Senin, 16 Juli 2012

MULUTMU ADALAH HARIMAU-MU



Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa


Masalah besar atau kecil banyak kali disebabkan karena MULUT.

1. Makanan (ahara) apapun yang masuk ke dalam mulut kita bisa membuat kita sehat atau sakit. Biasanya makanan yang enak (manis, berlemak atau gurih) banyak kali membawa berbagai macam penyakit. Nikmat membawa sengsara. Karena itu Sang Buddha menasehati kita agar mengendalikan diri atas asupan (input) makanan yang masuk mulut kita. Makanlah secara moderat dan bergizi. Berhentilah makan sebelum kenyang. Pengendalian diri sangatlah penting. Banyak orang sudah tahu punya penyakit darah tinggi namun masih berani makan duren agak banyak. Nggak cukup hanya mencicipi saja. Kesehatan Fisik amat penting guna kita bisa menjalankan Dhamma, berbuat kebajikan untuk meraih kebahagiaan. Badan hanyalah ALAT, sarana saja untuk melanjutkan kehidupan.

2. Masalah yang paling banyak kita hadapi dalam kehidupan sosial adalah Apa yang keluar dari mulut kita yang berupa ucapan (Vācā). Kesalahan ucap kita dapat masuk penjara bertahun-tahun. Salah makan paling-paling masuk rumah sakit. Baik–buruknya ucapan menandakan harkat dan derajat kita sebagai manusia. Hal ini sering dilupakan orang. Kesehatan Sosial dalam arti sehat tidaknya kita berinteraksi dengan orang lain dalam suatu komunitas. Karena itu Sang Buddha menekankan pentingnya kita mengetahui dan menyadari dampak Ucapan Benar (Sammā Vācā) dari Jalan Utama Berunsur Delapan.


UCAPAN SALAH MEMBAWA PETAKA

Tiap puja bakti kita menjalankan ritual menguncarkan Pa¤casãla sebagi janji melatih diri menghindari perbuatan buruk, yang antara lain Musāvādā (berbohong atau cerita yang tidak benar). Apakah manifestasi lain dari berbohong bisa diartikan boleh dilakukan? Apakah manifestasi lain dari Ucapan Salah yang merugikan orang lain dan diri sendiri itu?

1. Pisunavācā, fitnah, umpat, ucapan dengki yang bertujuan memperburuk orang lain atau memecah belah persahabatan. Pengendalian diri sangatlah penting. Kalau tidak maka kita bisa dikenakan pasal penyebar berita palsu, penodaan nama baik atau fitnah.Dampak dari pelanggaran sila ini adalah (1) berpisah persahabatan dengan teman dekat, (2) terbunuh di tangan sahabat, (3) memiliki sedikit teman atau pengikut, (4) tidak menikmati persahabatan yang panjang, (5) dibenci orang lain tanpa sebab, (6) memiliki mental yang lemah.

2. Pharusavācā, omong kasar. Menggunakan kata-kata kasar yang menyakitkan hati atau merendahkan, menghina orang lain. Hal ini sering terjadi pada diri kita bila kita merasa sebagai “Boss” atau Boss pemilik perusahaan yang memiliki koleksi binatang di mulutnya. Kata-kata kasar ini sering muncul dari perasaan tidak senang, marah atau dendam yang tersimpan. Perasaan lebih tinggi. Pengendalian diri sangatlah penting. Bila tidak maka kita bisa kena tindak pidana penghinaan ataupun mencemarkan nama baik. Dampak dari pelanggaran sila ini adalah bisa lahir di alam neraka Apaya yang lama sekali, atau bila lahir sebagai manusia maka akan (1) dibenci banyak orang, (2) mendengar suara-suara tidak menyenangkan, (3) memiliki suara sember, (4) menjadi tuna rungu, (5) hidup dalam derita.

3. Samphappalāpavācā, Menyombongkan diri dan membual atas fakta yang tidak benar dan orang percaya omongannya. Hal ini sering dilakukan dengan maksud mengangkat dirinya lebih tinggi untuk dikagumi orang lain. Kebenaran disembunyikannya. Sebaik-baiknya kita membungkus hal yang busuk, hanya waktu saja yang akan membuktikannya. Sekali lancung ke ujian orang tidak akan percaya. Pengendalian diri sangatlah penting. Kalau tidak maka kita bisa dikenakan pasal menyebarkan berita bohong dan palsu. Dampak dari pelanggaran sila ini adalah bisa lahir di alam neraka atau bila lahir lagi sebagai manusia maka (1) ia tidak bisa dipercaya, (2) dibenci, (3) tidak dihargai, (4) tidak tahu cara berbicara guna meyakinkan orang, (5) tidak memiliki keberuntungan, (6) tidak memiliki pengaruh / kekuasaan (7) menjadi bodoh.


Keempat sila dari ucapan tersebut bersama dengan Pāõātipātā, Adinnādānā serta Kāmesu micchācārā disebut sebagai Ājῑvaṭṭhamaka Sῑla, atau di Indonesia dikenal sebagai Pandita Sila, yang harus ditaati oleh semua Upasāka / Upasῑka Pandita guna meraih kebahagiaan sekarang ataupun nanti.
Jikalau kita gegabah menggunakan mulut kita maka ia akan menjadi harimau yang siap menerkam orang lain, namun sekaligus akan menerkam diri sendiri.


Oleh: Bhikkhu Jayamedho (19 Juni 2011)
www.dhammacakka.org

Tidak ada komentar: