Ven. Sri Paññāvaro Mahāthera
1. Sukses sering menjadi identik dengan bahagia. Orang yang
bahagia dipersepsikan orang yang sukses.
Bahagia dan sukses menjadi obsesi setiap orang.
2. Sukses berarti pula terpenuhinya kebutuhan primer: makanan,
pakaian, tempat tinggal dan obat-obatan.Seiring dengan kemampuan dan keinginan
manusia, kebutuhan itu kemudian
meningkat, seperti: pendidikan, hiburan, kendaraan dan sebagainya.
3. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, manusia tidak hanya harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan tetapi juga sikap mental yang tangguh.
Oleh karenanya harus ada
persiapan mental yang tepat agar bisa bekerja dengan baik. Manusia mempunyai kemampuan
dan kesempatan yang amat luas untuk meningkatkan kualitas
mentalnya dalam mencapai tujuan.
4. Tidak ada tempat bagi kita untuk menggantungkan ataupun
berserah diri. Keberhasilan atau kemunduran dalam kehidupan ini adalah tanggung
jawab kita masing-masing. Berserah
diri akan menghancurkan sikap kemandirian.
5. Sikap mental yang harus dikembangkan adalah:
I. Chanda (kegembiraan dalam pekerjaan).
Bangkitkan kegembiraan dan kepuasan dalam melakukan pekerjaan. Kegembiraan
dalam bekerja akan membangun etos kerja yang sehat. Adalah keliru bila berpikir
bahwa ‘hanya akan gembira dan puas bila hasil akhir telah tercapai.” Sebab bila
hasil akhirnya tidak sesuai harapan, hanya kekecewaan yang menjadi buah dari
seluruh proses pekerjaan.
II. Viriya (semangat dan ketekunan dalam
setiap pekerjaan). Ulet dan gigih, tidak cepat putus asa.Jangan mudah berhenti
bila hasilnya belum tercapai.
Ketekunan, semangat dan
gigih dalam berusaha adalah setingkat di atas bakat, keterampilan dan pengetahuan.
Banyak orang berbakat yang kandas karena tidak disertai ketekunan dan
kegigihan.
Thomas A. Edison, penemu
bolam listrik, gramofon,dan lainnya—yang kita kenal sebagai orang
jenius—memberikan pernyataan yang sangat bagus:
“Kejeniusan adalah satu persen inspirasi dan
Sembilan puluh sembilan persen lainnya adalah keringat. Saya tidak pernah
melakukan sesuatu yang berharga secara tidak sengaja. Demikian juga penemuan
saya tidak terjadi karena suatu kebetulan. Penemuan ini ada karena saya
kerjakan.”
III. Citta (mengerjakan pekerjaan dengan
pikiran penuh). Memberikan perhatian penuh pada setiap pekerjaan akan membuat
pekerjaan tersebut selesai dengan baik. Perhatian penuh atau kewaspadaan akan
menjauhkan diri dari kelalaian dan akan menimbulkan banyak peluang
keberhasilan. Citta juga akan menjaga diri untuk tidak
berpaling pada hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan pekerjaan itu.
IV. Vimamsa (menganalisa hal-hal yang sedang dikerjakan).
Ide baru yang tidak tampak di hadapan kita secara kasat mata akan ditemukan bila
kita menggunakan penyelidikan atau analisa dalam setiap pekerjaan. Makin luas
penyelidikan kita maka makin banyak pula ide-ide atau gagasan baru yang akan
muncul, yang sebenarnya berada tepat pada pekerjaan yang sedang kita hadapi.
6. Tetapi, rintangan dalam bekerja sering timbul berkali-kali.Akankah
kita mampu sukses untuk bahagia? Obsesi untuk bahagia sebahagia mungkin tanpa rintangan,
sulit mencapai kemajuan bila kita belum dapat menguasai diri kita sendiri
dengan baik.
7. Faktor-faktor luar akan merangsang emosi negative (kilesa), yang mendorong timbulnya perilaku negatif.Penderitaan pada
orang lain akan menjadi akibatnya.
Karenanya diperlukan
sikap mental (‘lanjutan’)untuk mengatasi emosi-emosi negatif yang dapat menghancurkan
diri sendiri dan juga orang lain.
Kegagalan dalam mengendalikan
emosi dan perilaku negatif ini meskipun kita berhasil dalam kebutuhan materi,
dunia pekerjaan atau profesi adalah kegagalan
dalam mencapai arti
sukses yang sesungguhnya.
8. “Kemarahan tetangga tidak membahayakan secara langsung, tetapi kemurkaan
sendiri akan melukai dirinya sendiri.”
9. Bila seseorang bekerja sekeras-kerasnya, bahkan sangat keras
untuk meningkatkan kondisi keuangannya,hingga bisa memenuhi semua keinginannya,
mobil yang bagus, rumah yang memadai, dan mengira bahwa hal itu adalah
parameter sukses, maka pertumbuhan ekonomi semata telah menjadi ukuran sukses.
Inilah paradigma dunia modern tentang sukses dan bahagia.
Etos modernitas sekarang
ini adalah “Etos Kerakusan.”
Manusia modern sulit
melihat adanya dimensi atau faktor lain yaitu faktor internal sebagai faktor
terpenting untuk hidup bahagia.
10. Sesungguhnya sikap mental untuk menghadapi kondisi internal
lebih penting dari hal-hal eksternal dalam menentukan sukses dan bahagia.
Latihan mental dengan melepaskan keserakahan (keakuan), mempertahankan kesabaran,
bertahan dalam kesulitan/ penderitaan,pengendalian perilaku dan meditasi adalah
latihan mental untuk membangun inner strength, inner
peace,inner happiness. Inilah sukses yang sesungguhnya.
“Harumnya bunga tidak
dapat melawan arah angin,
begitu pula kayu cendana,
bunga tagara, dan melati.
Tetapi harumnya kebajikan
dapat melawan arah angin;
Harumnya nama orang
bajik dapat menyebar
ke segenap penjuru sampai
ke surga.”
(Dhammapada 54)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar