kepiye…. sopo sing nulung ( ini nanti bagaimana.. siapa yang menolong ), bisa sembuh tidak, yang nokoke Pien Zehuang sopo iki engko ( yang beliin Pien Zehuang siapa ini nanti ).
Pertanyaan saya…
Ibu bapak senang apa susah?
Susah…. ( gak usah mikir-mikir itu jawabannya ), siapa yang senang anaknya di ICU….
Pikiran itu ibu bapak.. Sangat cepat dan sangat kuat sangat mempengaruhi perasaan…. ( tolong ini diingat-ingat, nanti ada contoh lagi ).
Kalo perasaan ibu bapak susah, karena pikiran gelisah, membayangkan anaknya, was-was.. khawatir..
Pikiran dengan cepat mempengaruhi perasaan, perasaannya susah.
Kalo ibu susah seperti itu, apakah makan rasanya enak?
Tidak enak… Kesukaannya apa toh dia? Soto.. cepat-cepatlah beliin soto..
Sotonya datang, di lihat saja..
Lain persoalan kalo anaknya yang ada di Jepang telepon, setelah kuliah menghabiskan uang bertahun-tahun..
Mah… hari ini aku lulus. Tenan iki mah, gak ngapusi ( benar ini mah gak bohong ).
Nanti hasilnya saya faks….
Lalu… ibu bapak.. Aduh anakku lulus… ( Pikirannya bereaksi anaknya lulus, sukses, kewajiban sebagai orang tua satu langkah selesai ). Pikiran mempengaruhi perasaan…
Perasaan ibu bapak bagaimana? Senang apa tidak senang anaknya lulus?
Senang… cepat sekali itu, Pikiran mempengaruhi perasaan itu cepat sekali.
Sangat cepat dan sangat kuat….
Ini bukan hanya ajaran Buddha ibu bapak dan saudara.. Ibu bapak cocokkan sendiri pengalaman sendiri.
Berpuluh-puluh tahun… betul tidak?
Pikiran sangat berpengaruh terhadap perasaan, perasaan sangat berpengaruh terhadap jasmani.
Oh… bhante kalo begitu ya bhante.. Kalo pikiran ini bisa di-KENDALIKAN, TEGUH, KUAT. Aduh bhante bagus sekali ya….?
Memang…
Kalo pikiran kita tidak labil, tidak mudah terombang-ambing oleh berita apapun, cerita apapun… Pikiran saya bisa kuat, teguh, tenang, kan bagus kan bhante???
Bagus… sangat bagus…
Perasaan tidak mudah terpengaruh.
Kalo perasaan tidak terpengaruh… jasmani tidak terpengaruh…
Tapi bagaimana bhante? Meneguhkan pikiran… menenangkan pikiran ini bagaimana?
Sulit saudara…
Pikiran itu LICIN… LIHAY… HALUS… TIDAK BISA DIRABA.. TIDAK BISA DIDETEKSI.. BERGERAK SEENAK-ENAKNYA SENDIRI..
Lalu bagaimana bhante… bagaimana membuat pikiran ini Teguh… Kuat…
Sebab kalo pikiran tidak teguh tidak kuat… Aduh.. terombang-ambing.., perasaan kita terombang-ambing, susah-senang…, sedih-gembira…, kecewa.. lalu sedih lagi. Dan itu merusak jasmani kita, mempengaruhi jasmani kita.
Jadi pikiran itu harus dibuat kuat, teguh, tenang.. caranya bagaimana bhante?
Ibu bapak dan saudara caranya….
DIBALIK………….
Karena PIKIRAN MEMPENGARUHI PERASAAN DAN PERASAAN MEMPENGARUHI JASMANI.. maka sekarang jasmaninya ditoto ( ditata / dikondisikan).
Karena kalo jasmaninya ditoto ( ditata/dikondisikan ), perasaan juga ikut noto ( tertata/terkondisi ), dan perasaan itu sudah noto (sudah tertata/terkondisi ) maka pikiran menjadi tenang.
Bisa dipahami ibu bapak?
Noto ( menata/mengkondisikan ) jasmani bagaimana bhante???
Cara Menata Jasmani
Nah sekarang Chapter ketiga… Noto ( menata/mengkondisikan ) jasmani bagaimana bhante???
Apa kalo rambut sudah putih terus disemir, kalo hidung bengkok terus di… katanya sekarang ada yang ditarik-tarik.. ( operasi plastik ) saya tidak tahu.
Bagaimana apa jalannya juga harus pelan-pelan seperti macan kelaparan????
Tidak…..
Noto ( menata/mengkondisikan ) menurut pandangan Dhamma adalah “MEDITASI”.
Loh bhante koq meditasi ada hubungannya dengan jasmani?
Iya…. karena yang paling gampang itu meditasi yang dihubungkan dengan jasmani.
Tidak dengan perasaan dulu atau pikiran.
Caranya bagaimana bhante?
Memperhatikan jasmaninya sendiri….
Gimana bhante? apa di ngiling-ngilingi terus…? ( Apa dilihat-lihat terus..? )
( Bhante Pannavaro sambil mempraktekkan melihat-lihat tangannya sendiri ).
Tidak…
Yang diperhatikan nafasnya sendiri.
Masuk…. Keluar… Masuk… Keluar…, duduk dengan tenang.
Tidak usah duduk sila…. duduk di kursi juga boleh. ( Tangan rileks tidak menyandar ).
Masuk… Keluar… Masuk… Keluar…
Hanya begitu bhante?
Hanya begitu saudara….
Ada doa-doa? Tidak ada.
Ada lilin dupa? Tidak ada.
Ada patung Buddha? Tidak perlu.
Baca Paritta? Tidak perlu.
Jadi hanya begitu bhante?
Ya.. Hanya begitu ibu bapak saudara.
Menenangkan jasmani, membuat kondisi jasmani kita tenang…
Kalau jasmaninya dikondisikan begitu… Jasmani akan mengkondisikan perasaan..
Perasaannya tidak mulak-mulak ( tidak terombang-ambing / berguncang-guncang ).
Kalau perasaannya tenang… maka pikirannyapun menjadi tenang.
Sehari berapa kali bhante?
Satu kali gak usah dua kali… lebih bagus.
Optimal bagi yang berkeluarga 1/2 jam lebih boleh…
Mulai dari 10 menit dulu… 15 menit… 20 menit dan seterusnya.
Gak sempat bhante?
Hah…. gak sempat? Makan sempat.. ke wc sempat.. tidur sempat.. mati juga nanti sempat.
Meditasi 1/2 jam sehari tidak sempat? ( B. Pannavaro sambil menggeleng-gelengkan kepala ).
Sangat berharga…..
Gak usah rapal, gak usah mantra, gak usah doa, gak usah nyebut Buddha atau yang lain, tidak usah bersila di kursi boleh, tidak usah ada ubo rampe ( persembahan ) dupa lilin.
TIDAK ADA ONGKOS SAUDARA….. Murah sekali!
Kalo saudara mau beramal berdana, harus punya modal…..
Saudara mau berdana apa?
Saya mau menyumbang makanan.
Kalau saudara gak punya makanan yang mau diberikan apa? Saudara harus punya makanan dulu.
Anda mau nyumbang obat. Anda harus punya obat dulu, baru bisa memberikan obat.
Aku mau berdana tenaga saja. Ya anda harus punya tenaga, baru bisa membantu tenaga.
Kalau anda sakit dan berbaring di rumah sakit bagaimana mau menyumbang tenaga.
Aku ingin menyumbang berdana nasehat. Anda harus punya pengetahuan baru bisa memberi nasehat.
Kalau meditasi?
ANDA TIDAK PERLU PUNYA APA-APA…..!
Jasmani akan sangat mempengaruhi perasaan…. Perasaan-perasaan akan menjadi tenang… tenang…
Yang semula senang banget.. yang semula sedih banget…
Kalo sekarang perhatian kita memperhatikan nafas…
Perasaan itu meskipun untuk sementara dia akan turun……….
Apa betul bhante jasmani itu sangat mempengaruhi perasaan?
Sangat betul saudara…..
Kalau saudara suatu ketika merasa sesak…. Aduh sesak aku.. ( karena sedih ataupun marah ), susah… aku…karena macam-macam masalah. Tidak ada jalan keluar, belum bisa diselesaikan.
Untuk meringankan sementara sesaknya itu bagaimana saudara?
UNJAL AMBEKAN ( TARIK NAPAS )…….. Rileks….
Meskipun hanya sebentar…
Itu suatu bukti kalo fisik ini ditenangkan… Emosi menjadi rileks….
Kalau perasaan terkondisi… maka pikiran akan menjadi tenang.
Nah…. Sekarang ikuti penjelasan yang lain…. Tetapi tetap ada hubungannya dengan uraiannya ini…
Tadi bhante mengatakan kalau pikiran mendapatkan reaksi, anaknya sakit.. anaknya masuk ICU.. Suaminya tidak pulang… atau anaknya lulus ujian… atau mendapatkan keuntungan yang besar.
Reaksi pikiran cepat sekali mempengaruhi perasaan.
Cepat sekali… Kuat sekali…
Perasaannya menjadi senang atau tidak senang, suka atau sedih.
Benar…
Tetapi sebaliknya…
Perasaan juga mempengaruhi pikiran..
Kalau perasaannya tenang… Pikirannya tenang.
Kalau perasaannya berkobar-kobar.. Pikirannya juga berkobar-kobar.
Saya ingin memberikan contoh-contoh…
JUSTRU PENGARUH PERASAAN ITU KUAT SEKALI TERHADAP PIKIRAN!
Apa saja gerak-gerik kita sehari-hari, yang kecil-kecil sekalipun. Apa yang mendorong?
YANG MENDORONG PERASAAN….
Sekarang sudah jam delapan seperempat, saya bicara satu jam lebih. Dan selama satu jam seperempat kira-kira… atau satu jam lebih.
Saya duduk tidak menyandar….
Apa yang dirasakan bhante?
Pegal….
Bhante senang apa tidak senang?
Tidak senang…
Perasaan tidak senang ini memerintahkan pada pikiran, Nyendero-nyendero ( menyandarlah-menyandarlah ). Nanti kalo waktunya tanya jawab menyandarlah…..
Waktu saya menyandar….
Apa yang timbul?
Enak… ( suka )
Enak ( suka ) lalu memerintahkan pada pikiran….
Menyandarlah terus….
Siapa yang memerintahkan pikiran?
PERASAAN………..
Kalo umat Buddha yang sudah lama, mengerti manusia itu kan 5 Khanda toh…
1. Yang kasar namanya JASMANI
2. PERASAAN ( VEDANA ). Menurut pengertian Dhamma perasaan ini bisanya senang – tidak senang. Rasa asin, rasa asam itu pikiran dalam agama Buddha. Rasa malu, rasa sedih itu pikiran…
Perasaan dalam pengertian psikologis buddhist hanya SUKA atau TIDAK SUKA ( Senang atau Tidak Senang ), di tambah NETRAL ( ya netral boleh diabaikan – Suka tidak… tidak suka juga tidak ).
3. INGATAN
4, PIKIRAN ( SANKARA ). Yang punya rencana, cita-cita, segala macam ingat yang lalu, mau begini mau begitu. Katanya orang pikiran ini tidak terbatas, dari jaman primitif sampai sekarang lalu kemudian berkembang lagi.. batasnya tidak tahu pikiran ini.. Hebat sekali…
5. KESADARAN
JUSTRU YANG BERBAHAYA BUKAN SANKARA ( PIKIRAN ). YANG BERBAHAYA VEDANA ( PERASAAN ).
Karena perasaan itu yang menjadi provokator… Dia memprovokasi pikiran kita!
Apa saja ibu bapak boleh saja mencocokkan sendiri.
Saya lihat orang itu tadi duduknya sangat tenang…. Setelah agak lama satu jam lebih… koq dia mulai goyang-goyang ( gelisah ).
Kenapa?
Pikirannya menyuruh bergoyang-goyang….
Mengapa pikirannya menyuruh bergoyang-goyang…?
Karena perasaannya kalo duduk tegap terus rasanya tegang dan TIDAK SUKA, koq bhante ceramah belum berhenti-berhenti…..
Lalu perasaannya membujuk pikiran
EH PIKIRAN…. ITULOH… DUDUKNYA AGAK GOYANG-GOYANG, BIAR GAK SAKIT… BIAR ENAK…
Itu… perasaan, yang menjadi biang keladinya….
Dia yang memprovokasi, dia yang menghasut segala macam.
Kalau senang… Dia menghasut pikiran…. lagi… lagi… lagi…
Kalau tidak senang… Dia menghasut pada pikiran…. singkirkan… singkirkan… singkirkan…
Dia jalan lihat di rumah tetangganya… ada mangga bagus-bagus jatuh….
Melihat itu… perasaan langsung bereaksi… Lihat mangga… SENANG…
Lalu perasaan memerintahkan pikiran…. Ambil…. Ambil… Ambil…
Pikiran: Tapi kan kepunyaan orang, apa gak mencuri?
Kalau gak di simpan pemiliknya kamu kan tidak mencuri…. kan di situ tergeletak…. Ambilah.. ga papa.
Pikiran begitu ramai, berdebat-debat terus….
Lalu….. Ambil……………….
Tapi ambil… dipukulin orang satu kampung, karena loncat pagar.
Dipukulin enak atau tidak enak? ( Suka atau tidak suka? )
Tidak enak ( Tidak Suka ).
Suka atau Tidak Suka?
Tidak suka… wah.. sakit semua…
Suatu hari dia lihat mangga yang jatuh lagi… lebih banyak.
Sekarang perasaannya lain….
Sakit loh nanti… sakit loh nanti… dipukulin.
Ingatan akan yang sakit dan perasaan tidak suka karena di pukulin itu memerintahkan pikiran:
Jangan ambil… Jangan ambil… Jangan ambil…
Mungkin pikiran masih membantah, tapi kemarin kan banyak orang…. Sekarang kan gak ada orang…
Ya.. nanti kalau kamu sudah meloncat, trus orangnya datang nanti kamu mau lari kemana?
Ya.. nanti saya bilang. Ini nanti saya mau beresin supaya gak berantakan taruh di pojok…
Oh… Pikiran ini LIHAY sekali….. Tetapi… pemicu / penyulut api pertamanya adalah PERASAAN….
Tapi bagaimana bhante supaya perasaan tidak menjadi penghasut?
CARANYA:
JASMANI HARUS DIKONDISIKAN, KALAU JASMANI DIKONDISIKAN… MAKA PERASAAN AKAN TERKONDISI TENANG, KALAU PERASAAN TERKONDISI MENJADI TENANG…..
PROVOKATORNYA TIDAK GANAS…..
Dia tidak memprovokasi pikiran dengan seenaknya sendiri…. Karena provokatornya mulai tenang.
Bagaimana menenangkan provokator?
JASMANI HARUS DIKONDISIKAN…
LATIHAN HARUS DIMULAI DENGAN JASMANI….
MEMPERHATIKAN NAFASNYA SENDIRI.
Apa yang saya uraikan ini ibu bapak dan saudara:
INILAH DASAR AJARAN DHAMMA, tidak lebih….
Semua orang termasuk orang yang tidak sekolah sekalipun, petani sekalipun atau lebih dari itu, tidak intelektual sekalipun,
BISA MEDITASI……… Karena hanya memperhatikan nafasnya sendiri….
Itu meditasi Buddhist….
Meditasi Buddhist tidak hanya duduk diam saja….
Kalo kita sudah terbiasa meditasi seperti itu…
Waktu meditasi jalan tiba-tiba perasaan muncul, senang sekali yang luar biasa.
Kita boleh berhenti sekarang. Memperhatikan perasaan yang muncul.
Eh… ini ada perasaan yang muncul.
Tugas kita hanya memperhatikan saja…
Tidak usah mencari…
Duh.. senang ini darimana ya? Tidak usah..
Sampai nanti dia tenggelam… Senangnya nanti tidak mengganggu lagi, baru jalan lagi…
Tiba-tiba ingat karena mungkin pernah ke Jepang, ada patung Buddha besar… tidak diingat-ingat, tapi muncul dengan sendirinya..
Oh saya pernah melihat patung Buddha besar.
Kalo itu mengganggu jalannya berhenti.
Disadari ingatan muncul, sampai tidak mengganggu lagi baru jalan lagi.
Demikian juga waktu kita meditasi duduk.
Masuk… Keluar… Masuk.. Keluar… Masuk… Keluar…
Hanya mengamat-amati PASIF…
Masuk…. Nafas ini masuk kemana ya?
Ke paru-paru atau ke perut?
Tidak usah tanya…
Keluar… Yang keluar ini nafas baik atau nafas buruk ya?
Tidak usah nanya… Tidak usah menganalisa… Tidak usah mencari tahu…
Hanya lihat saja…. PASIF…
Koq timbul pikiran senang luar biasa….
Lain dengan senang-senang duniawi.
Oh… kayak begini… perasaan apa ini?
Sadari saja…..
Tidak usah mereka-reka, apa ini saya sudah nyampe?
Sadari saja…
Hanya itu bhante?
Iya hanya itu….
Kalau begitu meditasi Buddhist itu tujuannya apa?
Tujuannya supaya keawasan kita menjadi kuat….
Kalau keawasan kita kuat, maka keawasan itu bisa membuat emosi ( perasaan ) tenang…
Keawasan itu juga bisa untuk mengawasi pikiran…
Tidak untuk membangkitkan Khundalini, melihat mahluk halus, bisa mengobati, bisa terbang…
TIDAK….
Karena kalau keawasan itu mengawasi emosi ( perasaan ), emosi ( perasaan ) menjadi tenang.
Kalau keawasan kita bisa mengawasi pikiran… oh AKU kita ini…. berkurang… berkurang… berkurang…
Hanya itu…
Apa yang muncul selama meditasi perhatikan saja…..
Jangan dianalisa, jangan ditanggapi, jangan dinilai, jangan dihakimi, jangan diusir… tapi lihat saja…
Pengalaman-pengalaman yang pahit yang tidak enak…
Yang kotor… yang buruk… yang baik… lihat.. saja.
Hanya itu…
APA YANG SAYA SAMPAIKAN INI, IBU BAPAK SAUDARA… INILAH VIPASSANA..
Jadi nanti kalo ibu bapak dan saudara, ada yang ikut latihan Vipassana…
Apa yang saya uraikan ini akan menjadi penjelasan awal, saudara akan mengerti dengan jelas kalau nanti guru meditasi menjelaskan.
Karena ada orang waktu itu atau kadang-kadang datang kepada saya..
Bhante… kalo saya meditasi di Dhamma Sundara ini, apalagi di depan stupa.
Cepat bhante masuknya… Kalau di rumah itu koq gak masuk-masuk….
Saya tidak bisa jawab…
Saya pikir masuk kemana????
Hanya kalo saya tanya nanti… dia tambah bingung…
Loh saya mau tanya.. Loh saudara masuk kemana?
Loh saya meditasi 30 tahun lebih sebagai bhikkhu, tiap hari juga banyak sekali dan berusaha untuk sadar setiap saat.
Saya tidak pernah mengenal masuk-masuk itu….
Nah meditasi bhante bagaimana?
MEMPERTAHANKAN. MENGHADIRKAN AWARENESS ( KEAWASAN ), TERHADAP GERAK-GERIK KITA, PERASAAN KITA, PIKIRAN KITA……
Bhante Sri Pannavaro
TANYA:
Sebenarnya apakah ada perbedaan antara perasaan mempengaruhi pikiran, atau pikiran yang mempengaruhi perasaan?
Sebab sering kita dengar statement-statement bahwa: Jadi manusia yang rasional… Atau kadang-kadang, laki-laki itu rasional sedangkan wanita lebih emosional dan sebagainya. Terima kasih bhante.
JAWAB:
Kalo saya diminta untuk memberikan tanggapan singkat.
Timbal-balik, Interdipendensi
Semua reaksi pikiran pasti langsung mempengaruhi perasaan.
Perasaan yang dipengaruhi itu, suka dan tidak suka atau senang dan tidak senang.
Di dalam Buddhist biasanya senang dan tidak senang ini dibagi dua.
Kalo senang tidak senang itu datangnya dari sensasi tubuh. Makan enak, melihat yang bagus, meraba yang dia suka disebut SUKHA, kalau melihat yang buruk, merasakan yang dia tidak biasa maka disebut TIDAK SUKHA.
Tetapi kalau dia mengingat sesuatu kenangan terhadap yang baik, kenangan terhadap yang enak / kenikmatan, atau berita-berita yang bagus yang rangsangannya bukan dari jasmani disebut SENANG, kalau rangsangannya dari pikiran tidak menyenangkan disebut TIDAK SENANG.
Jadi dalam bahasa pali dikatakan kalau rasa senang tidak senang itu datang secara mental SOMANASA = SENANG dan DOMANASA = TIDAK SENANG.
Tetapi kalau rangsangannya dari jasmani ini, pegal… tidak dan sebagainya, menyicipi makanan cocok tidak itu disebut SUKA=SUKHA dan TIDAK SUKA=DUKKHA.
Tapi sebenarnya empat ini ya.. dua, senang atau tidak senang dan kalo mau dilengkapi tambah lagi satu NETRAL. Netral itu,,, tidak ada reaksi. Senang yang kagak dan tidak senang juga kagak.
Kalau saya meliihat benda ini ( sambil menunjukkan pena ) karena saya sering melihat, tidak ada yang aneh. Saya melihat tidak senang… tidak, senang… juga tidak. Ya biasalah… Jadi perasaan seperti suka dan tidak suka tidak muncul.
Tetapi ada kalanya dan bahkan suka dan tidak suka itu yang sering mempengaruhi kita. Dengan kadar yang berbeda-beda. Tidak sukanya bisa kuat sekali… Sukanya bisa kuat sekali. Pikiran mempengaruhi perasaan, setelah perasaan itu bergolak timbul suka atau tidak suka.
Sekarang perasaan yang memprovokasi pikiran, kecuali pikiran mempunyai pandangan, mempunyai pertimbangan.
Ojo loh dosa ( Jangan loh dosa ), nanti dipukulin orang… tidak baik, namamu jelek lo.., itu salah satu cara untuk pikiran tidak bergolak. Tidak melaksanakan apa yang sedang diingat atau yang sedang muncul dipikiran.
Tetapi itu CARA BIASA…..
Semua agama termasuk agama Buddha termasuk mengajarkan begitu.
Jangan loh ingat akibat karma loh, malu loh berbuat jahat, nanti kalo kamu begitu keluargamu ikut malu loh, Jadi meskipun perasaan itu senang mendorong, pikiran mau melakukan ada pertimbangan yang muncul. Hanya itu cara biasa.
Keinginan pikiran dilawan dengan konsep.
Konsep malu, konsep etika, konsep pergaulan sosial, konsep hukum karma, konsep dosa dihukum tuhan dan lain-lain.
Kalo CARA MEDITATIF lain….
Timbul pikiran mau mencuri mangga, tidak dilawan dengan konsep, tetapi diawasi…
Eh.. pikiran mau mencuri.. dengan diawasi begitu keinginan mencuri itu akan turun.. turun… turun…, tidak jadi mencuri.
Apa ya cukup kuat ya bhante pengawasannya itu?
Ya karena itulah latihan meditasi.
Kalau kesadarannya / Awarenessnya lemah, tidak kuat dia…. dia tetap mencuri.
Kalo Awareness kita masih lemah bagaimana bhante?
Kalo Awareness kita masih lemah atau kadang kalanya kita lemah, pakai cara yang tradisional yang konvensional.
Konsep-konsep tentang dosa, akibat karma, malu kalau ketangkap…. dipakai semua untuk menghantam pikiran mau mencuri mangga itu.
Boleh itu dipakai bhante?
Boleh…
Tapi itu konsep dilawan dengan konsep.
Kitab suci agama Buddha yang banyak itu semuanya konsep.
Ceramah saya satu dua jam dan setiap Dhamma Class anda merekam… Ini konsep semua…
Ada gunanya juga untuk melawan pikiran yang negatif. Kalau pikiran yang bagus bagaimana? Bisa didorong juga dengan konsep.
Tetapi kalau anda melatih meditasi, mempunyai Awareness atau Sati ( dalam bahasa Pali ) mempunyai keawasan yang lumayan, sekarang timbul pikiran ingin mencuri buah mangga tidak digempur dengan konsep, tetapi DILIHAT SAJA… DISADARI SAJA….
Oh…. mau mencuri.. Nanti dia akan turun… berkurang… berkurang…
MEMBERSIHKAN KOTORAN BATHIN…
Tapi kalau digempur dengan konsep..
Jangan loh ya… Jangan… orang tua bisa malu.. buah karmanya nanti loh…
ITU KOTORAN BATHIN HANYA SEPERTI DITUTUP SAJA
( DITUTUP DENGAN KONSEP DOSA, TAKUT MALU, AKIBAT KARMA JELEK, APALAGI GAK ADA KESEMPATAN )….
YA… NANTI DIA AKAN TUMBUH LAGI… MUNCUL LAGI.
TETAPI DENGAN CARA MEDITATIF KOTORAN BATHINNYA SEPERTI DIBERSIHKAN… DIKIKIS… DIHABISKAN, DIKURANGI..
Misalnya apa?
Misalnya mau mengambil uang milik orang yang berada di atas meja yang tidak ada orangnya.
Pertama mata melihat… mata lapor ke pikiran…
Ingatan muncul.. bahwa yang dilihat adalah uang..
Lalu pikiran bermain tidak ada orangnya..
Lalu perasaan muncul… itu cepat sekali prosesnya…
” Wah senang punya uang banyak senang / enak”
Lalu pikiran: Apalagi sekarang tidak punya uang…
Langsung perasaan senang yang muncul memprovokasi pikiran… ambil-ambil…
Kalau tidak ada pertimbangan… langsung ambil saja….
mata gelap orang bilang – Emosi ( Perasaan ) membutakan Pikiran
Kalau ada pertimbangan..
Ingat loh ya… ini di vihara loh…
Kualat loh… Jukuk duit engko ciker tangane loh. ( ambil uang nanti tanganmu cacat loh )
Gak ingat hukum karma? Gak ingat orang tua? Gimana nanti kamu tertangkap….
Jangan-jangan…jangat berbuat jahat, banyak berbuat baik…
Uangnya itu nanti.. disimpan saja jangan di ambil.
ITU SEMUANYA KONSEP… untuk menggempur keinginan mencuri uang.
Sehingga tidak jadi ambil uang….
Gak jadi ambil uang… kan bagus bhante?
Bagus…
TAPI KOTORAN BATHIN TIDAK BERKURANG…. HANYA DITUTUP DENGAN KONSEP.
Ini cara yang konvensional…
Takut Tuhan, Takut neraka, Takut akibat karma, Takut hukum negara, Takut malu
Kalo cara meditatif bagaimana bhante?
Saya singkat saja…
Lihat uang… senang… mau mengambil…
Oh… mau ambil, diperhatikan saja keinginan mau mengambil itu.. nanti dia turun.. turun.. turun…
Apalagi sebelum keinginan muncul…
Timbul perasaan suatu melihat uang “senang” (apalagi kalau itu bisa ditangkap )
Oh…. senang muncul…
Belum sampai dia memprovokasi pikiran..
Itu lebih lagi…
Lebih awal lagi dia melihat, mengetahui, menyadari.. Vedana Senang ( Perasaan senang ) karena melihat uang.
Belum sampai menghasut / memprovokasi pikiran…..
Tapi kalau dia luput…
Sampai perasaan itu menghasut pikiran.. tidak papa…
Sekarang pikirannya yang diperhatikan.
Sehingga kekuatan pikiran untuk mau mengambil itu.. turun… turun… turun…
ITULAH VIPASSANA
Sangat Universal cara ini.
Anda mempraktekkan cara ini, kalo anda beragama bukan Buddhist…
Keyakinan anda tidak… terganggu…
Dan anda tidak harus menjadi umat Buddha…. Untuk melatih Vipassana…
Bhante Sri Pannavaro
TANYA:
Dalam Praktek saya, Itu kesadaran saya bisa dikalahkan dengan AKU. Kesadaran saya itu sadar benar, tapi AKU-nya ini kuat sekali. Sehingga tujuannya tidak tercapai. Bagaimana supaya bisa mengalahkan AKU-nya itu? Supaya kita itu bisa tenang.
JAWAB:
Bagus sekali… pertanyaan ini bagus sekali.
Dan sebetulnya jawabannya tidak sulit
Bhante… kalau saya selesai melakukan sesuatu mengatur ruangan ini, mengatur dekor, membangun sesuatu, bangun pabrik, bangun apa…, anak lulus..
AKU-kan muncul bhante? Meskipun tidak diucapkan… ( jangan diomongkan loh.., nanti kalo bhante tahu.. dikira AKU-nya besar ).
Tapi di dalam pikiran muncul.
AKU sudah berhasil meluluskan anakku. Wah dekor ini bagus ya.. AKU puas…, Oh gedung ini… dulu AKU yang mencarikan dana.., AKU yang merancang.
Itukan AKU muncul bhante? Bagaimana bhante? Sayakan sudah meditasi?
Sederhana saudara sebetulnya saudara.. JANGAN DI MUSUHI AKU-nya.
Loh gimana bhante?
Lihat aja…. Eh… AKU lagi muncul ini…
Biar… saja….
Malulah AKU koq muncul terus…, ini kan tidak baik, katanya bhante ini biang keladi. Nanti serakah bisa muncul, benci bisa muncul.
Gak baik ini… pikiranku koq begini?
Itu malah tidak baik. Memusuhi dirinya sendiri. Kebencian kepada dirinya.
Jadi bagaimana bhante?
Lihat saja… Oh… AKU lagi mau enjoy-enjoy. Mau mencari nama ini….
Nanti dia akan turun.. turun… turun…
Jadi kalau AKU muncul itu tidak dianggap noda bhante?
Di dalam vipassana semua diperhatikan, tidak dipilah-pilah mana noda, mana bersih, mana jahat, mana kotor, mana mulia, mana rendah, mana ingatan, mana rencana, tidak dikategorikan begitu. Semua yang muncul dipikiran termasuk ke-AKU-an, keserakahan, ingin selingkuh, ingin makan enak, ingin hubungan seks, ingin membunuh, semuanya diperhatikan…. Saja.
Tidak di stop?
Tidak…
Tetapi juga tidak dikembangkan… Sederhana.
Kalo AKU-nya membara-bara bhante?
AKU yang berhubungan dengan kebencian. Aku dibohongi, Aku dilangkahi, Harga diriku diinjak-injak…
Juga di perhatikan saja.
Kalo AKU berhubungan dengan keserakahan. Aku sukses, Aku berhasil, Aku melakukan yang baik, Aku rendah hati, Aku tidak sombong…
Juga dibiarkan saja… Dilihat saja.
Lihat dengan PASIF….
Ya sukar bhante…
Oleh karena itu, sebelum mampu memperhatikan gejolak pikirannya. Berusahalah memperhatikan perasaan. Karena jenisnya perasaan hanya dua macam, Suka atau Tidak Suka – Senang atau Tidak Senang.
Sebelum memperhatikan perasaan…. Mulai dengan memperhatikan jasmani.. Langkah kaki . menyapu.
Ya tidak bisa bhante…. Sadar terus menerus….. sepanjang hari.
Ya memang tidak bisa…. Sebanyak mungkin….
Dan sekali sehari duduk diam. Memperhatikan nafasnya sendiri…
TANYA: ( Video Terpotong )
JAWAB:
Kalau kita meditasi duduk capek di punggung.
Ada dua hal.. capeknya ini disadari… bisa.
Atau rasa tidak senang. Oh.. ini gak senang… gak senang… Disadari dulu, jangan diberi reaksi dulu.
Setelah disadari dulu capeknya atau tidak senangnya.
Koq masih capek terus…. Ya… di tegakkan dikit… atau buka mata sebentar kemudian gerak-gerak sedikit. Tapi dengan kesadaran…
Kan meditasinya putus bhante?
Tidak putus.. kalo dilakukan dengan kesadaran….., tutup mata lagi… perhatikan nafas…
Kalo ada nyamuk menggigit di pipi sini. …. Nggak mungkin perhatikan nafas…
Sadari Gatal…..
dan pikiran harus dijaga.
Ini nyamuk biasa atau demam berdarah?
Kalo nyamuk demam berdarah ini gimana kalo gak langsung di usir… pikiran berjalan begitu.
Jangan turuti dulu…
Lalu timbul rasa tidak senang…. Oh… gak senang ini, gak senang ini…
Lalu timbul keinginan cepat-cepat digaruk…. Oh.. pikiran muncul ini… sadari dulu… itu. Dari gatal… tidak senang… ingin garuk dan sebagainya. Kalau sudah di sadari begitu, gatalnya tidak hilang baru diberi reaksi. Tangannya dinaikkan diusap pipinya… naik.. turun… hilang gatalnya tangannya diturunkan… semua dilakukan dengan penuh perhatian. Mulai lagi nafasnya diperhatikan…. Masuk,,, keluar…
Boleh ya bhante begitu?
Boleh.. TAPI SEMUA DILAKUKAN DENGAN KEAWASAN.
Tidak pipi sakit…. Cekit Langsung pless…. Tangan menampar pipi….
Robot itu… Diperhatikan dulu… Diperhatikan dulu… jangan reaksi dulu.
Supaya apa?
Supaya emosi tidak meledak-ledak, dan pikiran tidak cepat memberikan reaksi spontan. Perhatikan dulu sampai sejauh mana gatal ini.
Kaki sakit… ehm… sakit ini…
Pikiran: Cepat berdiri.. nanti lumpuh.. macam-macam ini muter pikirannya…
Oh… ini sakit… dijaga senetral mungkin. Tidak menganalisa, tidak menghakimi, tidak mencari sebabnya.
JUST…… HANYA SADAR…
Lalu gak senang muncul…. Oh ini gak senang muncul.
Pikiran: Bergerak sedikit tidak papa… Oh ini pikiran sudah muncul… ingin bergerak sedikit.
Sakitnya hilang…. Ya sudah kembali ke nafas, kalau belun hilang-hilang mau menuruti bergerak sedikit… Ya boleh… bergerak saja dengan kesadaran. Lalu kembali ke nafas…
Itulah Vipassana…. Selamat Melatih Vipassana.
Ada bahaya bhante melatih Vipassana kalau tidak ada guru?
Tidak ada. Selama anda mempunyai tujuan benar, untuk mengurangi kotoran bathin, untuk menipiskan ke-AKU-an, Untuk mempertajam keawasan, supaya ke-AKU-an tidak merajalela, supaya perasaan tidak menjadi provokator yang ganas.
TIDAK ADA RESIKO UNTUK ITU……..
Tetapi kalo anda berlatih meditasi untuk membangkitkan kundhalini, tenaga dalam, prana, bisa melihat mahluk halus, bisa membaca pikiran orang, mempunyai kekuatan dalam yang luar biasa.
SAYA MOHON MAAF….. SAYA TIDAK BISA MEMBERIKAN KOMENTAR, KARENA SAYA TIDAK MELATIH CARA MEDITASI SEPERTI ITU