Minggu, 17 Maret 2013

Sukses dalam Perspektif Buddhis




Ven. Sri Paññāvaro Mahāthera

1. Sukses sering menjadi identik dengan bahagia. Orang yang bahagia  dipersepsikan orang yang sukses. Bahagia dan sukses menjadi obsesi setiap orang.

2. Sukses berarti pula terpenuhinya kebutuhan primer: makanan, pakaian, tempat tinggal dan obat-obatan.Seiring dengan kemampuan dan keinginan manusia, kebutuhan itu kemudian meningkat, seperti: pendidikan, hiburan, kendaraan dan sebagainya.

3. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, manusia tidak hanya harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan tetapi juga sikap mental yang tangguh.
   Oleh karenanya harus ada persiapan mental yang tepat agar bisa bekerja dengan baik. Manusia mempunyai kemampuan dan kesempatan yang amat luas untuk meningkatkan kualitas mentalnya dalam mencapai tujuan.

4. Tidak ada tempat bagi kita untuk menggantungkan ataupun berserah diri. Keberhasilan atau kemunduran dalam kehidupan ini adalah tanggung jawab kita masing-masing. Berserah diri akan menghancurkan sikap kemandirian.

5. Sikap mental yang harus dikembangkan adalah:

I. Chanda (kegembiraan dalam pekerjaan). Bangkitkan kegembiraan dan kepuasan dalam melakukan pekerjaan. Kegembiraan dalam bekerja akan membangun etos kerja yang sehat. Adalah keliru bila berpikir bahwa ‘hanya akan gembira dan puas bila hasil akhir telah tercapai.” Sebab bila hasil akhirnya tidak sesuai harapan, hanya kekecewaan yang menjadi buah dari seluruh proses pekerjaan.

II. Viriya (semangat dan ketekunan dalam setiap pekerjaan). Ulet dan gigih, tidak cepat putus asa.Jangan mudah berhenti bila hasilnya belum tercapai.
    Ketekunan, semangat dan gigih dalam berusaha adalah setingkat di atas bakat, keterampilan dan pengetahuan. Banyak orang berbakat yang kandas karena tidak disertai ketekunan dan kegigihan.
    Thomas A. Edison, penemu bolam listrik, gramofon,dan lainnya—yang kita kenal sebagai orang jenius—memberikan pernyataan yang sangat bagus:
  
   “Kejeniusan adalah satu persen inspirasi dan Sembilan puluh sembilan persen lainnya adalah keringat. Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang berharga secara tidak sengaja. Demikian juga penemuan saya tidak terjadi karena suatu kebetulan. Penemuan ini ada karena saya kerjakan.”

III. Citta (mengerjakan pekerjaan dengan pikiran penuh). Memberikan perhatian penuh pada setiap pekerjaan akan membuat pekerjaan tersebut selesai dengan baik. Perhatian penuh atau kewaspadaan akan menjauhkan diri dari kelalaian dan akan menimbulkan banyak peluang keberhasilan. Citta juga akan menjaga diri untuk tidak berpaling pada hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan pekerjaan itu.

IV. Vimamsa (menganalisa hal-hal yang sedang dikerjakan). Ide baru yang tidak tampak di hadapan kita secara kasat mata akan ditemukan bila kita menggunakan penyelidikan atau analisa dalam setiap pekerjaan. Makin luas penyelidikan kita maka makin banyak pula ide-ide atau gagasan baru yang akan muncul, yang sebenarnya berada tepat pada pekerjaan yang sedang kita hadapi.

6. Tetapi, rintangan dalam bekerja sering timbul berkali-kali.Akankah kita mampu sukses untuk bahagia? Obsesi untuk bahagia sebahagia mungkin tanpa rintangan, sulit mencapai kemajuan bila kita belum dapat menguasai diri kita sendiri dengan baik.

7. Faktor-faktor luar akan merangsang emosi negative (kilesa), yang mendorong timbulnya perilaku negatif.Penderitaan pada orang lain akan menjadi akibatnya.
    Karenanya diperlukan sikap mental (‘lanjutan’)untuk mengatasi emosi-emosi negatif yang dapat menghancurkan diri sendiri dan juga orang lain.
    Kegagalan dalam mengendalikan emosi dan perilaku negatif ini meskipun kita berhasil dalam kebutuhan materi, dunia pekerjaan atau profesi adalah kegagalan
    dalam mencapai arti sukses yang sesungguhnya.

8. “Kemarahan tetangga tidak membahayakan secara langsung, tetapi kemurkaan sendiri akan melukai dirinya sendiri.”

9. Bila seseorang bekerja sekeras-kerasnya, bahkan sangat keras untuk meningkatkan kondisi keuangannya,hingga bisa memenuhi semua keinginannya, mobil yang bagus, rumah yang memadai, dan mengira bahwa hal itu adalah parameter sukses, maka pertumbuhan ekonomi semata telah menjadi ukuran sukses. Inilah paradigma dunia modern tentang sukses dan bahagia.
    Etos modernitas sekarang ini adalah “Etos Kerakusan.”
    Manusia modern sulit melihat adanya dimensi atau faktor lain yaitu faktor internal sebagai faktor terpenting untuk hidup bahagia.

10. Sesungguhnya sikap mental untuk menghadapi kondisi internal lebih penting dari hal-hal eksternal dalam menentukan sukses dan bahagia. Latihan mental dengan melepaskan keserakahan (keakuan), mempertahankan kesabaran, bertahan dalam kesulitan/ penderitaan,pengendalian perilaku dan meditasi adalah latihan mental untuk membangun inner strength, inner peace,inner happiness. Inilah sukses yang sesungguhnya.

“Harumnya bunga tidak dapat melawan arah angin,
begitu pula kayu cendana, bunga tagara, dan melati.
Tetapi harumnya kebajikan dapat melawan arah angin; 
Harumnya nama orang bajik dapat menyebar
ke segenap penjuru sampai ke surga.”
(Dhammapada 54)

Tidak ada komentar: