Virtue
Kebajikan
144
Be
careful about observing our precepts. Virtue is a sense of shame. What we have
doubts about; we should not do or say. This is virtue. Purity is being beyond
all doubts.
Berhati-hatilah menjaga sila kita.
Kebajikan adalah inti dari rasa malu. Apa yang kita
ragukan, seharusnya kita tidak
lakukan atau katakan. Itulah kebajikan. Kemurnian
melewati semua keraguan.
145
There are
two levels of practice. The first level forms the foundation, which is the
development of virtue, the precepts, in order to bring happiness and harmony
among people. The second level is the practice of Dhamma with the sole goal of
liberating the heart. This liberation is the source of wisdom and compassion
and is the true reason for the Buddha’s teaching. Understanding these two
levels is the basis of true practice.
Ada dua tingkat latihan. Tingkat
pertama membentuk landasan, yaitu pengembangan
kebajikan, sila, agar dapat membawa
kebahagiaan dan harmonis di antara manusia.
Tingkat kedua adalah latihan Dhamma
dengan tujuan utama membebaskan batin.
Pembebasan adalah sumber dari
kebijaksanaan dan kasih sayang, dan ini tujuan
sesungguhnya dari ajaran Sang
Buddha. Mengerti kedua tingkatan ini adalah dasar dari
latihan sebenarnya.
146
Virtue
and morality are the mother and father of the Dhamma growing within us. They
provide it with the proper nourishment and guidance.
Kebajikan dan moral adalah ayah dan
ibu dari Dhamma yang berkembang dalam diri kita
. Keduanya menyediakan Dhamma dengan
memberikan kebutuhan dan bimbingan yang tepat.
147
Virtue is
the basis for a harmonious world in which people can live truly as humans and
not as animals. Developing virtue is at the heart of our practice. Keep the
precepts. Cultivate compassion and respect for all life. Be mindful in your
actions and speech. Use virtue to make your life simple and pure. With virtue
as a basis for everything you do, your mind will become kind, clear, and quiet.
Meditation will grow easily in this environment.
Kebajikan adalah dasar untuk dunia
yang harmonis dimana manusia dapat hidup benar-benar sebagai manusia dan bukan sebagai
binatang.
Mengembangkan kebajikan adalah inti dari latihan. Jaga sila.
Kembangkan cinta kasih dan hormati semua yang hidup.
Sadarlah dalam semua perbuatan dan
ucapan Anda. Gunakan kebajikan untuk membuat
hidup Anda sederhana dan murni.
Dengan kebajikan sebagai dasar dari segalanya yang
Anda lakukan, pikiran Anda akan
menjadi baik, jernih, dan tenang. Meditasi akan
berkembang dalam lingkungan ini
dengan mudah.
148
Look
after your virtue as a gardener takes care of his plants. Do not be attached to
big or small, important or unimportant. Some people want shortcuts. They say,
"Forget concentration, we’ll go straight to insight; forget virtue, we’ll
start with concentration." We have so many excuses for our attachments.
Jagalah kebajikan Anda seperti
seorang tukang kebun menjaga tanamannya. Jangan
melekat pada yang besar atau kecil,
penting atau tidak penting. Beberapa orang
menginginkan jalan pintas. Mereka
berkata,”Lupakan konsentrasi, kita langsung pada
pandangan terang; lupakan kebajikan,
kita mulai dengan konsentrasi.” Kita memiliki
banyak alasan untuk kemelekatan
kita.
149
Right
effort and virtue are not a question of what you do outwardly but of constant
inner awareness and restraint. Thus, charity, if given with good intention, can
bring happiness to oneself and to others. But virtue must be the root of this
charity for it to be pure.
Usaha benar dan kebajikan bukanlah
apa yang Anda lakukan di luar tetapi lebih
merupakan kesadaran dan pengendalian
diri secara tetap. Jadi, berdana, bila diberikan
dengan perhatian yang baik, dapat
membawa kebahagiaan pada diri sendiri dan orang
lain. Tetapi kebajikan harus menjadi
akar dari dana ini, agar menjadi murni.
150
The
Buddha taught us to refrain from what is bad, to do good, and to purify the
heart. Our practice, then, is to get rid of what is worthless and keep what is
valuable. Do you still have anything bad or unskillful in your heart? Of
course! So why not clean house? But true practice is not only getting rid of
what is bad and cultivating the good. This is only part of it. In the end we
must go beyond both good and bad. Finally there is a freedom that includes all
and a desirelessness from which love and wisdom naturally flow.
Sang Buddha mengajarkan kita untuk
menahan diri dari perbuatan buruk, lakukan
perbuatan baik, dan sucikan hati.
Lalu, latihan kita, adalah meninggalkan apa yang
tidak berharga dan menyimpan apa
yang berharga. Apakah Anda masih memiliki
sesuatu yang buruk atau tidak terlatih
dalam hati? Tentu saja! Lalu mengapa tidak
membersihkannya? Tetapi latihan
sebenarnya tidak hanya melepaskan yang buruk dan
mengembangkan yang baik. Ini
hanyalah bagian dari latihan. Pada akhirnya kita harus
melewati keduanya, yang baik dan
buruk. Akhirnya hanya ada kebebasan yang meliputi
semua dan tanpa nafsu, darimana
cinta dan kebijaksanaan mengalir secara alami.
151
We must
start right here where we are, directly and simply. When the first two steps,
virtue and right view, have been completed, then the third step of uprooting
defilement will naturally occur without deliberation. When light is produced,
we no longer worry about getting rid of the darkness, nor do we wonder where
the darkness has gone. We just know that there is light.
Kita harus memulai dari sini, dimana
kita berada, secara langsung dan sederhana.
Ketika dua langkah pertama,
kebajikan dan pandangan benar, telah terlengkapi, lalu
cara ketiga mengatasi kekotoran
batin akan terjadi secara alami tanpa pertimbangan.
Ketika cahaya dihasilkan, kita tidak
lagi kuatir melewati kegelapan, tidak juga ingin
tahu kemana kegelapan pergi. Kita
hanya tahu bahwa ada cahaya.
152
Following
the precepts has three levels. The first is to undertake them as training rules
given to us by our teachers. The second arises when we undertake and abide in
them by ourselves. But for those at the highest level, the Noble Ones, it is
not necessary to speak of precepts, of right and wrong. This true virtue comes
from wisdom that knows the Four Noble Truths in the heart and acts from this
understanding.
Ada tiga tingkatan dalam
mempraktekan sila. Pertama, mengerjakan sebagai peraturan
latihan yang diberikan guru kepada
kita. Yang kedua muncul ketika kita mengerjakan
dan mematuhi sila oleh kita sendiri.
Tetapi untuk mereka yang ada di tingkat tertinggi,
para siswa utama, adalah tidak
penting untuk membicarakan sila, baik dan buruk.
Kebajikan sejati datang dari
kebijaksanaan yang mengetahui Empat Kebenaran Mulia
dalam hati dan bertingkah laku atas
pemahaman ini.
153
Some
monks disrobe to go to the front where bullets fly past them every day. They
prefer it like that. They really want to go. Danger surrounds them on all sides
and yet they’re pre3pared to go. Why don’t they see the danger? They’re
prepared to die by the gun but nobody wants to die developing virtue. This is
really amazing, isn’t it?
Beberapa bhikkhu lepas jubah untuk
pergi ke garis depan dimana peluru berterbangan
melewatinya setiap hari. Mereka
lebih memilih hal itu. Mereka benar-benar ingin pergi.
Mara bahaya menyergap di sekitar
mereka dan mereka tetap saja bersedia untuk pergi.
Mengapa mereka tidak melihat bahaya?
Mereka siap mati dengan senjata api tetapi
tidak ada yang mau mati untuk
mengembangkan kebajikan. Hal ini benar-benar
mengherankan, iya kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar