Jumat, 31 Agustus 2012

KAYA, MISKIN MENURUT PANDANGAN BUDDHA DHAMMA



Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Dāna dadantu saddhāya, sīla rakkhantu sabbadā
Bhāvanābhiratā hontu, gacchantu devatāgatā

Dengan keyakinan hendaknya dana diberikan, hendaknya sila selalu dilaksanakan. Rajin melatih samadhi, agar terlahir di alam dewa.
(Devatā Uyyojana Gāthā)

Persoalan-persoalan seperti: kaya – miskin, cantik – tidak cantik, tampan – buruk rupa, dipuji – direndahkan, memiliki banyak pengikut – memiliki sedikit pengikut, ternyata persoalan-persoalan ini tidak hanya menjadi persoalan kita sekarang.

2556 tahun yang lampau, persoalan ini pernah mengusik ketenangan seorang ratu yang merupakan permaisuri Raja Pasenadi dari Kosala. Beliau adalah Ratu Mallika (Mallika Dewi).
Suatu ketika ratu menemui Sang Buddha dan bertanya tentang hal-hal di atas. Yang Mulia, apakah penyebab dan alasannya, sehingga sebagian wanita di sini buruk rupa, cacat fisiknya, tidak sedap dipandang mata, juga miskin, melarat, sedikit harta kekayaan, dan kecil pengaruhnya?
”Yang Mulia, apakah penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini buruk rupa, cacat fisiknya, tidak sedap dipandang mata, dan juga miskin, melarat, sedikit harta kekayaannya, dan kecil pengaruhnya? Dan apakah penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini buruk rupa, ... tetapi kaya, makmur, banyak harta kekayaannya, dan besar pengaruhnya? Dan apakah penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini cantik, menarik, agung, memiliki kulit yang sangat indah, tetapi miskin ... dan kecil pengaruhnya? Dan apakah penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini cantik,.... dan juga kaya, banyak harta kekayaannya, dan besar pengaruhnya?”
”Di sini, Mallika, sebagian wanita adalah pemberang dan lekas marah. Bila dia dikritik –walaupun hanya sedikit- dia sudah kehilangan ketenangan, menjadi marah dan kacau; dia keras kepala dan memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan dendam. Juga, dia bukan orang yang memberikan dana kepada petapa atau brahmana –makanan, minuman, pakaian, kendaraan, bunga, wangi-wangian, krim, tempat tinggal, penerangan. Dia dengki, cemburu, membenci dan iri terhadap keberuntungan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pemujaan yang diberikan kepada orang lain. Ketika dia meninggal dunia dari keadaan itu, jika dia terlahir kembali ke dunia ini, dimanapun dia terlahir dia buruk rupa, cacat fisiknya, tidak sedap dipandang mata, dan juga miskin, melarat, sedikit harta kekayaannya, dan kecil pengaruhnya.”
”Kemudian, Mallika, sebagian wanita di sini adalah pemberang dan lekas marah... dan memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan dendam. Tetapi dia adalah orang yang memberikan dana kepada petapa atau brahmana... dia tidak dengki, tidak cemburu, tidak membenci dan tidak iri terhadap keberuntungan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pemujaan yang diberikan kepada orang lain. Ketika dia meninggal dunia dari keadaan itu, jika terlahir kembali ke dunia ini, dimanapun dia terlahir dia buruk rupa, cacat fisiknya, tidak sedap dipandang mata, tetapi kaya, banyak harta kekayaannya, dan besar pengaruhnya.”
”Kemudian, Mallika, sebagian wanita tidak pemberang dan tidak lekas marah. Jika dia dikritik –walaupun banyak- dia tidak kehilangan ketenangannya, tidak marah dan kacau; dia tidak keras kepala dan tidak memperlihatkan kemarahan, kebencian dan dendam. Tetapi dia bukan orang yang memberikan dana kepada petapa atau brahmana.. dia dengki, cemburu, membenci dan iri terhadap keberuntungan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pemujaan yang diberikan kepada orang lain. Ketika dia meninggal dunia dari keadaan itu,  jika dia terlahir kembali ke dunia ini, dimanapun dia terlahir dia cantik, menarik, agung, memiliki kulit yang sangat indah, tetapi miskin, melarat, sedikit harta kekayaannya, dan kecil pengaruhnya.”
”Kemudian, Mallika, sebagian wanita tidak pemberang dan tidak lekas marah.... orang yang tidak memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan dendam. Dan dia adalah orang yang memberikan dana kepada petapa atau brahmana ... dan dia tidak dengki, tidak cemburu, tidak cemburu, tidak membenci dan tidak iri terhadap keberuntungan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pemujaan yang diberikan kepada orang lain. Ketika dia meninggal dari keadaan ini, jika dia terlahir kembali ke dunia ini, dimanapun dia terlahir cantik, menarik, agung, memiliki kulit yang sangat indah, dan juga kaya, banyak harta kekayaan, dan besar pengaruhnya.”
”Inilah, Mallika, penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini buruk rupa... dan kecil pengaruhnya. Inilah penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini buruk rupa... dan besar pengaruhnya. Inilah penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini cantik... dan kecil pengaruhnya. Inilah penyebab dan alasannya sehingga sebagian wanita di sini cantik ... dan besar pengaruhnya.”
Jadi, persoalan kaya – miskin dan seterusnya, tidak hanya menjadi persoalan-persoalan kita sekarang, masalah ini telah diungkapkan sekitar 2556 tahun yang lampau.
Semoga sutta ini menjadi bahan perenungan bagi kita semua, karena kita semua ingin bahagia: kaya, makmur, cantik, tampan, terpuji, dan memiliki banyak pengikut.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Sumber:
A
guttara Nikāya, Catukkanipata 197
Oleh: Bhikkhu Khemaviro (29 Juli 2012)

Tidak ada komentar: