Sabtu, 29 Desember 2012

Be Mindful


Namo Tassa Bagavato Arahato Sammasambuddhassa

Appamado amatapadam pamado maccuno padam    
Appamatta na miyanti Ye pamatta yatha mata

kesadaran adalah jalan menuju kekekalan,    
kelengahan adalah jalan menuju kematian.
Orang yang sadar tidak akan mati,
tetapi orang yang lengah seperti orang yang telah mati.





Menjalani hidup dengan penuh kesadaran mungkin menurut anda mudah, jangan salah, menjalani kehidupan kita dengan sadar bukan perkara remeh, kualitas kehidupan kita di bentuk oleh kesadaran kita dalam melakukan segala sesuatu. Masalahnya, hampir semua orang menjalani hidup tidak dengan kesadaran penuh. Anda mungkin keberatan dan mengatakan; tidak mungkin" saya selalu sadar setiap saat. Saya melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran". tapi benarkah begitu?? Mari kita lihat.

Ada dua jenis kesadaran, kesadaran batin dan kesadaran jasmani. Kesadaran batin adalah menyadari mengenai siapakah diri kita, dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup dan kemana kita akan pergi. kesadaran jasmani adalah kesadaran dalam keseharian kita . Di sini kita menyadari sepenuhnya apa yang sedang kita lakukan, pikiran dan rasakan.

Banyak permasalahan yang kita hadapi terjadi semata-mata karena kurangnya kesadaran pada saat kita melakukan. Apa Anda pernah bercanda kelewat batas?? Apakah anda pernah keseleo bicara tentang sesuatu yang tidak pantasnya? Pernah bukan? Ini menunjukkan kita sering kehilangan kendali kesadaran atas apa yang kita lakukan. Anda baru sadar telah bercanda tidak pada tempat nya begitu ada kawan merasa terluka, anda baru sadar telah bertindak kasar setelah orang lain sakit hati, anda baru sadar telah berbohong setelah hal itu menimbulkan masalah.

Ada dua penyebabnya, pertama, kita sering melakukan sesuatu secara optimis. Sangking rutinnya hal tersebut, kita melakukannya tanpa berpikir, kita hanya bergerak seperti robot. Kedua, kita tidak menyadari perasaan apa yang muncul dalam diri kita setiap saat. Padahal perasaan inilah yang mendorong kita untuk melakukan berbagai tindakan.

Menyadari perasaan perasaan yang muncul setiap waktu merupakan kunci keberhasilan kita dalam hidup.Anda harus mampu mengenali dan mendefinisikan berbagai macam perasaan yang datang silih berganti. Begitu anda marah, sadarilah bahwa anda sedang marah. Begitu anda takut, sadarilah anda sedang takut . Begitu anda sedang tergoda, apakah oleh uang, kekuasaan, jabatan maupun yang lainnya. Sadarilah bahwa anda sedang tergoda, anda harus mampu menyadari perasaan yang timbul. Sadari dan akuilah perasaan itu. Ini nama nya kesadaran yang tepat waktu. Dengan demikian anda dapat membunuh "monsternya" selagi ia masih kecil.

Salah satu kemajuan sepiritual kita adalah sejauh mana kita dapat menjaga kesadaran kita setiap saat. Inilah yang di sebut mindfulness yaitu hidup dalam kesadaran dan keterjagaan pikiran. Mindfulness membuat kita lebih fokus. Ini membantu kita memberikan perhatian pada apa yang tengah kita berikan perhatian, membuat kita hidup di dalamnya, serta menikmati dan mengapresiasi saat membantu kita benar-benar melihat apa yang sebenar nya tengah terjadi.

Intinya, untuk dapat menikmati hidup, orang harus memiliki kesadaran setiap saat. Sederhana sekali bukan?? Inilah cara termudah/murah untuk dapat menikmati hidup yang berkualitas. Anda tidak perlu melakukan apapun. Tidak perlu membayar pajak dan sebagainya. Yang anda perlu cuma satu; menyadari. maka Buddha mengatakan didunia ini ada dua Dhamma yang amat menolong (uparakara Dhamma ) yaitu;

Sati yang berarti Ingatan, perhatian, kewaspadaan, dan kesadaran. Sedangkan Sampajanna berarti menyadari.

mengapa para pertapa pergi bertapa? karena dengarn bertapa mereka dapat menyadari setiap gerakan dari tubuh mereka, merasakan setiap helaan nafas mereka. Mengapa banyak orang datang untuk bermeditasi? Karena dengan meditasi kesadaran atas tubuh dan pikiran kita. Apa inti dari meditasi? Juga kesadaran. Kesadaran untuk menikmati setiap irama gerakan tubuh.
Di dalam Dhammapada, Appamada Vagga, dikatakan;

Utthanavato satimato sucikammassa nisammakarino
Sannatassa ca dammajivino Appamattassa yaso bhivaddhati


yang artinya orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri

Tapi anda tak perlu jauh-jauh pergi bertapa untuk mendapat ketenangan. Anda hanya perlu kesadaran dalam menjalani kehidupan anda. Rasakan setiap gerakan tubuh anda. Rasakan setiap helaan nafas anda, rasakan pemandangan di jalan yang anda lalui ketika berangkat kerja. Dan rasakan ketenangan meliputi hari-hari anda. Selamat mecoba....



Jumat, 07 Desember 2012

Metode Dasar Meditasi





NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA


Bagian 1

Meditasi adalah jalan untuk mencapai pelepasan. Dalam meditasi orang melepas dunia yang rumit di luar untuk dapat meraih dunia yang tenteram di dalam. Dalam semua jenis aliran mistik dan dalam banyak tradisi, ini dikenal sebagai jalan menuju pikiran yang murni dan kokoh. Pengalaman dari pikiran yang murni ini, terbebas dari dunia, sangatlah menakjubkan dan membahagiakan.

Selama retret meditasi ini akan diperlukan kerja keras pada mulanya, namun embanlah kerja kerasnya dengan menyadari bahwa hal itu akan mengarahkan anda untuk mengalami keadaan-keadaan yang sangat indah dan berarti. Semua itu akan sebanding dengan usahanya! Merupakan sebuah hukum alam bahwa tanpa usaha orang takkan dapat membuat kemajuan. Entah orang tersebut adalah seorang perumah-tangga ataupun rahib, tanpa usaha orang takkan sampai ke manapun, dalam meditasi atau apapun juga.

Usaha saja, walau demikian, tidaklah cukup. Usaha perlu kecakapan. Ini berarti mengarahkan energi anda persis pada tempat yang benar dan menjaganya di sana sampai tugasnya selesai. Usaha yang penuh kecakapan tidaklah merintangi maupun mengganggu anda, sebaliknya itu menghasilkan kedamaian yang indah dari meditasi mendalam.

Untuk dapat mengetahui ke mana usaha anda semestinya diarahkan, anda harus memiliki pemahaman yang jernih mengenai tujuan meditasi. Tujuan dari meditasi ini adalah kesunyian yang indah, keheningan dan kejernihan pikiran. Bila anda dapat mengerti tujuan tersebut maka tempat untuk mengerahkan usaha anda, cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut menjadi sangat jelas.

Usahanya diarahkan untuk melepas, untuk mengembangkan pikiran yang condong pada pelepasan. Salah satu dari banyak pernyataan sederhana namun mendalam dari Sang Buddha adalah bahwa "seorang meditator yang pikirannya condong pada pelepasan, dengan mudah mencapai Samadhi (tujuan meditasi)". Meditator seperti itu memperoleh tingkat-tingkat kebahagiaan batin secara hampir-hampir otomatis. Apa yang Sang Buddha katakan adalah bahwa penyebab utama untuk mencapai meditasi yang mendalam, untuk mencapai tingkat-tingkat yang sangat kuat ini adalah kemauan untuk meninggalkan, untuk melepas dan untuk menanggalkan.

Selama retret meditasi ini, kita tidak akan mengembangkan pikiran yang menumpuk dan melekat pada segala hal, namun sebaliknya kita mengembangkan pikiran yang mau melepas segala hal, melepas segala beban. Di luar meditasi kita harus membawa beban berupa tugas-tugas kita yang banyak, bagaikan begitu banyak kopor-kopor berat, namun di dalam masa meditasi muatan sebanyak itu tidaklah diperlukan. Jadi, di dalam meditasi tinjaulah apakah anda dapat membongkar muatan sebanyak mungkin. Pikirkan segala hal ini sebagai beban, bobot berat yang menghimpit anda. Kemudian anda akan mempunyai sikap yang benar untuk melepas segala hal ini, meninggalkan mereka dengan bebas tanpa memandang balik. Usaha ini, sikap ini, gerakan pikiran yang condong pada pelepasan ini, adalah apa yang akan mengarahkan anda ke dalam meditasi yang mendalam. Bahkan selama tingkat-tingkat awal dari retret meditasi ini, cobalah apakah anda dapat membangkitkan energi pelepasan, kemauan untuk memasrahkan segala hal, dan sedikit demi sedikit pelepasan akan terjadi. Ketika anda memasrahkan segala hal dalam pikiran anda maka anda akan merasa lebih ringan, tak berbeban dan bebas. Dalam jalan meditasi, meninggalkan segala hal itu terjadi secara bertahap, langkah demi langkah.

Anda boleh melewati tahap awal secara cepat bila anda mau, namun hati-hatilah bila anda melakukannya. Kadang kala ketika anda melewati langkah-langkah awal terlalu cepat, anda temukan bahwa pekerjaan pendahuluan belum selesai. Seperti mencoba membangun sebuah rumah di atas landasan yang lemah dan terburu-buru. Strukturnya dibangun dengan cepat, namun runtuh dengan cepat pula! Jadi anda bijaksana menghabiskan banyak waktu pada landasannya, dan juga pada "lantai pertama", membuat pekerjaan dasar dengan baik, kuat dan kokoh. Kemudian ketika anda berlanjut ke lantai yang lebih tinggi, tingkat-tingkat kebahagiaan meditasi, mereka pun stabil dan kokoh.

Dalam cara saya mengajar meditasi, saya suka memulai pada tahap yang sangat sederhana berupa pelepasan muatan masa lalu dan masa depan. Kadang anda mungkin berpikir bahwa ini adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan, bahwa ini terlalu dasar. Namun, bila anda memberikan segenap usaha anda, tidak berlari mendahului menuju tahap-tahap meditasi yang lebih tinggi sampai anda telah secara layak mencapai tujuan pertama berupa perhatian yang terus-menerus pada saat kini, maka anda akan temukan nantinya bahwa anda telah membentuk landasan yang sangat kuat untuk membangun tahap-tahap yang lebih tinggi.

Meninggalkan masa lalu berarti bahkan tidak memikirkan pekerjaan anda, keluarga anda, komitmen-komitmen anda, tanggung jawab-tanggung jawab anda, sejarah hidup anda, masa-masa baik maupun buruk yang anda alami sewaktu kecil..., anda meninggalkan semua pengalaman masa lalu dengan tidak memperlihatkan minat padanya sama sekali. Anda menjadi seseorang yang tanpa sejarah hidup selama waktu anda bermeditasi. Anda bahkan tidak berpikir dari mana anda berasal, di mana anda dilahirkan, siapa orang tua anda atau bagaimana anda dulu diasuh. Semua sejarah hidup ditinggalkan dalam meditasi. Dengan begini, setiap orang di retret ini menjadi sebanding, hanya seorang meditator. Tidak penting seberapa banyak tahun anda telah bermeditasi, entah anda seorang kawakan atau pemula. Bila anda meninggalkan semua sejarah hidup tersebut maka kita semua sebanding dan bebas. Kita membebaskan diri kita dari berbagai keprihatinan, pencerapan dan pemikiran ini yang membatasi kita dan yang menghentikan kita dalam mengembangkan kedamaian yang timbul dari pelepasan. Jadi setiap "bagian" dari sejarah hidup anda akhirnya dilepas, bahkan sejarah hidup mengenai apa yang telah terjadi pada diri anda sejauh ini dalam retret ini, bahkan ingatan mengenai apa yang terjadi pada diri anda sesaat yang lalu! Dengan begini, anda tidak membawa beban dari masa lalu ke dalam masa kini. Apapun yang telah terjadi, anda tidak lagi berminat padanya dan anda melepaskannya. Anda tidak membiarkan masa lalu berkumandang dalam pikiran anda.

Saya menggambarkan ini umpamanya mengembangkan pikiran anda laksana sel berbantal. Sewaktu pengalaman, pencerapan atau pemikiran apapun menghantam tembok dari "sel berbantal", ia tidak mental balik kembali. Ia cuma tenggelam dalam bantalan dan berhenti tepat di sana. Jadi kita tidak membiarkan masa lalu bergema dalam kesadaran kita, pastinya bukan hari kemarin dan segala masa sebelumnya, sebab kita sedang mengembangkan pikiran yang condong pada pelepasan, pemasrahan dan tak berbeban.

Beberapa orang mempunyai pandangan bahwa bila mereka mengambil masa lalu untuk perenungan, mereka entah bagaimana dapat belajar sesuatu darinya dan memecahkan masalah-masalah masa lalu. Namun, anda harus mengerti bahwa sewaktu anda menatap masa lalu, anda bagaimanapun juga melihat melalui lensa yang terdistorsi. Bagaimanapun itu anda pikirkan, sebenarnya itu tidak sungguh-sungguh demikian! Inilah mengapa orang-orang berdebat mengenai apa yang sesungguhnya terjadi, bahkan beberapa saat yang lalu. Diketahui secara luas oleh polisi yang menyelidiki kecelakaan lalu lintas bahwa walaupun kecelakaan tersebut mungkin baru terjadi setengah jam yang lalu, dua saksi mata yang berbeda, keduanya sungguh-sungguh jujur, akan memberikan penuturan yang berbeda. Ingatan kita tak dapat dipercaya. Bila anda mempertimbangkan betapa tidak terpercayanya ingatan, maka anda tak akan menaruh nilai pada pemikiran tentang masa lalu. Kemudian anda akan melepaskannya. Anda dapat menguburnya, sebagaimana anda mengubur orang yang telah meninggal. Anda menaruhnya dalam peti mati kemudian menguburnya, atau mengremasinya, dan berakhirlah sudah, selesai. Jangan lekat pada masa lalu. Jangan terus membawa peti dari saat-saat yang mati di kepala anda. Bila anda lakukan maka anda memboboti diri sendiri dengan beban berat yang bukan benar-benar milik anda. Biarkan semua masa lalu lewat dan anda punya kemampuan untuk bebas pada saat kini.

Sedangkan untuk masa depan, antisipasi, kekhawatiran, rencana-rencana, dan pengharapan -- lepaskan pula semua itu. Sang Buddha suatu ketika berkata mengenai masa depan "apapun yang anda bayangkan, itu akan selalu sesuatu yang berbeda"! Masa depan ini diakui oleh orang yang arif sebagai tak pasti, tak diketahui dan begitu tak terduga. Seringkali merupakan suatu kedunguan untuk membayangkan masa depan, dan selalu merupakan kesia-siaan besar dari waktu anda untuk memikirkan masa depan di dalam meditasi.

Sewaktu anda bekerja dengan pikiran anda, anda temukan bahwa pikiran begitu anehnya. Ia dapat melakukan hal-hal yang menakjubkan dan tak terduga. Sangatlah umum bagi para meditator yang sedang mengalami masa sulit, yang tidak merasa damai, untuk duduk di sana berpikir "Nah ini lagi, satu jam frustasi". Walaupun mereka mulai berpikir seperti itu, menyangka akan gagal, sesuatu yang aneh terjadi dan mereka masuk ke dalam meditasi yang sangat damai.

Baru-baru ini saya mendengar seorang laki-laki yang menjalani retret sepuluh hari pertamanya. Setelah hari pertama tubuhnya terasa begitu sakit hingga ia meminta pulang ke rumah. Gurunya berkata "Tinggallah sehari lagi dan rasa sakitnya akan lenyap, saya janji". Maka ia tinggal sehari lagi, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi hingga ia ingin pulang ke rumah lagi. Gurunya mengulangi "satu hari lagi saja, rasa sakitnya akan pergi". Ia tinggal untuk hari ketiga dan rasa sakitnya semakin parah. Tiap-tiap sembilan hari itu, di sore hari ia mendatangi gurunya dan, kesakitan, meminta untuk pulang ke rumah dan gurunya akan berkata, "satu hari lagi saja dan sakitnya akan lenyap". Sungguh-sungguh melampaui harapannya bahwa, pada hari terakhir, sewaktu ia mulai duduk pertama di pagi hari, rasa sakitnya benar-benar lenyap! Tidak datang kembali. Ia dapat duduk dalam jangka waktu yang panjang tanpa rasa sakit sama sekali! Ia begitu keheranan pada betapa menakjubkannya pikiran ini dan bagaimana ia dapat membuahkan hasil-hasil yang begitu tak terduga. Jadi, anda tidak mengetahui masa depan. Bisa sedemikian anehnya, bahkan ganjil, benar-benar melampaui apapun yang anda harapkan. Pengalaman-pengalaman seperti ini memberikan anda kebijaksanaan dan keberanian untuk meninggalkan semua pikiran mengenai masa depan, dan semua harapan-harapannya sekalian.

Sewaktu anda sedang bermeditasi dan berpikir "Masih berapa menit lagi mesti dijalani? Berapa lama lagi saya harus menahan semua ini?" maka itu hanyalah mengeluyur ke dalam masa depan lagi. Rasa sakitnya bisa saja lenyap dalam sekejap. Kejap berikutnya bisa saja bebas. Anda tak bisa menyangka apa yang akan terjadi.

Sewaktu dalam retret, anda telah bermeditasi selama banyak sesi, anda barangkali berpikir bahwa tak satupun dari meditasi-meditasi itu yang bagus. Dalam sesi meditasi berikutnya anda duduk dan segalanya menjadi begitu damai dan mudah. Anda berpikir "Wah! Sekarang saya bisa bermeditasi!", namun meditasi berikutnya jelek kembali. Apa yang terjadi di sini?

Guru meditasi pertama saya memberitahukan saya sesuatu yang waktu itu terdengar sangat aneh. Ia bilang bahwa tak ada meditasi yang buruk! Ia benar. Semua meditasi-meditasi itu yang anda sebut buruk, mengecewakan dan tak sesuai dengan harapan-harapan anda, semua meditasi itu adalah di mana anda melakukan kerja keras untuk "cek gajian" anda...

Ini seperti seseorang yang pergi bekerja hari Senin seharian dan tak mendapat uang di akhir hari tersebut. "Untuk apa kulakukan semua ini?', ia berpikir. Ia bekerja hari Selasa seharian dan masih tetap tidak mendapat apa-apa. Satu hari yang buruk lagi. Hari Rabu seharian, hari Kamis seharian, dan tetap tak terlihat apa-apa dari kerja keras tersebut. Itu adalah empat hari buruk berturut-turut. Kemudian datang hari Jumat, ia melakukan pekerjaan yang persis sama seperti sebelumnya dan di akhir hari tersebut boss-nya memberikan ia sebuah cek gajian. "Wah! Kenapa tiap hari tak bisa jadi hari gajian?!"

Mengapa tiap meditasi tak bisa jadi "hari gajian"? Nah, apakah anda mengerti perumpamaan itu? Adalah dalam meditasi-meditasi yang sulit anda membangun kredit anda, anda membangun sebab-sebab untuk sukses. Bekerja mencari kedamaian dalam meditasi-meditasi yang sulit, anda membangun kekuatan anda, momentum untuk kedamaian. Kemudian sewaktu terdapat cukup kredit dari hal-hal yang baik, pikiran masuk ke dalam meditasi yang bagus dan itu terasa laksana "hari gajian". Di dalam meditasi-meditasi yang buruklah anda bekerja.

Dalam retret yang saya berikan di Sydney baru-baru ini, selama waktu wawancara, seorang wanita memberitahu saya bahwa ia telah jengkel pada saya seharian, namun untuk dua sebab yang berbeda. Dalam meditasi-meditasi awal ia mengalami masa yang sulit dan merasa jengkel pada saya karena tidak membunyikan bel untuk mengakhiri meditasi lebih dini. Dalam meditasi berikutnya ia masuk ke dalam keadaan damai yang indah dan merasa jengkel pada saya karena membunyikan bel terlalu dini. Sesi-sesi tersebut semua sama panjangnya, persis satu jam. Anda tak bakalan menang sebagai seorang guru, membunyikan bel!

Inilah yang terjadi sewaktu anda mengantisipasi masa depan, berpikir "Berapa menit lagi sampai belnya berbunyi?" Itulah di mana anda menyiksa diri sendiri, sewaktu anda mengangkat sebuah beban berat yang bukan urusan anda. Jadi hati-hatilah untuk tidak mengangkat kopor berat berupa "Berapa menit lagi mesti dijalani?" atau "Apa yang mesti kulakukan selanjutnya?" Bila itu adalah apa yang sedang anda pikirkan, maka anda tidak menaruh perhatian pada apa yang terjadi sekarang. Anda tidak melakukan meditasi. Anda telah kehilangan alurnya dan mencari kesulitan.

Dalam tahap meditasi ini jagalah perhatian anda tepat pada saat kini, pada titik di mana anda bahkan tidak mengetahui hari apa itu atau pukul berapa itu -- pagi? sore? tidak tahu! Apa yang anda ketahui adalah saat apa itu -- saat kini! Dengan begini anda tiba pada skala waktu monastik yang indah di mana anda hanya bermeditasi dalam saat kini, tidak tahu berapa banyak menit yang telah lewat dan berapa banyak yang masih tersisa, bahkan tidak ingat hari apa saat itu.

Suatu kali, sebagai seorang rahib muda di Thailand, saya betul-betul lupa tahun apa saat itu! Adalah mengagumkan hidup dalam alam yang nirwaktu, sebuah alam yang begitu jauh lebih bebas daripada dunia yang dikejar waktu yang biasa kita tinggali. Dalam alam yang nirwaktu, anda mengalami saat kini, sebagaimana semua orang-orang bijak telah alami saat-saat yang sama ini selama beribu-ribu tahun. Itu akan selalu seperti ini, tidak berbeda. Anda telah tiba ke dalam kenyataan mengenai sekarang.

Kenyataan mengenai sekarang itu menakjubkan dan mengagumkan. Sewaktu anda telah meninggalkan semua masa lalu dan masa depan, itu seolah-olah anda telah bangkit hidup. Anda ada di sini, anda eling. Inilah tahap pertama dari meditasi, keelingan yang terus-menerus hanya pada saat kini. Mencapai hal ini, anda telah melakukan banyak sekali. Anda telah melepas beban pertama yang menghentikan meditasi mendalam. Jadi berikan upaya yang banyak untuk mencapai tahap pertama ini sampai kuat, kokoh dan teguh. Setelah itu kita akan memperhalus keelingan saat kini tersebut ke dalam tahap berikutnya -- keelingan sunyi atas saat kini.



Bagian 2

Dalam Bagian 1 dari artikel tiga bagian ini, saya uraikan secara garis besar tujuan dari meditasi ini, yakni kesunyian, keheningan dan kejernihan pikiran yang indah, yang mengandung wawasan-wawasan yang paling mendalam. Kemudian saya tunjukkan tema dasar yang membentang bagaikan benang tak terputus di sepanjang semua meditasi, yaitu pelepasan beban-beban jasmaniah maupun batiniah. Akhirnya, dalam Bagian 1, saya gambarkan secara panjang lebar latihan yang mengarah pada apa yang saya sebut tahap pertama dari meditasi ini, dan tahap pertama tersebut dicapai ketika meditator dengan nyaman tinggal dalam saat kini selama jangka waktu yang panjang & tak terputus. Sebagaimana saya tulis dalam artikel sebelumnya "Kenyataan mengenai sekarang itu menakjubkan dan mengagumkan... Mencapai hal ini, anda telah melakukan banyak sekali. Anda telah melepas beban pertama yang menghentikan meditasi mendalam." Namun setelah mencapai begitu banyak, orang mesti melangkah lebih jauh ke dalam kesunyian pikiran yang semakin indah dan sesungguhnya.

Perlu dijelaskan di sini perbedaan antara keelingan sunyi atas saat kini dan berpikir mengenainya. Perumpamaan menonton pertandingan tenis di TV akan memberi kejelasan. Sewaktu menonton pertandingan semacam itu, anda bisa perhatikan bahwa pada kenyataannya terdapat dua pertandingan yang terjadi secara bersamaan -- ada pertandingan yang anda lihat di layar, dan ada pertandingan yang anda dengar digambarkan oleh komentator. Apalagi bila seorang Australia bermain dengan seorang Selandia Baru maka komentar dari komentator Australia bakalan banyak berbeda dari apa yang sesungguhnya terjadi! Komentar seringkali bias. Dalam perumpamaan ini, menonton layar tanpa komentar berarti keelingan sunyi dalam meditasi, menaruh perhatian pada komentar berarti berpikir mengenainya. Anda mesti sadari bahwa anda jauh lebih dekat pada Kebenaran sewaktu anda mengamati tanpa komentar, sewaktu anda mengalami hanya keelingan sunyi atas saat kini.

Kadang kala lewat komentar hatilah bahwa kita pikir kita mengenal dunia. Sesungguhnya, celoteh hati tidak mengenal dunia sama sekali! Celoteh hatilah yang merangkai waham penyebab penderitaan. Celoteh hatilah yang menyebabkan kita marah terhadap mereka yang kita anggap musuh kita, dan mempunyai kelekatan yang berbahaya terhadap mereka yang kita anggap orang-orang yang kita cintai. Celoteh hati menyebabkan semua masalah-masalah hidup. Ia membangun rasa takut dan bersalah. Ia menciptakan kekhawatiran dan depresi. Ia membangun ilusi sepasti komentator mahir di TV dapat memanipulasi pemirsa untuk menimbulkan kemarahan atau tangisan. Maka bila anda mencari Kebenaran, anda mesti menghargai keelingan sunyi, memandangnya sangat penting, sewaktu bermeditasi, daripada pikiran apapun juga.

Penghargaan tinggi yang orang berikan pada pemikiran-pemikirannyalah yang merupakan rintangan utama menuju keelingan sunyi. Dengan berhati-hati menyingkirkan rasa penting yang orang berikan pada pemikirannya dan menyadari nilai serta kebenaran dari keelingan sunyi merupakan wawasan yang membuat tahap kedua ini -- keelingan sunyi atas saat kini -- menjadi mungkin.

Salah satu cara yang indah untuk mengatasi komentar hati adalah dengan mengembangkan semacam keelingan saat kini yang halus, di mana anda memperhatikan tiap saat begitu dekatnya sehingga anda sama sekali tidak punya waktu untuk mengomentari apa yang baru terjadi. Sebuah pikiran seringkali merupakan pendapat mengenai apa yang baru terjadi, misalnya "Itu tadi bagus", "Itu tadi jelek", "Apa itu tadi?" Semua komentar ini adalah mengenai pengalaman yang baru lewat. Sewaktu anda mencatat, membuat komentar mengenai pengalaman yang baru lewat, maka anda tidak menaruh perhatian pada pengalaman yang baru saja tiba. Anda berurusan dengan pengunjung-pengunjung lama dan mengabaikan pengunjung-pengunjung baru yang datang sekarang!

Anda bisa bayangkan pikiran anda sebagai tuan rumah di sebuah pesta, bertemu dengan tamu-tamu ketika mereka sampai di pintu. Bila seorang tamu sampai dan anda menemuinya serta mulai bercakap-cakap dengannya mengenai ini itu, maka anda tidak melakukan tugas anda menaruh perhatian pada tamu baru yang sampai di pintu. Oleh sebab seorang tamu sampai di pintu setiap saat, yang anda bisa lakukan hanyalah menyalaminya dan kemudian segera menyalami yang berikutnya. Anda tidak mampu untuk masuk ke dalam percakapan yang singkat sekalipun dengan tamu mana saja, karena ini berarti anda akan melewatkan tamu yang berikutnya. Dalam meditasi, semua pengalaman datang lewat pintu indera-indera kita ke dalam pikiran satu demi satu secara berurutan. Bila anda menyalami satu pengalaman dengan keelingan dan kemudian masuk ke dalam percakapan dengan tamu anda tersebut, maka anda akan melewatkan pengalaman berikutnya yang ikut tepat di belakangnya.

Bila anda benar-benar bersama tiap pengalaman, dengan tiap tamu yang datang di pikiran anda, maka anda tidak punya ruang untuk celoteh hati. Anda tak dapat mengoceh pada diri anda oleh sebab anda sepenuhnya sibuk dalam menyalami segalanya secara eling ketika itu tiba di pikiran anda. Inilah keelingan saat kini yang halus sampai kepada tingkat di mana ia menjadi keelingan sunyi kini dalam setiap saat.

Anda temukan, ketika mengembangkan tingkat kesunyian hati tersebut, bahwa ini mirip melepaskan satu lagi beban yang berat. Ini seolah-olah anda telah membawa ransel besar berat di punggung anda selama empat atau lima puluh tahun terus-menerus dan selama waktu tersebut anda dengan letihnya tertatih-tatih menempuh berkilo-kilo meter. Sekarang anda telah memiliki keberanian dan menemukan kebijaksanaan untuk melepas ransel tersebut dan menaruhnya di tanah untuk sementara. Orang merasa begitu sangat lega, begitu ringan, begitu bebas oleh sebab ia sekarang tidak dibebani dengan ransel berat berupa ocehan hati tersebut.

Metode bermanfaat lain dalam mengembangkan keelingan sunyi adalah dengan mengenali jeda di antara pikiran, di antara periode ocehan hati. Bila anda perhatikan dari dekat dengan keelingan yang tajam sewaktu satu pikiran berakhir dan sebelum pikiran lainnya mulai -- DI SANA! Itulah keelingan sunyi. Itu kemungkinan hanya sesaat pada mulanya namun ketika anda mengenali kesunyian singkat itu anda menjadi terbiasa dengannya, dan ketika anda menjadi terbiasa dengannya maka kesunyian itu berlangsung lebih lama. Anda mulai menikmati kesunyian itu, ketika akhirnya anda menemukannya, dan itulah mengapa ia tumbuh. Namun ingat, kesunyian itu pemalu. Bila kesunyian mendengar anda berbicara mengenainya, ia lenyap seketika!

Sangatlah baik bagi masing-masing kita bila dapat meninggalkan celoteh hati dan tinggal dalam keelingan sunyi atas saat kini secara cukup lama untuk menyadari betapa menyenangkannya hal itu. Kesunyian jauh lebih menghasilkan kebijaksanaan dan kejernihan daripada berpikir. Sewaktu anda menyadari betapa jauh lebih menyenangkan dan berharganya sunyi di dalam, maka kesunyian menjadi lebih menarik dan penting bagi anda. Kesunyian Hati menjadi kecenderungan pikiran. Pikiran mencari kesunyian terus-menerus, sampai pada titik di mana ia berpikir hanya bila benar-benar perlu, hanya bila ada maksudnya. Karena, pada tahap ini, anda telah menyadari bahwa kebanyakan pemikiran kita betul-betul tak berarti, bahwa itu tidak menghantarkan anda ke mana-mana, hanya memberikan anda lebih banyak sakit kepala, anda dengan gembira dan mudah menghabiskan banyak waktu dalam keheningan hati.

Tahap kedua dari meditasi ini, lantas, adalah keelingan sunyi atas saat kini. Anda boleh menghabiskan bagian terbesar waktu anda hanya mengembangkan kedua tahap ini oleh sebab bila anda dapat sampai begini jauh anda telah melangkah jauh sekali dalam meditasi anda. Dalam keelingan sunyi atas "Hanya Sekarang" itu anda akan mengalami lebih banyak kedamaian, kebahagiaan dan kebijaksanaan sesudahnya.

Bila anda ingin melangkah lebih jauh, maka daripada eling secara sunyi atas apapun yang datang ke dalam pikiran, anda memilih keelingan sunyi saat kini atas hanya SATU HAL. SATU HAL tersebut dapat berupa pengalaman akan nafas, gagasan mengenai cinta kasih (METTA), lingkaran berwarna yang dibayangkan pikiran (KASINA) atau beberapa lainnya, yang kurang umum, sebagai titik pusat bagi keelingan. Di sini kita akan gambarkan keelingan sunyi saat kini atas nafas.

Memilih untuk memusatkan perhatian kita atas satu hal adalah melepaskan keberagaman dan bergerak ke arah lawannya, kesatuan. Ketika pikiran mulai menyatu, menopang perhatian hanya pada satu hal, pengalaman akan kedamaian, kebahagiaan dan kekuatan bertambah secara berarti. Anda temukan di sini bahwa keberagaman kesadaran -- bagaikan memiliki enam telepon di meja kita yang berdering bersamaan -- adalah suatu beban, dan melepaskan keberagaman ini -- hanya membiarkan satu telepon, saluran pribadi di meja kita -- adalah suatu kelegaan hingga membangkitkan kebahagiaan. Pemahaman bahwa keberagaman adalah sebuah beban itu penting untuk dapat menetap pada nafas.

Bila anda telah mengembangkan keelingan sunyi atas saat kini dengan cermat selama jangka waktu yang panjang, maka anda akan menemukannya cukup mudah untuk mengalihkan keelingan tersebut pada nafas dan mengikuti nafas tersebut dari saat ke saat tanpa henti. Ini oleh sebab dua rintangan utama dari meditasi pernafasan telah ditundukkan. Yang pertama dari dua rintangan ini adalah kecenderungan pikiran untuk melenceng ke dalam masa lalu atau masa depan, dan rintangan kedua adalah celoteh hati. Inilah mengapa saya mengajarkan dua tahap awal berupa keelingan saat kini dan keelingan sunyi atas saat kini sebagai persiapan yang kokoh untuk meditasi yang lebih mendalam atas nafas.

Seringkali terjadi bahwa para meditator memulai meditasi pernafasan sewaktu pikiran mereka masih berlompat-lompat antara masa lalu dan masa depan, dan sewaktu keelingan sedang ditenggelamkan oleh komentar hati. Dengan tiada persiapan mereka temukan meditasi pernafasan itu begitu sulit, bahkan mustahil dan menyerah dalam keputusasaan. Mereka menyerah oleh sebab mereka tidak memulai pada tempat yang benar. Mereka tidak melakukan pekerjaan awal sebelum mengambil nafas sebagai pusat perhatian mereka. Namun, bila pikiran telah dipersiapkan secara baik dengan menyelesaikan dua tahap pertama ini maka anda akan temukan sewaktu anda beralih ke nafas, anda dapat menetapkan perhatian anda padanya dengan mudah. Bila anda menemukannya sulit untuk menjaga perhatian pada nafas anda maka ini adalah sebuah tanda bahwa anda tergesa-gesa dalam dua tahap pertama. Kembalilah pada latihan-latihan awal! Kesabaran yang cermat adalah jalan tercepat.

Sewaktu anda berpusat pada nafas, anda berpusat pada pengalaman akan nafas yang terjadi sekarang. Anda mengalami "sesuatu yang memberitahu anda apa yang nafas sedang lakukan", entah itu sedang masuk atau keluar atau di antaranya. Beberapa guru bilang agar memperhatikan nafas di ujung hidung, beberapa bilang agar memperhatikannya di perut, dan beberapa bilang agar memindahkannya ke sini dan kemudian memindahkannya ke sana. Saya temukan lewat pengalaman bahwa tidak masalah di mana anda memperhatikan nafas. Kenyataannya lebih baik tidak melokasikan nafas di manapun! Bila anda melokasikan nafas di ujung hidung maka itu menjadi keelingan hidung, bukan keelingan nafas, dan bila anda melokasikannya di perut maka itu menjadi keelingan perut. Coba ajukan pada diri anda pertanyaan ini sekarang "Apakah saya sedang menarik nafas ataukah mengeluarkan nafas? Bagaimana anda tahu? Di situ!". Pengalaman itu yang memberitahu anda apa yang nafas sedang lakukan, itulah apa yang anda pusatkan dalam meditasi pernafasan. Lepaskan semua keprihatinan mengenai di mana pengalaman ini berlokasi; pusatkan hanya pada pengalaman itu saja.

Penghalang yang umum pada tahap ini adalah kecenderungan untuk mengendalikan pernafasan, dan ini membuat pernafasan tidak nyaman. Untuk mengatasi penghalang ini, bayangkan bahwa anda hanyalah seorang penumpang dalam sebuah mobil yang melihat melalui jendela kepada nafas anda. Anda bukanlah si pengemudi, bukan pula seorang "pengemudi belakang", jadi berhentilah memberikan perintah-perintah, lepaskan dan nikmati perjalanannya. Biarkan nafas melakukan pernafasan selagi anda sekadar memperhatikannya tanpa ikut campur.

Sewaktu anda tahu nafas sedang masuk, atau nafas sedang keluar, untuk katakanlah seratus nafas secara berturut-turut, tidak terlewat satupun, maka anda telah mencapai apa yang saya sebut tahap ketiga dari meditasi ini, perhatian terus-menerus pada nafas. Ini lebih damai dan bahagia daripada tahap sebelumnya. Untuk melangkah lebih jauh, anda sekarang mengarah pada perhatian terus-menerus sepenuhnya pada nafas.

Tahap keempat ini, atau perhatian terus-menerus sepenuhnya pada nafas, muncul ketika perhatian seseorang meluas untuk mencakup tiap saat dari nafas. Anda mengetahui nafas-masuk pada saat yang paling awal, sewaktu sensasi pertama dari nafas-masuk muncul. Kemudian anda mengamati sensasi-sensasi tersebut berkembang secara bertahap di sepanjang seluruh nafas-masuk, tak terlewat bahkan satu saat pun dari nafas-masuk. Ketika nafas-masuk tersebut selesai, anda mengetahui saat tersebut, anda melihat dalam pikiran anda pergerakan terakhir dari nafas-masuk. Anda kemudian melihat saat berikutnya sebagai sebuah jeda di antara nafas, dan kemudian banyak jeda-jeda lainnya sampai nafas-keluar dimulai. Anda melihat saat pertama dari nafas-keluar dan tiap sensasi berikutnya ketika nafas-keluar berjalan, sampai nafas-keluar lenyap sewaktu fungsinya selesai. Semua ini dilakukan dalam kesunyian dan hanya di dalam saat kini.

Anda mengalami setiap bagian dari tiap nafas-masuk dan nafas-keluar, secara terus-menerus selama beratus-ratus nafas berturut-turut. Inilah mengapa tahap ini disebut "perhatian terus-menerus SEPENUHNYA pada nafas". Anda tidak dapat mencapai tahap ini lewat kekuatan, lewat pencengkeraman atau penggenggaman. Anda hanya dapat mencapai tingkat keheningan ini dengan melepas segalanya di seluruh jagad raya, kecuali pengalaman sesaat dari nafas ini yang terjadi secara sunyi sekarang. "Anda" tidak mencapai tahap ini; pikiran yang mencapai tahap ini. Pikiran melakukan pekerjaannya sendiri. Pikiran mengenali tahap ini sebagai kediaman yang sangat damai dan menyenangkan, sendirian saja bersama nafas. Inilah di mana si "pelaku", bagian utama dari ego seseorang, mulai lenyap.

Anda akan temukan bahwa kemajuan terjadi tanpa usaha pada tahap meditasi ini. Anda hanya harus menyingkir dari jalan, melepas, dan memperhatikan itu semua terjadi. Pikiran akan secara otomatis condong, hanya bila anda membiarkannya, ke arah penyatuan yang sangat sederhana, damai dan nikmat yaitu sendirian bersama satu hal, sendirian saja bersama nafas dalam masing-masing dan tiap-tiap saat. Inilah penyatuan pikiran, penyatuan dalam saat kini, penyatuan dalam keheningan.

Tahap keempat adalah apa yang saya sebut "papan loncat" dari meditasi, oleh sebab dari sini orang dapat terjun ke dalam keadaan penuh bahagia. Ketika anda sekadar menjaga penyatuan kesadaran ini, dengan tidak ikut campur, nafas akan mulai melenyap. Nafas tampak berangsur pudar ketika pikiran sebaliknya berpusat pada apa yang berada di tengah pengalaman akan nafas, yaitu kedamaian, kebebasan dan kebahagiaan yang menakjubkan.

Pada tahap ini saya menggunakan istilah "nafas yang indah". Di sini pikiran mengenali bahwa nafas damai ini luar biasa indahnya. Anda eling akan nafas yang indah ini secara terus-menerus, saat demi saat, tanpa ada jeda dalam rantai pengalaman. Anda hanya eling akan nafas yang indah itu, tanpa usaha, dan selama waktu yang sangat panjang.

Sekarang anda biarkan nafas lenyap dan yang tertinggal hanyalah "yang indah". Keindahan tak berwujud menjadi satu-satunya objek pikiran. Pikiran sekarang mengambil objeknya sendiri. Anda sekarang sama sekali tidak eling akan nafas, tubuh, pikiran, suara atau dunia di luar. Apa yang anda elingi hanyalah keindahan, kedamaian, kebahagiaan, cahaya atau apapun yang pencerapan anda nanti menyebutnya. Anda mengalami hanya keindahan, dengan tiada sesuatupun yang indah, secara terus-menerus, tanpa usaha. Anda telah lama melepas ocehan hati, melepas penggambaran hati dan penilaian. Di sini, pikiran begitu heningnya hingga anda tak dapat berkata apapun.

Anda baru saja mengalami berbunganya kebahagiaan yang pertama dalam pikiran. Kebahagiaan yang akan berkembang, tumbuh, menjadi sangat kokoh dan kuat. Dengan demikian anda masuk ke dalam keadaan meditasi yang disebut Jhana. Namun itu untuk Bagian 3 dari ceramah ini!



Bagian 3

Bagian 1 dan 2 menggambarkan empat tahap pertama (sebagaimana mereka disebut di sini) dari meditasi, yaitu:

1. Keelingan saat kini.
2. Keelingan sunyi atas saat kini.
3. Keelingan sunyi saat kini atas nafas.
4. Perhatian terus-menerus sepenuhnya pada nafas.


Masing-masing tahap ini perlu dikembangkan dengan baik sebelum masuk ke dalam tahap berikutnya. Sewaktu orang tergesa-gesa melewati "tahap-tahap pelepasan" ini maka tahap yang lebih tinggi tidak akan tercapai. Ini mirip mendirikan bangunan tinggi dengan landasan yang kurang kokoh. Lantai pertama dibangun dengan cepat, begitu pula lantai kedua dan ketiga. Sewaktu lantai keempat ditambahkan, strukturnya mulai goyah sedikit. Kemudian ketika mereka mencoba menambahkan lantai kelima kesemuanya ambruk. Jadi mohon gunakan banyak waktu pada empat tahap awal ini, membuat mereka semuanya kokoh dan stabil, sebelum melangkah ke dalam tahap kelima. Anda mesti mampu menjaga tahap keempat, "perhatian terus-menerus sepenuhnya pada nafas", eling atas tiap saat dari nafas tanpa jeda, selama dua atau tiga ratus nafas berturut-turut dengan mudah. Saya tidak mengatakan agar menghitung nafas selama tahap ini, namun saya memberikan petunjuk jangka waktu di mana orang mesti tinggal dalam tahap 4 sebelum melangkah lebih lanjut. Dalam meditasi, kesabaran adalah jalan tercepat!

Tahap kelima disebut "perhatian terus-menerus sepenuhnya pada nafas yang indah". Seringkali, tahap ini mengalir secara alami, tanpa kelim, dari tahap sebelumnya. Ketika perhatian penuh seseorang menetap dengan mudah dan terus-menerus pada pengalaman akan nafas, dengan tiada sesuatupun mengganggu aliran keelingan yang rata, nafas tersebut menjadi tenang. Ia berubah dari nafas biasa yang kasar, menjadi "nafas indah" yang sangat halus dan damai. Pikiran mengenali nafas indah ini dan menikmatinya. Pikiran mengalami kepuasan yang semakin mendalam. Membahagiakan sekadar berada di sana memperhatikan nafas indah ini. Pikiran tidak perlu didorong. Ia tinggal bersama nafas indah ini dengan sendirinya. "Anda" tidak melakukan apapun. Bila anda mencoba melakukan sesuatu pada tahap ini, anda mengganggu keseluruhan proses, keindahannya hilang dan, laksana mendarat di kepala ular dalam permainan ular tangga, anda jatuh mundur beberapa tingkat. Si "pelaku" harus lenyap dari tahap meditasi ini, dengan hanya si "pemerhati" mengamati secara pasif.

Sebuah cara yang membantu untuk mencapai tahap ini adalah dengan mematahkan kesunyian hati sekali saja, dan dengan lembut katakanlah pada diri anda: "Tenang". Itu saja. Pada tahap meditasi ini, pikiran biasanya begitu peka hingga sentuhan sedikit saja seperti ini menyebabkan pikiran mengikuti perintah tersebut dengan patuh. Nafas menjadi tenang dan nafas yang indah muncul.

Sewaktu anda secara pasif mengamati hanya nafas indah itu setiap saat, pencerapan akan (nafas) "masuk" atau (nafas) "keluar", atau awal atau pertengahan atau akhir dari sebuah nafas, semuanya mesti dibiarkan lenyap. Yang diperhatikan hanyalah pengalaman akan nafas indah ini yang terjadi sekarang. Pikiran tidak mempedulikan pada bagian daur nafas mana ini berada, tidak pula pada bagian tubuh mana ini terjadi. Di sini kita menyederhanakan objek meditasi, pengalaman akan nafas setiap saat, melucuti semua detail-detail yang tidak perlu, bergerak melampaui kemenduaan atas "masuk" dan "keluar", dan hanya eling akan nafas indah yang tampak halus dan berkesinambungan, hampir-hampir tak berubah sama sekali.

Jangan lakukan apapun sama sekali, dan lihat seberapa halus dan indah dan nirwaktu nafas tersebut dapat nampak. Lihat seberapa tenang anda dapat membiarkannya terjadi. Gunakan waktu untuk mengecap rasa manis dari nafas indah tersebut, yang semakin tenang, semakin manis.

Sekarang nafas tersebut akan lenyap, bukan sewaktu "anda" menginginkannya melainkan sewaktu terdapat cukup ketenangan, meninggalkan hanya "yang indah". Perumpamaan dari kesusastraan Inggris dapat membantu. Dalam "Alice in Wonderland"-nya Lewis Carrol, Alice dan Ratu Putih melihat visiun berupa kucing Cheshire yang tersenyum nampak di langit. Ketika mereka memperhatikannya, mula-mula ekor kucing itu lenyap, kemudian cakarnya diikuti oleh kaki-kakinya yang selebihnya. Segera badan kucing Cheshire itu seluruhnya lenyap meninggalkan hanya kepalanya, masih dengan sebuah senyuman. Kemudian kepalanya mulai pudar, dari telinga dan sungut ke dalam, dan segera kepala kucing yang tersenyum itu benar-benar lenyap -- kecuali senyumannya yang tetap tertinggal di langit! Ini adalah sebuah senyuman tanpa bibir yang melakukan senyum, namun demikian sebuah senyuman yang nampak. Ini adalah analogi yang akurat bagi proses pelepasan yang terjadi pada titik ini dalam meditasi. Kucing dengan sebuah senyuman di wajahnya berarti nafas yang indah. Kucing tersebut lenyap menggambarkan nafas yang lenyap dan senyuman tak berwujud yang masih nampak di langit berarti objek mental murni "keindahan" yang nampak jelas dalam pikiran.

Objek mental murni ini disebut sebuah "NIMITTA". "Nimitta" berarti "tanda", di sini berupa tanda batiniah. Ini adalah objek nyata dalam alam pikiran (CITTA), dan sewaktu ia muncul untuk pertama kalinya ia luar biasa aneh. Orang sama sekali tidak pernah mengalami sesuatu seperti itu sebelumnya. Namun demikian, kegiatan batin yang disebut "pencerapan" mencari lewat tumpukan ingatan dari pengalaman hidupnya sesuatu yang bahkan hanya sedikit mirip agar dapat menyediakan sebuah gambaran bagi pikiran. Bagi kebanyakan meditator, "keindahan tak berwujud" ini, kenikmatan batiniah ini, dicerap sebagai sebuah cahaya yang indah. Ia bukanlah cahaya. Mata tertutup dan kesadaran penglihatan telah lama dipadamkan. Ia adalah kesadaran pikiran yang terbebas untuk pertama kalinya dari dunia lima indera. Ia laksana bulan purnama, yang di sini berarti pikiran yang cemerlang, keluar dari balik awan, yang di sini berarti dunia lima indera. Ia adalah pikiran yang mengejawantah, bukan sebuah cahaya, namun bagi kebanyakan orang ia muncul seperti sebuah cahaya, ia dicerap sebagai sebuah cahaya, oleh sebab penggambaran yang tak sempurna inilah yang terbaik yang pencerapan dapat berikan.

Bagi para meditator lainnya, pencerapan memilih untuk menggambarkan munculnya pikiran untuk pertama kalinya ini dalam bentuk sensasi jasmaniah, semacam kesentosaan yang intens atau ekstasi. Sekali lagi, kesadaran tubuh (yang mengalami kenikmatan dan rasa sakit, panas dan dingin, dsb) telah lama ditutup dan ini bukanlah perasaan jasmaniah. Ia hanya "dicerap" sebagai mirip kenikmatan. Beberapa orang melihat cahaya putih, beberapa melihat bintang emas, beberapa melihat mutiara biru ... faktanya yang penting diketahui adalah bahwa mereka semua menggambarkan fenomena yang sama. Mereka semua mengalami objek mental murni yang sama dan detail-detail yang berbeda ini ditambahkan oleh pencerapan-pencerapan mereka yang berbeda.

Anda dapat mengenali sebuah nimitta lewat 6 ciri berikut: 1) Ia nampak hanya sesudah tahap kelima dari meditasi, sesudah meditator telah bersama nafas yang indah selama waktu yang panjang; 2) Ia muncul setelah nafas lenyap; 3) Ia hanya datang sewaktu lima indera luar berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba benar-benar absen; 4) Ia mengejawantah hanya dalam pikiran yang sunyi, sewaktu pikiran-pikiran pengomentar (celoteh hati) betul-betul absen; 5) Ia aneh namun sungguh menarik; 6) Ia berupa objek sederhana yang indah. Saya sebutkan ciri-ciri ini supaya anda mampu membedakan nimitta yang nyata dengan yang khayalan.

Tahap keenam, lantas, disebut "mengalami nimitta yang indah". Ia dicapai ketika orang melepas jasmani, pemikiran, dan lima indera (termasuk keelingan akan nafas) sepenuhnya hingga hanya nimitta yang indah tertinggal.

Kadang kala sewaktu nimitta pertama kali muncul ia bisa nampak "pudar". Dalam tahap ini, anda mesti segera kembali pada tahap meditasi sebelumnya, keelingan sunyi terus-menerus atas nafas yang indah. Anda beralih ke nimitta terlalu cepat. Kadang kala nimitta itu cemerlang namun tidak stabil, berpendar-pendar laksana lentera mercu suar dan kemudian lenyap. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa anda telah meninggalkan nafas yang indah terlalu dini. Seseorang mesti mampu menopang perhatiannya pada nafas yang indah dengan mudah selama waktu yang sangat panjang, sebelum pikiran mampu menjaga perhatian yang jernih pada nimitta yang jauh lebih halus. Jadi latihlah pikiran pada nafas yang indah, latihlah dengan sabar dan tekun, kemudian ketika sudah waktunya untuk beralih ke nimitta, ia nampak cemerlang, stabil dan mudah untuk ditopang.

Penyebab utama mengapa nimitta nampak pudar adalah karena dalamnya kepuasan hati terlalu dangkal. Anda masih "menginginkan" sesuatu. Biasanya, anda menginginkan nimitta yang cemerlang atau anda menginginkan Jhana. Ingatlah, dan ini penting, Jhana-jhana adalah keadaan melepas, keadaan kepuasan hati yang luar biasa dalam. Jadi lepaskan pikiran yang lapar tersebut, kembangkan kepuasan hati pada nafas yang indah, maka nimitta serta jhana akan terjadi dengan sendirinya.

Penyebab utama mengapa nimitta tidak stabil adalah karena si "pelaku" tidak bisa berhenti ikut campur. Si "pelaku" merupakan pengendali, pengemudi belakang, yang selalu terlibat pada apa yang tidak semestinya dan mengacaukan segalanya. Meditasi ini adalah proses alami untuk sampai pada tetirah dan ia mewajibkan "anda" untuk menyingkir sepenuhnya dari jalan. Meditasi mendalam hanya muncul sewaktu anda betul-betul melepas, dan ini berarti BETUL-BETUL MELEPAS sampai pada titik di mana proses menjadi tak terakses oleh si "pelaku".

Sebuah cara yang terampil untuk mencapai pelepasan mendalam seperti itu adalah dengan secara sengaja menawarkan hadiah keyakinan pada nimitta tersebut. Patahkan kesunyian tersebut untuk sesaat saja, begitu lembutnya, dan bisikkan seolah-olah berada di dalam pikiran anda bahwa anda memberikan keyakinan sepenuhnya pada nimitta tersebut, sehingga si "pelaku" dapat melepas semua kendali dan lenyap. Pikiran, yang diwakili di sini oleh nimitta di hadapan anda, akan lantas mengambil alih proses selagi anda memperhatikan itu semua terjadi.

Anda tidak perlu melakukan apapun di sini oleh sebab keindahan intens dari nimitta lebih daripada mampu untuk menahan perhatian tanpa bantuan anda. Hati-hatilah di sini, jangan melakukan penilaian. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Apakah ini?", "Inikah Jhana?", "Apa yang mesti saya lakukan selanjutnya?", dan seterusnya merupakan pekerjaan dari "si pelaku" yang mencoba untuk terlibat kembali. Ini mengganggu proses tersebut. Anda boleh menilai segalanya ketika perjalanan selesai. Ilmuwan yang baik hanya menilai percobaannya ketika telah berakhir, sewaktu seluruh data masuk. Jadi sekarang, jangan menilai atau mencoba untuk memikirkannya. Tidak perlu menaruh perhatian pada sisi dari nimitta tersebut "Apakah itu bulat atau oval?", "Apakah sisinya jelas atau kabur?". Ini semua tidak perlu dan hanya mengarah lebih lanjut pada keberagaman, kemenduaan atas "di dalam" dan "di luar", serta gangguan.

Biarkan pikiran condong ke mana ia inginkan, yang biasanya di pusat nimitta. Pusatnyalah di mana bagian terindah terletak, di mana cahayanya paling cemerlang dan murni. Lepaskan dan nikmati saja perjalanannya ketika perhatian tertarik ke pusat dan jatuh ke dalamnya, atau ketika cahaya tersebut meluas ke sekeliling menyelubungi anda sepenuhnya. Ini, kenyataannya, merupakan pengalaman yang serupa dan sama namun dicerap dari sudut pandang yang berbeda. Biarkan pikiran menyatu dalam kebahagiaan. Biarkan tahap ketujuh dari jalan meditasi ini, Jhana, muncul.

Terdapat dua rintangan umum di pintu menuju Jhana: kegembiraan dan ketakutan. Kegembiraan ialah menjadi bergairah. Apabila, pada titik ini, pikiran berkata "Wah, ini dia!" maka Jhana kemungkinan besar tidak terjadi. Tanggapan "Wah" ini perlu dihilangkan demi kepasifan mutlak. Anda dapat menunda semua "Wah" sampai telah keluar dari Jhana, tempat mereka selayaknya. Rintangan yang lebih mungkin, adalah ketakutan. Ketakutan muncul pada pengakuan atas kekuatan dan kebahagiaan dahsyat dari Jhana, atau bisa pula pada pengakuan bahwa untuk sepenuhnya masuk ke dalam Jhana, sesuatu harus ditinggalkan -- Anda! Si "pelaku" yang sunyi sebelum Jhana namun masih di sana. Di dalam Jhana, si "pelaku" hilang seluruhnya. Si "pemerhati" tetap berfungsi, anda tetap terjaga, namun seluruh kendali sekarang berada di luar jangkauan. Anda bahkan tak dapat membentuk secercah pikiran pun, apalagi membuat keputusan. Kehendak membeku, dan ini dapat nampak mengerikan bagi pemula. Tak pernah sebelumnya dalam hidup anda alami begitu terlucuti dari semua kendali namun begitu terjaga penuh. Ketakutannya merupakan ketakutan atas penyerahan sesuatu yang begitu pribadi berupa kehendak untuk bertindak.

Ketakutan ini bisa ditanggulangi lewat keyakinan dalam Ajaran Sang Buddha, disertai daya tarik kebahagiaan yang terletak di hadapan yang bisa dilihat sebagai imbalannya. Sang Buddha seringkali berkata bahwa kebahagiaan Jhana "mesti jangan ditakuti namun mesti dituruti, dikembangkan dan dilatih sering-sering" (LATUKIKOPAMA SUTTA, MAJJHIMA NIKAYA). Jadi sebelum ketakutan muncul, tawarkan rasa keyakinan penuh anda pada kebahagiaan tersebut dan jagalah iman dalam Ajaran Sang Buddha beserta teladan Siswa-siswa Mulia. Percayakan Dhamma dan biarkan Jhana memeluk anda dengan hangat demi pengalaman bahagia tanpa-usaha, tanpa-tubuh dan tanpa-ego yang akan paling mendalam dari hidup anda. Punyailah keberanian untuk sepenuhnya melepas kendali sementara waktu dan alami semua ini untuk diri anda sendiri.

Bila itu adalah sebuah Jhana maka akan berlangsung lama. Tak layak disebut Jhana bila berlangsung hanya beberapa menit. Biasanya, Jhana-jhana yang lebih tinggi bertahan selama berjam-jam. Sekali di dalamnya, tiada pilihan. Anda akan keluar dari Jhana hanya ketika pikiran telah siap untuk keluar, sewaktu "bahan bakar" pelepasan yang dibangkitkan sebelumnya terpakai habis. Ini merupakan keadaan kesadaran yang hening dan memuaskan yang sifat alaminya adalah untuk bertahan selama waktu yang sangat panjang. Ciri lainnya dari Jhana adalah bahwa ia terjadi hanya setelah nimitta dilihat sebagaimana di atas. Lagi pula, anda mesti ketahui bahwa selagi berada di dalam Jhana yang manapun adalah mustahil untuk mengalami tubuh (contohnya rasa sakit jasmaniah), mendengar suara dari luar atau menghasilkan pikiran apapun, bahkan tidak pula pikiran-pikiran yang "baik". Yang ada hanyalah kemanunggalan pencerapan yang jernih, sebuah pengalaman kebahagiaan tak-mendua yang berlanjut tak berubah selama waktu yang sangat panjang. Ini bukanlah lupa daratan [trance], namun sebuah keadaan keelingan yang meninggi. Ini dikatakan supaya anda sendiri dapat mengenali apa yang anda anggap Jhana itu nyata atau khayalan.

Terdapat banyak lagi pada meditasi, namun di sini hanya metode dasar yang telah digambarkan menggunakan tujuh tahap yang berpuncak dengan Jhana Pertama. Banyak lagi yang bisa dikatakan mengenai "lima penghalang" dan bagaimana mereka ditanggulangi, mengenai arti kewaspadaan dan bagaimana menggunakannya, mengenai Empat Satipatthana dan Empat Dasar Kesaktian (IDDHIPADA) dan Lima Daya (INDRIYA) dan, tentu saja, mengenai Jhana-jhana yang lebih tinggi. Semua ini berhubungan dengan latihan meditasi namun mesti ditunda untuk kesempatan lain.

Bagi mereka yang salah arah mengganggap ini semua "hanya latihan Samatha" tanpa berkenaan dengan Wawasan (VIPASSANA), mohon mengerti bahwa ini bukanlah Vipassana maupun Samatha. Ini disebut "Bhavana" [pengembangan batin/cy], metode yang diajarkan oleh Sang Buddha dan diulang dalam Tradisi Hutan di Thailand Timur Laut di mana guru saya, YM Ajahn Chah, merupakan bagian darinya. Ajahn Chah seringkali berkata bahwa Samatha dan Vipassana tidak dapat dipisahkan, tidak pula pasangan tersebut dapat dikembangkan di luar Pandangan Benar, Niat Benar, Perilaku Benar dan seterusnya. Sesungguhnya, untuk membuat kemajuan dalam tujuh tahap di atas, meditator perlu pemahaman dan penerimaan atas Ajaran Sang Buddha dan perilakunya haruslah murni. Wawasan akan diperlukan untuk mencapai masing-masing dari tahap-tahap ini, yaitu wawasan ke dalam makna dari "pelepasan". Semakin jauh orang mengembangkan tahap-tahap ini, semakin dalam wawasannya, dan bila anda telah mencapai sejauh Jhana maka itu akan mengubah seluruh pemahaman anda. Boleh dibilang, Wawasan menari di sekitar Jhana dan Jhana menari di sekitar Wawasan. Inilah Jalan menuju Nibbana sebab, Sang Buddha berkata, "bagi ia yang menggemari Jhana, empat hasil bisa diharapkan: Pemenang Arus, Yang Kembali Sekali, Yang Tak Kembali, atau Arahat" (PASADIKA SUTTA, DIGHA NIKAYA).

[Disunting dari sebuah ceramah oleh Ajahn Brahmavamso selama retret 9 hari di Perth Utara, Australia Barat, Desember 1997. Dikutip dari Segenggam Daun Bodhi ]

by Ajahn Brahmavamso
http://www.dhammatalks.net



BIARLAH RASA SAKIT BERLALU


Dalam cerita sebelumnya, yang saya biarkan berlalu adalah rasa takut akan rasa sakit. Saya menyambut rasa sakit, mendekapnya, dan mengizinkannya. Karena itulah rasa sakit itu pergi.

Beberapa kawan saya yang menderita rasa sakit yang hebat telah mencoba metode ini dan tidak berhasil! Mereka mendatangi saya untuk mengadu, mengatakan bahwa sakit gigi yang saya derita tak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang mereka derita. Itu tidak benar. Rasa sakit bersifat pribadi dan tidak dapat diukur. Saya menjelaskan kepada mereka mengapa metode “biarlah berlalu” tak berhasil pada kasus mereka dengan cerita tiga murid berikut ini.

Murid pertama, dalam rasa sakit yang hebat, mencoba untuk membiarkan berlalu.

“Berlalulah,” bujuk mereka, dengan lembut, dan menanti. “Berlalulah!” ulang mereka ketika tak ada perubahan.”Pergilah sana!” “Ayo, pergilah.” “Aku bilang, pergilah!” “PERGILAH!”

Kita mungkin merasa itu lucu, tetapi itulah yang kita lakukan selama ini. Kita membiarkan pergi hal yang salah. Kita seharusnya membiarkan pergi orang yang berkata “berlalulah”.

Kita semestinya membiarkan berlalu “si pengatur” yang ada dalam diri kita, dan kita semua tahu siapa itu. Membiarkan berlalu berarti “tak ada si pengatur”.

Murid kedua, dalam rasa sakit yang mengerikan, ingat akan petuah di atas dan membiarkan berlalu pengendalinya. Lalu mereka duduk bersama rasa sakit, mengira mereka telah membiarkannya berlalu. Setelah sepuluh menit rasa sakit itu masih sama saja, jadi mereka mengeluhkan metode ini tidak jalan. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa metode membiarkan berlalu ini bukan metode untuk membebaskan diri dari rasa sakit, melainkan metode untuk bebas dari rasa sakit. Murid kedua telah mencoba untuk membuat kesepakatan dengan rasa sakit: “Aku akan membiarkan kamu selama sepuluh menit, dan setelah itu, hei kamu, rasa sakit, akan pergi. OK?”

Itu sih bukan membiarkan rasa sakit berlalu, tetapi mencoba untuk membebaskan diri dari rasa sakit.

Murid ketiga, dalam rasa sakit yang menakutkan, berkata kepada rasa sakit itu kata-kata seperti ini: “Sakit, pintu hatiku selalu terbuka untukmu, apa pun yang kamu lakukan. Masuklah ”

Murid ketiga bersedia dengan sepenuh hati mengizinkan rasa sakit terus berlanjut selama yang diinginkannya, bahkan selama seumur hidup, bahkan membolehkan mereka bertambah parah. Mereka memberikan kebebasan bagi rasa sakit. Mereka berhenti mengendalikannya. Itulah yang disebut membiarkan berlalu. Apakah rasa sakit itu masih ada atau tidak, sama saja jadinya. Hanya dengan itulah, rasa sakit lenyap.

Sumber dari Internet,
Dikutip dari buku Membuka Pintu Hati

TAKUT SAKIT


Rasa takut adalah unsur utama rasa sakit. Rasa takut membuat rasa sakit tambah menyakitkan. Enyahkan rasa takut, maka perasaan sajalah yang tertinggal. Pada pertengahan tahun 70- an, di sebuah vihara hutan kecil yang terpencil di bagian timur laut Thailand, saya mengalami sakit gigi yang parah. Tidak ada dokter gigi, tidak ada telepon, dan tidak ada listrik. Kami bahkan tidak punya aspirin atau parasetamol di kotak obat. Bhikkhu hutan memang diharapkan dapat bertahan dalam keadaan seperti itu.

Petang harinya, seperti penyakit pada umumnya, sakit gigi saya menjadi makin parah saja. Saya merasa diri saya adalah seorang bhikkhu yang lumayan kuat, tetapi sakit gigi itu sedang menguji kekuatan saya. Satu sisi dari mulut saya terasa penuh dengan rasa sakit. Itu adalah sakit gigi terhebat yang pernah saya alami, atau barangkali yang pernah ada. Saya mencoba lari dari rasa sakit dengan melakukan meditasi pernapasan. Saya pernah belajar memusatkan pikiran pada napas sewaktu digigit nyamuk; kadang-kadang dengan berhitung sampai empat puluh pada saat yang sama, dan saya bisa mengatasinya. Namun rasa sakit ini benar-benar keterlaluan. Saya mengisi pikiran saya dengan sentuhan napas selama dua atau tiga detik, lalu rasa sakit itu kembali mendobrak pintu pikiran yang telah saya tutup dan meledak dengan kekuatan yang dahsyat.

Saya berdiri, keluar dan mencoba meditasi jalan. Tak lama kemudian saya menyerah lagi. Bukannya meditasi “dengan berjalan”, tetapi saya meditasi “dengan berlari”. Saya tidak dapat berjalan perlahan. Rasa sakit menguasai saya; membuat saya berlarian. Tapi mau kabur ke mana? Serasa dalam siksaan. Saya jadi gila.

Saya masuk kembali ke pondok, duduk, dan mulai menguncarkan paritta yang dikatakan mempunyai kekuatan gaib. Paritta bisa membawa keberuntungan, menjauhkan binatang buas, dan menyembuhkan penyakit dan rasa sakit­—begitulah kata orang. Saya tidak percaya. Saya adalah mantan ilmuwan. Paritta sakti adalah semacam bim-salabim, hanya untuk orang-orang yang lugu. Tapi sekarang saya mencoba membaca paritta, siapa tahu itu akan berhasil. Saya putus asa. Tak lama kemudian, saya berhenti membaca. Saya meneriakkan kata-kata parittanya karena saking sakitnya! Malam telah larut dan saya takut bhikkhu-bhikkhu yang lain terbangun. Teriakan saya bisa jadi telah membangunkan seluruh penduduk desa yang berkilo-kilo meter jauhnya! Kekuatan rasa sakit membuat saya tidak bisa menguncarkan paritta dengan normal.

Sendirian, ribuan mil dari negara asal saya, di hutan terpencil tanpa fasilitas apa pun, dalam rasa sakit yang tak tertahankan dan tiada henti. Saya sudah mencoba semua yang saya ketahui, semuanya. Tak tahu harus bagaimana lagi. Seperti itulah.

Sebuah momen keputusasaan kadang bisa membuka pintu kebijaksanaan, pintu yang tak terlihat dalam keadaan biasa. Pintu itu terbuka dan saya masuki. Sejujurnya, saya memang tidak punya pilihan.

Saya teringat dua kata singkat ini: “let go” (lepaskan). Saya sudah mendengar kata-kata ini berkali-kaii. Saya sudah menjelaskan maknanya kepada teman-teman saya. Saya pikir saya tahu apa artinya itu, ya begitulah gelap batin itu. Saya bersedia mencoba apa saja, jadi saya mencoba melepas, seratus persen lepas. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya benar-benar melepas.

Apa yang terjadi benar-benar mengejutkan. Rasa sakit yang luar biasa tadi dengan cepat lenyap, digantikan oleh perasaaan yang sangat menyenangkan. Gelombang demi gelombang kenikmatan menggetarkan seluruh tubuh. Pikiran saya berdiam pada satu kedamaian yang dalam, begitu hening, begitu menyenangkan. Saya bermeditasi dengan mudah, tanpa kesulitan. Setelah bermeditasi, pada dini hari, saya berbaring untuk beristirahat. Saya tidur dengan nyenyak dan damai. Sewaktu terbangun, saya menyadari ada sakit gigi, tapi rasanya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang semalam.

Sumber dari Internet,
Dikutip dari buku Membuka Pintu Hati

Minggu, 02 Desember 2012

Positive Forgiveness



Oleh Ajahn Brahm


Saya tahu anda berpikir bahwa kalau kita memberikan maaf dalam kehidupan nyata, kita hanya akan dimanfaatkan oleh orang lain. Orang lain akan melangkahi kita, mereka akan berpikir bahwa kita lemah. Saya setuju. Pemberian maaf seperti itu jarang bisa berhasil. Seperti kata orang, ‘dia yang memberikan pipi sebelahnya, harus pergi ke dokter gigi dua kali, bukannya sekali!’.

Saya menyebut pemberian maaf seperti itu dengan ‘positive forgiveness’. ‘Positive’ berarti memberikan dukungan positif pada hal-hal baik yang ingin kita lihat. ‘Forgiveness’ berarti melepaskan hal-hal buruk yang menjadi bagian dari masalah –bukan memperdalam ataupun mengingat-ingatnya, melainkan moving on.

Contohnya, dalam sebuah kebun, memberi air pada tanaman liar adalah seperti menyuburkan masalah; tidak memberi air sama sekali adalah seperti hanya mempraktikkan pemberiaan maaf; dan memberi air kepada bunga tapi tidak kepada tanaman liar menggambarkan ‘positive forgiveness’.


Sekitar 10 tahun yang lalu, dalam suatu acara Jumat malam di Perth, seorang wanita datang kepada saya. Saya ingat, dia telah secara rutin hadir setiap acara Jumat mingguan, tapi ini pertama kalinya dia berbicara langsung kepada saya.

Dia mengatakan bahwa dia ingin mengucapkan terima kasih, bukan hanya kepada saya, tapi juga kepada semua bhikkhu yang mengajar di sana. Lalu dia mulai menjelaskan mengapa. Dia mulai datang ke vihara kami 7 tahun silam. Saat itu, dia tidaklah tertarik pada Buddha Dhamma ataupun meditasi. Alasan utamanya ke vihara sekadar alasan untuk meninggalkan rumah.

Dia mempunyai suami yang brutal. Dia adalah seorang korban kekerasan domestik yang luar biasa. Pada saat itu, dukungan lembaga-lembaga belumlah ada untuk menolong korban kekerasan seperti itu. Dalam sebuah luapan emosi, dia tidak bisa berpikir jernih, pokoknya lari selamanya dari sana. Jadi dia datang ke vihara, dengan pikiran bahwa selama 2 jam di vihara, berarti 2 jam dia bebas dari kekerasan.

Apa yang didengarnya dari vihara kami mengubah hidupnya. Dia mendengar dari bhikkhu-bhikkhu mengenai positive forgiveness. Dia memutuskan untuk mencoba ke suaminya. Dia bercerita bahwa setiap kali suaminya memukul, dia memaafkannya dan melupakannya. Bagaimana dia bisa melakukannya, hanya dia yang tahu. Lalu setiap kali sang suami melakukan atau mengatakan sesuatu yang baik, bagaimanapun kecilnya, saat itu juga dia akan memeluknya atau mencium ataupun memberikan tanda-tanda untuk mengisyaratkan kepada sang suami betapa berarti kebaikan tersebut baginya. Dia sama sekali tidak berpura-pura, melainkan tulus, setulus-tulusnya.
Dia menghembuskan nafas dan berkata kepada saya bahwa dia melakukannya selama 7 tahun. Pada saat itu matanya sudah berkaca-kaca dan demikian pula dengan saya. "Selama 7 tahun…", katanya, "dan sekarang anda tidak akan dapat mengenali pria itu lagi. Dia berubah total. Sekarang, kami mempunyai hubungan yang berharga dan saling mencintai dan dua orang anak yang lucu." Wajahnya terlihat bersinar. Saya rasanya hendak berlutut dihadapannya. "Anda lihat tempat duduk itu?" katanya, menunjukkan kepada saya, "Dia membuat tempat duduk kayu buat bermeditasi itu untuk saya minggu ini sebagai surprise… Andai saja itu terjadi 7 tahun yang lalu, dia hanya akan menggunakannya untuk memukul saya!" Tenggorokan saya yang tersumbat menjadi lega bersamaan dengan tawa kami berdua.

Saya mengagumi wanita itu. Dia meraih dan memenangkan kebahagiaannya, menurut saya, dari kecemerlangan kualitas dirinya. Dan dia telah mengubah seorang monster menjadi seorang pria yang care. Dia menolong diri sendiri sekaligus suaminya, sungguh mengagumkan.

Itu adalah contoh ekstrim dari positive forgiveness, keberhasilan dari usaha yang luar biasa. Namun, itu telah menunjukkan apa yang bisa dicapai saat pemberian maaf dipadukan dengan pemberian dukungan pada hal-hal yang baik.