Selasa, 25 Oktober 2011

ANICCA




Any speech which ignores uncertainty is not the speech of a sage

Sudah menjadi sifat umum dari segala sesuatu yang berkondisi untuk selalu mengalami perubahan (impermanence). Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya tiada satu bentuk pun yang dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kekal. Semua kondisi berjalan dengan sendirinya. Terkadang kita tertawa, di lain waktu kita menangis. Bahkan sejak kita dilahirkan di dunia ini, baik disadari ataupun tidak, kita terus menerus mengalami perubahan usia, karakter, intelektualitas dan kebijaksanaan.
Bayi → Anak-anak → Remaja → Dewasa → Orang tua →Meninggal

Apakah kita bisa mencegah perubahan itu? Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa mencegah jalan alami ini. Kita semua tidak dapat mencegahnya. Dapatkah Anda mengeluarkan napas tanpa menghirupnya? Atau Anda hanya menarik napas tanpa mengeluarkannya? Tidak mungkin itu terjadi. Manusia ingin segala sesuatu agar kekal, tetapi tidak bisa. Itu adalah hal yang mustahil. Jika seseorang menyadari bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal, pikirannya berangsur-angsur terbuka. Dan ketika ada sesuatu yang muncul, dia hanya akan mengatakan: “Oh, satu lagi wujud perubahan”.
penderitaan (Dukkha)

Ketika penderitaan muncul, tidak seorang pun yang dengan mudah bersedia menerimanya. Kecenderungan orang akan beranggapan bahwa penderitaan ini bukan milikku, kebahagiaan adalah milikku. Namun, hal itu justru semakin menjauhkan orang tersebut dari kedamaian dan malah terus membuatnya menderita.Kemelekatan (attachment) merupakan salah satu sifat dari pengumbaran nafsu keinginan. Semakin seseorang melekat pada sesuatu, semakin sulit pula bagi dia untuk melepaskan diri dari penderitaan dan melihat kebijaksanaan.


TidaK ada roh yang KeKal (anatta)

Ketika kita membuat roti, kita
memakai tepung, ragi, gula, garam,
mentega, susu, air, api, tenaga
atau energi, dll. Tetapi setelah roti
itu jadi, tidak mungkin kita akan
menunjuk satu bagian tertentu
dan mengatakan bahwa ini adalah
tepungnya, ini menteganya, ini
gulanya, dst. Karena setelah semua
bahan diaduk menjadi adonan dan
dibakar dalam oven, maka bahan-
bahan itu telah berubah sama sekali

Buddha Gautama menolak semua teori dan spekulasi mengenai jiwa sebagai sesuatu yang abadi atau kekal. Demikian juga jiwa yang sifatnya sementara maupun jiwa yang akan menyatu dengan sesuatu yang disebut Maha Abadi. Seluruh tubuh ini tersusun dari 4 elemen: tanah (unsur padatan), air (unsur cairan), api (unsur panas), dan angin (unsur gerak). Ketika semuanya bersatu dan membentuk tubuh,kemudian kita menamakannya sebagai pria, wanita, dan lain-lain.Tapi itu hanya nama saja, bukanlah diri.

Disamping pahamanatta (tanpa jiwa) yang merupakan ciri khas ajaran Buddha, terdapat pula 2 paham lain yang saling bertolak belakang dan sama-sama tidak dibenarkan oleh Buddha Gautama, yaitu:
1. Attavada – paham bahwa roh/jiwa adalah kekal abadi dan
akan berlangsung sepanjang masa
2. Ucchedavada – paham bahwa setelah mati atma itupun akan
turut lenyap




(Ajahn Chah )

Tidak ada komentar: