Tetapi, ada satu hal yang selalu kita butuhkan. Bahkan, yang selalu dibutuhkan setiap insan. Kita semua butuh yang satu ini, tetapi justru kita sendiri tidak menyadarinya. Memang kita semua butuh makan, butuh pakaian, butuh sarana kehidupan lain. Memang uang, sesuatu yang perlu, pendidikan sesuatu yang lebih perlu lagi. Memang, sementara orang ingin menjadi kaya, ingin kedudukan; karena kalau kekayaan dan kedudukan itu digunakan sesuai dengan Dharma, sesuai dengan ajaran agama; tentu, membahagiakan banyak orang. Tetapi, lebih dari semua kebutuhan itu, diatas uang, makanan, pakaian, pendidikan, kekayaan, dan kekuasaan; kita semua masih butuh yang satu ini. Apakah itu? Yang satu itu tidak lain adalah: bahwa di atas segala-galanya, kita semua butuh: Cinta kasih.
Tentang cinta kasih ini, dalam agama Buddha sendiri banyak teori. Apakah yang disebut dengan cinta sejati? Apakah yang disebut dengan cinta yang agung, cinta yang tanpa pamrih keserakahan? Sang Buddha menggambarkan cinta kasih ini sebagai cinta sejati dengan suatu contoh yang mudah kita mengerti. Cinta sejati adalah cinta seorang ibu kepada putranya yang tunggal.
Cinta ibu adalah cinta sejati. Sejarah kehidupan dan semua agama mengakui cinta ibu ini. Ibu sejati selalu memberi. Pada awal kehidupan kita yang sekarang ini, ibu kita masing-masing telah memberikan pengorbanan yang sangat besar kepada kita. Ibu mempertaruhkan kehidupannya sendiri pada saat melahirkan kita. Tidak ada orang lain yang pernah memberikan pergorbanan seperti itu selain ibu kita sendiri. Setelah kelahiran, ibu membesarkan kita dengan memberikan susu darahnya sendiri. Memang, ada juga kadang-kadang ibu yang kejam. Tetapi yang digunakan oleh Sang Buddha untuk menggambarkan cinta kasih ini adalah cinta ibu sejati. Cinta ibu sejati itulah contoh nyata cinta sejati yang bisa dilakukan oleh setiap manusia.
Cinta ibu adalah cinta sejati yang ideal tetapi bisa kita jumpai dalam kehidupan ini. Cinta sejati itu bukan cinta dari dunia dongeng. Cinta sejati, cinta ynag tanpa pamrih keserakahan. Bukan hanya anak membutuhkan cinta ibu, cinta orangtuanya. Tetapi, setiap insan, sadar atau tidak sadar, membutuhkan cinta. Anak-anak ingin dicintai oleh orangtua mereka. Mau mengakui atau tidak mau mengakui, anak-anak ingin diperlakukan dengan cinta ayah ibu mereka. Tetapi, harus diingat juga, ayah ibu ingin mendapatkan cinta dari anak-anaknya. Cinta sejati anak terhadap orangtua mereka, akan membuat ayah ibu mereka bahagia.
Kalau ayah ibu gagal memberikan cinta kepada putra-putrinya, kalau ayah ibu alpa mencurahkan cinta sejati kepada anak-anak mereka; anak-anak mereka susah mendapatkan cinta sejati itu dari orang lain. Apa kemudian jadinya? Tidak jarang, mereka yang tanpa cinta orangtua itu, pergi mencari cinta murahan.
Tidak jarang pula, mereka yang tidak mendapatkan kehangatan cinta dari orangtuanya, sedangkan pada saat-saat remaja —justru mereka masih membutuhkan cinta— mereka kemudian menjadi nakal. Kepuasan mereka dapat dengan melakukan apa saja yang mereka mau, supaya banyak orang memperhatikannya. Dan, mereka cukup bahagia dengan diperhatikan oleh banyak orang. Perhatian yang dibutuhkan terhadap perbuatan-perbuatan ugal-ugalan itu, adalah cinta yang murahan juga. Tidak hanya remaja yang selalu dibicarakan, tetapi juga kita semua, termasuk generasi yang tua-tua; kalau Saudara gagal mendapatkan cinta yang agung, Saudara akan membuat sesuatu yang aneh-aneh, yang bukan-bukan. Oleh karena, dengan membuat sesuatu yang aneh-aneh itu, Saudara akan diperhatikan oleh banyak orang. Perhatian banyak orang terhadap keanehan-keanehan Saudara adalah cinta murahan yang sedang Saudara cari.
Kita semua ingin hidup bahagia. Tetapi, kebahagian tidak mungkin datang dengan begitu saja. Setiap hari kita dihadapkan berbagai macam persoalan. Supaya persoalan-persoalan itu tidak menghancurkan kita, supaya di tengah-tengah persoalan itu bisa tumbuh kebahagiaan, kita perlu kesabaran dan cinta kasih. Sabar dan cinta kasih membuat kita bisa bertindak hati-hati. Sabar dan cinta kasih membuat emosi terkendali. Sabar dan Cinta kasih menumbuhkan kebijaksanaan. Sabar dan cinta kasih memimpin kita semua menuju bahagia. Sebaliknya, kalau kita menghadapi sesuatu dengan dengki dan marah, sesungguhnya kita sudah menjadi setengah gila!
Kebahagain memang sesuatu yang cukup mahal. Harus dibeli dengan sabar dan cinta kasih. Tetapi, sabar dan cinta kasih itu bukan sesuatu yang mustahil. Kita harus memulai sekarang; dan kita, bisa memulai itu, sekarang.
Saya yakin, sabar dan cinta kasih ini bukan hanya tuntutan bagi umat Buddha saja. Tuntutan sabar dan kebutuhan cinta kasih adalah masalah kita semua, tuntutan bagi semua umat beragama. Lawan dari sabar dan cinta kasih adalah dengki dan marah. Dengan dengki dan marah, keharmonian dan kedamaian, baik damai dalam keluarga maupun damai di dunia, tidak bisa tercapai. Justru dengki dan marah menjadi sumber penghancur dan pembuat onar di setiap tempat.
Dengan uraian di depan, saya ingin mengajak Saudara untuk bersama-sama menyadari bahwa cinta kasih adalah kebutuhan setiap insan. Kebutuhan di atas segala kebutuhan materi. Cinta sejati dibutuhkan oleh semuanya. Tidak membeda-bedakan agama, bangsa, tradisi dan segala macam. Cinta sejati kita butuhkan untuk bisa hadir pada setiap kita menghadapi persoalan. Orang tua perlu cinta-cinta dari putra-putrinya. Anak-anak butuh cinta dari orangtua mereka. Sebagai anggota masyarakat, hidup dengan saling mencintai membuat masyarakat damai dan harmoni.
Sebagai umat beragama marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab terhadap masyarakat, tehadap bangsa dan negara tercinta ini, bahkan tehadap kemanusiaan, dengan mempunyai dan memberikan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari.
Kenakalan-kenakalan anak-anak kita, anak-anak kita sendiri; perbuatan-perbuatan aneh, kadang-kadang, para ayah ibu; persoalan dalam keluarga, dan problem-problem masyarakat; harus diselesaikan dengan rasa cinta sejati. Cinta sejati tidak menuntut pamrih ini atau itu. Cinta ini adalah cinta demi kebahagian bersama.
Perkenankan saya mengajak Saudara, meskipun Saudara sangat sibuk, amat penting kedudukan Saudara; jangan lupa berikanlah cinta pada anak-anak. Bahkan kewajiban ini adalah kewajiban orangtua terhadap anak-anak, terhadap anak-anaknya sendiri. Mereka nakal, mereka berkelahi, tidak perduli lagi pada moral, mereka masuk dalam kenikmatan narkotika, ganja, dan segala macam; jangan datang dengan menyalahkan mereka; tetapi, setiap ayah dan ibu hendaknya datang dengan cinta sejati. Bukannya tidak mungkin, mereka mencari orangtua sudah lama pergi darinya.
Kepada setiap remaja ingin saya minta. Jangan tuntut cinta dari orangtua kepadamu. Remaja yang baik adalah remaja yang tidak menuntut, tetapi remaja yang bisa memberikan cinta dari perlakuan sayang kepada orangtuanya. Ingatlah, orangtua pun perlu cintanya darimu. Orangtua yang tidak mendapatkan kehangatan cinta dari anak-anaknya, mereka pun akan mencari cinta murahan juga. Berbuat semaunya sendiri. Tidak perduli lagi pada tanggung jawab terhadap anak-anaknya.
Para remaja yang baik, berikanlah cintamu pada ayah ibumu. Mereka perlu cinta darimu. Dengan perhatian dan cintamu, mereka akan mencintaimu, mereka akan sadar dan teguh dalam kewajibannya terhadap putra-putrinya.
Marilah kita bersama mengisi kehidupan ini dengan dasar tanggung jawab besama. Marilah kita menjaga dan mengisi masyarakat Pancasila ini dengan mengembangkan rasa cinta sejati. Cinta sejati, cinta yang selalu memberi kekuatan pada kita. Kekuatan untuk mengendalikan diri.
Hanya cinta kasih, cinta sejati, yang bisa menyelamatkan keluarga, masyarakat dan dunia ini dari kehancuran.***
oleh: Bhikkhu Sri Paññavaro
Sumber : KUMPULAN DHAMMADESANA Jilid 1; Sri Paññavaro Thera; 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar