“Kusut di dalam, kusut di luar,
Generasi ini terjerat dalam kekusutan.
Aku bertanya kepada-Mu, O, Gotama,
Siapakah yang mampu menguraikan kekusutan ini?”[1]
“Seseorang yang mantap dalam moralitas, bijaksana,
Mengembangkan batin dan kebijaksanaan,
Seorang bhikkhu yang tekun dan waspada:
Ia mampu menguraikan kekusutan ini.[2]
“Mereka yang mana nafsu dan kebencian
Bersama dengan kebodohan telah dihapuskan,
Para Arahanta dengan noda terhancurkan:
Bagi mereka, kekusutan telah diuraikan.[3]
“Di mana nama-dan-bentuk lenyap,
Berhenti tanpa sisa,
Dan juga benturan dan persepsi atas bentuk:
Di sinilah, kekusutan telah diuraikan.”[4]
Catatan Kaki
1.Syair ini dan yang berikutnya membentuk tema pembuka dari Vism dan dikomentari pada Vism 1-4 (Ppn 1:1-8); Penjelasan ini digabungkan dalam Spk. VĀT menyarankan bahwa kata antojāṭa bahijaṭā seharusnya dianggap sebagai kata majemuk bahubbīhi sebagai kebalikan dari pajā (“memiliki kekusutan di dalam, memiliki kekusutan di luar”), tetapi saya menerjemahkan sesuai dengan Spk, yang memperlakukan sebagai tappurisa.
Spk: Kekusutan (jaṭā) adalah suatu istilah bagi jaringan keinginan, dalam pengertian “saling menjalin”, karena muncul berulang-ulang naik dan turun di antara objek-objek indria seperti bentuk-bentuk. Ada kekusutan di dalam, kekusutan di luar, karena keinginan muncul sehubungan dengan kepemilikan seseorang dan kepemilikan orang lain; sehubungan dengan jasmani diri sendiri dan jasmani orang lain; dan sehubungan dengan landasan-landasan internal dan eksternal.
2. Jawaban Sang Buddha adalah pernyataan yang ringkas atas tiga latihan, dengan Samadhi dirujuk oleh kata citta. Spk mengatakan bahwa kebijaksanaan disebutkan tiga kali dalam syair ini: pertama sebagai kecerdasan halus (“bijaksana”); kedua sebagai kebijaksanaan vipassana (vipassanā-paññā), kebijaksanaan yang harus dikembangkan; dan ketiga sebagai “bijaksana”, kebijaksanaan pragmatis yang menuntun dalam semua tugas (sabbakiccaparināyikā parihāriyapaññā).
Spk: “Bagaikan seseorang yang berdiri di atas tanah dan memegang sebilah pisau tajam dapat menguraikan kekusutan bambu, demikian pula seorang bhikkhu ... berdiri di atas tanah moralitas dan memegang pisau kebijaksanaan-vipassanā yang diasah di atas batu asah konsentrasi, dengan tangan kecerdasan praktis yang diupayakan oleh kekuatan usaha, dapat menguraikan, memotong, dan membongkar seluruh kekusutan keinginan yang tumbuh berlebihan dalam keseluruhan batinnya.” (diadaptasi dari Ppn 1:7)
3.Syair sebelumnya menunjukkan siswa (sekha), yang mampu menguraikan kekusutan, syair ini menunjukkan para Aharanta, seorang yang telah menyelesaikan latihan (asekha), yang telah selesai menguraikan kekusutan.
4. Spk mengatakan bahwa syair ini disebutkan untuk menunjukkan kesempatan (atau wilayah) untuk menguraikan kekusutan (jaṭāya vijaṭanokāsa). Di sini, nama (nāma) mewakili empat kelompok unsur batin. Spk memperlakukan benturan (paṭigha) sebagai bentuk singkat karena tuntutan irama dari benturan (paṭighasaññā). Menurut Spk-pṭ, dalam pāda c, kita harus membaca bentuk gabungan ringkas dvanda, paṭigharūpasaññā (“persepsi benturan dan persepsi bentuk”), bagian pertama telah dipotong, dipecah, dan dibuat berbunyi sengau untuk menyesuaikan irama. Benturan sebagai kontak dari lima objek indria dengan lima landasan indria, “persepsi benturan” (paṭighasaññā) didefinisikan sebagai lima persepsi indria (baca Vibh 261, 31-34 dan Vism 329,22-24; Ppn 10:16). Persepsi bentuk (rūpasaññā) memiliki daerah yang lebih luas, termasuk juga persepsi bentuk yang terlihat dalam jhāna-jhāna [Spk-pṭ: persepsi bentuk dari kasiṇa-tanah, dan lain-lain]. Spk menjelaskan bahwa yang pertama menyiratkan kehidupan alam-indria, yang terakhir, kehidupan alam-berbentuk, dan gabungan keduanya menyiratkan kehidupan alam tanpa-bentuk, dengan demikian mencakup tiga alam kehidupan.
Di sinilah kekusutan ini dipotong. Kekusutan ini dipotong, dalam pengertian bahwa lingkaran dengan tiga alamnya terhenti. Terpotong dan lenyap dalam ketergantungan pada Nibbāna.
©2011 Edisi DhammaCitta Pedia. Sumber: Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha, Terjemahan baru Saṃyutta Nikāya. ©2010 DhammaCitta Press.
Saran Penulisan Kutipan: "SN 1.23: Jaṭā Sutta - Kekusutan" oleh Bhikkhu Bodhi. DhammaCitta Pedia, revisi 14/11/2011, http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_1.22:_Jaṭā_Sutta
Generasi ini terjerat dalam kekusutan.
Aku bertanya kepada-Mu, O, Gotama,
Siapakah yang mampu menguraikan kekusutan ini?”[1]
“Seseorang yang mantap dalam moralitas, bijaksana,
Mengembangkan batin dan kebijaksanaan,
Seorang bhikkhu yang tekun dan waspada:
Ia mampu menguraikan kekusutan ini.[2]
“Mereka yang mana nafsu dan kebencian
Bersama dengan kebodohan telah dihapuskan,
Para Arahanta dengan noda terhancurkan:
Bagi mereka, kekusutan telah diuraikan.[3]
“Di mana nama-dan-bentuk lenyap,
Berhenti tanpa sisa,
Dan juga benturan dan persepsi atas bentuk:
Di sinilah, kekusutan telah diuraikan.”[4]
Catatan Kaki
1.Syair ini dan yang berikutnya membentuk tema pembuka dari Vism dan dikomentari pada Vism 1-4 (Ppn 1:1-8); Penjelasan ini digabungkan dalam Spk. VĀT menyarankan bahwa kata antojāṭa bahijaṭā seharusnya dianggap sebagai kata majemuk bahubbīhi sebagai kebalikan dari pajā (“memiliki kekusutan di dalam, memiliki kekusutan di luar”), tetapi saya menerjemahkan sesuai dengan Spk, yang memperlakukan sebagai tappurisa.
Spk: Kekusutan (jaṭā) adalah suatu istilah bagi jaringan keinginan, dalam pengertian “saling menjalin”, karena muncul berulang-ulang naik dan turun di antara objek-objek indria seperti bentuk-bentuk. Ada kekusutan di dalam, kekusutan di luar, karena keinginan muncul sehubungan dengan kepemilikan seseorang dan kepemilikan orang lain; sehubungan dengan jasmani diri sendiri dan jasmani orang lain; dan sehubungan dengan landasan-landasan internal dan eksternal.
2. Jawaban Sang Buddha adalah pernyataan yang ringkas atas tiga latihan, dengan Samadhi dirujuk oleh kata citta. Spk mengatakan bahwa kebijaksanaan disebutkan tiga kali dalam syair ini: pertama sebagai kecerdasan halus (“bijaksana”); kedua sebagai kebijaksanaan vipassana (vipassanā-paññā), kebijaksanaan yang harus dikembangkan; dan ketiga sebagai “bijaksana”, kebijaksanaan pragmatis yang menuntun dalam semua tugas (sabbakiccaparināyikā parihāriyapaññā).
Spk: “Bagaikan seseorang yang berdiri di atas tanah dan memegang sebilah pisau tajam dapat menguraikan kekusutan bambu, demikian pula seorang bhikkhu ... berdiri di atas tanah moralitas dan memegang pisau kebijaksanaan-vipassanā yang diasah di atas batu asah konsentrasi, dengan tangan kecerdasan praktis yang diupayakan oleh kekuatan usaha, dapat menguraikan, memotong, dan membongkar seluruh kekusutan keinginan yang tumbuh berlebihan dalam keseluruhan batinnya.” (diadaptasi dari Ppn 1:7)
3.Syair sebelumnya menunjukkan siswa (sekha), yang mampu menguraikan kekusutan, syair ini menunjukkan para Aharanta, seorang yang telah menyelesaikan latihan (asekha), yang telah selesai menguraikan kekusutan.
4. Spk mengatakan bahwa syair ini disebutkan untuk menunjukkan kesempatan (atau wilayah) untuk menguraikan kekusutan (jaṭāya vijaṭanokāsa). Di sini, nama (nāma) mewakili empat kelompok unsur batin. Spk memperlakukan benturan (paṭigha) sebagai bentuk singkat karena tuntutan irama dari benturan (paṭighasaññā). Menurut Spk-pṭ, dalam pāda c, kita harus membaca bentuk gabungan ringkas dvanda, paṭigharūpasaññā (“persepsi benturan dan persepsi bentuk”), bagian pertama telah dipotong, dipecah, dan dibuat berbunyi sengau untuk menyesuaikan irama. Benturan sebagai kontak dari lima objek indria dengan lima landasan indria, “persepsi benturan” (paṭighasaññā) didefinisikan sebagai lima persepsi indria (baca Vibh 261, 31-34 dan Vism 329,22-24; Ppn 10:16). Persepsi bentuk (rūpasaññā) memiliki daerah yang lebih luas, termasuk juga persepsi bentuk yang terlihat dalam jhāna-jhāna [Spk-pṭ: persepsi bentuk dari kasiṇa-tanah, dan lain-lain]. Spk menjelaskan bahwa yang pertama menyiratkan kehidupan alam-indria, yang terakhir, kehidupan alam-berbentuk, dan gabungan keduanya menyiratkan kehidupan alam tanpa-bentuk, dengan demikian mencakup tiga alam kehidupan.
Di sinilah kekusutan ini dipotong. Kekusutan ini dipotong, dalam pengertian bahwa lingkaran dengan tiga alamnya terhenti. Terpotong dan lenyap dalam ketergantungan pada Nibbāna.
©2011 Edisi DhammaCitta Pedia. Sumber: Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha, Terjemahan baru Saṃyutta Nikāya. ©2010 DhammaCitta Press.
Saran Penulisan Kutipan: "SN 1.23: Jaṭā Sutta - Kekusutan" oleh Bhikkhu Bodhi. DhammaCitta Pedia, revisi 14/11/2011, http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_1.22:_Jaṭā_Sutta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar