Jumat, 17 Februari 2012

Kotbah terakhir SANG BUDDHA




Di Hutan Sala milik Suku Malla, di antara Pohon Sala besar di dekat Kusinara, Sang Buddha memberikan kotbah terakhir.....


Jadilah pelindung bagi dirimu sendiri
Janganlah menyandarkan nasibmu pada mahluk lain
Jadilah pelita bagi dirimu sendiri...
Memegang teguh Dhamma sebagai pelita dan pelindung
Jangan mencari perlindungan lain.

Renungkanlah tubuh ini, kotor dan tidak bersih
Penderitaan dan kesenangan semuanya adalah dukkha (penderitaan)
Bagaimana kita dapat menerimanya?
Renungkan kembali kehidupan dan tubuh kita,
sangatlah singkat dan tidak kekal.


Segala benda yang terdiri dari paduan unsur-unsur
tak terhindar dari kelapukan dan ketidak-kekalan.
Janganlah berkeras dan memohon atau menolak penderitaan.
Bilamana hidup sesuai Dhamma dan Vinaya, kalian pasti terbebas.
Bila dipraktekkan demikian, kalian sesungguhnya adalah muridku yang baik.

Para siswaku:
Seluruh ajaran yang telah kuberikan
haruslah selalu diingat, janganlah dilupakan
Ajaranku yang sangat berharga ini
untuk direnungkan selama-lamanya.
Ajaranku adalah harta mustika yang kekal.
Dengan mempraktekan Dhamma dan Vinaya
kalian selamanya berbahagia.

Kalian harus bisa menaklukan diri sendiri
Jauhkan keserakahan dan nafsu keinginan
Berjalan di tempat yang benar menjalankan kehidupan suci
Dengan kejujuran dan kebenaran

Kehidupan dan tubuh ini sangat singkat dan sementara
Bila dapat merenungkan sedemikian rupa,
Kalian akan bisa menjauhkan keserakahan dan nafsu keinginan,
dendam dan amarah,kalian bisa menjauhkan kejahatan.

Para siswaku,
Sewaktu kalian telah mengetahui diri sendiri telah terangsang
oleh keserakahan dan nafsu keinginan,
Kalian harus berjuang keras untuk mengendalikannya.
Kalian dapat menjadi majikan bagi diri kalian sendiri
Jangan sampai diperbudak oleh nafsu keinginan.

Ia yang mempunyai keyakinan (Saddha) dan
kesadaran bathin seseorang bisa menjadi Buddha.
Sedangkan ia yang tak berkeyakinan dan dengan
kegelapan bathin seseorang bisa menjadi makhluk rendahan.
Maka kalian harus bisa menaklukkan diri sendiri
Jangan sampai keluar dari jalan kebenaran dan masuk ke jalan
yang keliru

Di antara kalian janganlah saling bermusuhan
Harus saling menghormati satu sama lain.
Janganlah hidup seperti air dan minyak, saling berlawanan
Kalian harus hidup bersama seperti air dan susu, saling bercampur.

Siswaku, belajarlah bersama-sama
Memperdalam pengetahuan Dhamma bersama-sama
Jalankan kehidupan suci bersama-sama
Janganlah membuang tenaga dan waktu dengan hampa
Janganlah menyia-nyiakan waktu dengan hidup bermalas-malasan,
pertengkaran dan perdebatan yang tidak bermanfaat .
Kalian harus lebih berbahagia mempunyai bunga dan buah Dhamma
Ini adalah kebahagiaan Dhamma.

Seluruh ajaranku telah kuuraikan dan kubuktikan sendiri.
Siswaku harus mengikuti dan melaksanakan ajaran Dhamma dengan baik.
Dalam kondisi bagaimanapun laksanakanlah Dhamma dengan setulusnya.
Bilamana kalian tidak dengan sungguh-sungguh menghayati
Dhamma (kebenaran) dan Vinaya (Disiplin),
walaupun kalian berdiri disampingku kalian takkan melihat diriku.
Bilamana kalian menghayati sesuai Dhamma dan Vinaya,
sekalipun terpisah jauh dariku, sebenarnya kalian sedang berada disampingku.

Oh para siswaku,
Waktu yang terakhir untukku telah tiba,
sesaat lagi kita akan berpisah, janganlah meratap dengan bersedih.
Kehidupan adalah tidak kekal, tak seorangpun dapat menghindarinya.
Aku pun demikian, masa kehidupan pasti berakhir dan lenyap,
seperti sebuah kereta tua yang akhirnya rusak dan lapuk.

Janganlah bersedih hati dengan sia-sia,
ingatlah masa kehidupan adalah tidak kekal.
Siswaku harus menyadari dan membuktikan kekosongan dan
ketidak-kekalan, dengan menyadari dan membuktikan kebenaran sejati.

Nafsu keinginan yang jahat sering mencari kesempatan
untuk menipu hati orang,
seperti seekor ular berbisa berdiam di rumah kita,
kalian pikir bagaimanakah kita bisa hidup tenang?
Kalian harus mengusir ular itu keluar dari rumah.
Begitupun di dalam kehidupanmu,
mengusir ular keinginan dan keserakahan,
kalian harus pandai-pandai melindungi diri sendiri.

Oh para siswaku,
Saat-saat terakhirku telah tiba, janganlah kalian lupakan:
Kematian adalah lenyapnya tubuh kehidupan,
tubuh kehidupan ini berasal dari ayah dan ibu,
dibesarkan dengan makanan serta dirawatnya,
tidak dapat menghindari ketuaan dan kematian.

Tubuh kehidupan sesungguhnya adalah badan Dhamma,
bukan tubuh kerangka. Tubuh kerangka akan hancur tidak kekal.
Hanya badan Dhamma yang tidak dilahirkan dan tidak lenyap.
Siapa yang melihat tubuhku ia belum melihat Buddha.
Siapa yang melaksanakan ajaranku ia dapat melihat Buddha.

Setelah aku Parinirvana, ajaranku (Dhamma) adalah gurumu,
bila kalian hidup sesuai dengan Dhamma dan Vinaya,
kalian pasti melihatku.


Selama 45 tahun, semua yang kumiliki semuanya telah kuajarkan.
Tidak ada ajaranku yang esotris (rahasia) atau exotris (umum),
Dharma telah kubabarkan dengan jelas dan terbuka kepada siswaku.
Siswaku yang kukasihi, hanya sampai disini aku membabarkan Dhamma,
beberapa saat kemudian aku akan memasuki Parinirvana.
Inilah ajaranku...



6 komentar:

Unknown mengatakan...

Sadhu, Sadhu, Sadhu

Unknown mengatakan...

Anumodanna komiknya sangat bermanfaat.

Mitra Djaga Sarana mengatakan...

Anumodana , mohon izin share yah.

Unknown mengatakan...

Luar Biasa

Yan kolar mengatakan...

Sangat mencerahkan, trimakasih

Shlby andrw mengatakan...

Semoga semua makhluk hidup berbahagia