Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya I
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993
Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava berkata : “Para bhikkhu.”
“Ya, Bhante,” jawab mereka. Selanjutnya Sang Bhagava berkata: “Para bhikkhu, hanya di sini ada samana, hanya di sini ada samana kedua, hanya di sini ada samana ketiga dan hanya di sini ada samana keempat. Dalam ajaran yang lain tidak ada samana; beginilah hal itu harus diraungkan (sihanada).
(Dalam hal ini, kata samana = sotapanna, samana kedua = sakadagami, samana ketiga = anagami, samana keempat = arahat)
Mungkin para pertapa dari sekte lain bertanya: ‘Apakah sebabnya maka anda mengatakan demikian?’ Pertanyaan itu harus dijawab: ‘Saudara, empat dhamma telah dinyatakan oleh Sang Bhagava, yaitu:
1. Kami yakin pada guru (Sang Buddha).
2. Kami yakin kepada Dhamma.
3. Kami memiliki sila yang sempurna.
4. Kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma (sahadhammika) apakah mereka umat awam atau pabbaja.
Berdasarkan hal-hal itu kami menyatakan begitu.’
Namun, para pertapa dari sekte yang lain dapat berkata: ‘Kami juga yakin kepada guru, yaitu guru kami; kepada dhamma yaitu dhamma kami; sila kami sempurna, sesuai dengan sila kami dan kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja. Apakah perbedaannya?’
Hal itu harus dijawab dengan bertanya: ‘Apakah tujuannya hanya satu atau banyak?’ Mereka akan menjawab dengan benar: ‘Tujuan hanya satu.’
‘Apakah tujuan itu bebas nafsu, kebencian, kebodohan, keinginan dan kemelekatan?’
‘Ya, tujuan itu bebas dari nafsu … kemelekatan.’
‘Apakah tujuan itu disertai penglihatan, tanpa pro dan kontra, maupun perbedaan?’
‘Ya, tujuan itu disertai penglihatan, tanpa pro dan kontra, maupun perbedaan,’ jawab mereka dengan benar.
Ada dua ditthi (pandangan) yaitu bhava ditthi (pandangan tentang ada makhluk) dan vibhava ditthi (pandangan tanpa ada mahluk).
1. Para samana atau brahmana yang berpaham bhava ditthi menentang paham vibhava ditthi.
2. Para samana atau brahmana yang berpaham vibhava ditthi menentang paham bhava ditthi.
Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana apa adanya tentang asal mula, lenyapnya, kesenangan, bahaya dan jalan keluar dari dua ditthi (pandangan) itu adalah diliputi oleh nafsu, kebencian, kebodohan, keinginan, kemelekatan, tanpa penglihatan, terlibat dalam pro dan kontra, menyenangi dan menikmati perbedaan. Mereka tidak dapat bebas dari kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap-tangis, kesakitan, duka-cita dan putus asa. Mereka tidak dapat terbebas dari dukkha (penderitaan).
Para samana dan brahmana yang mengerti sebagaimana apa adanya tentang asal mula … tidak diliputi oleh nafsu … berpenglihatan, tidak terlibat dalam pro dan kontra, tidak menyenangi dan tidak menikmati perbedaan. Mereka dapat bebas dari kelahiran … dan putus asa. Mereka dapat terbebas dari dukkha.
Ada empat macam kemelekatan (upadana):
1. Kemelekatan pada nafsu indera (kama-upadana).
2. Kemelekatan pada pandangan salah (ditthi-upadana).
3. Kemelekatan pada upacara dan ritual (silabbata-upadana).
4. Kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal (Artavada-upadana).
Ada samana dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci menerangkan ‘pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan’ itu. Mereka menerangkan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada upacara dan ritual, maupun kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka itu tidak mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang tiga kemelekatan itu. Akibatnya mereka itu menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang pengetahuan jelas yang berkenaan dengan nafsu indera, tanpa menerangkan tiga kemelekatan yang lain.
Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, … Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera dan kemelekatan pada pandangan salah, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada upacara dan ritual serta kemelekatan apa pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka tidak mengerti ….Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, … Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera, kemelekatan pada pandangan salah dan kemelekatan pada upacara serta ritual, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka tidak mengerti ….
Dalam ‘dhammavinaya’ seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma, namun tidak terarah dengan benar; pelaksanaan sila sempurna tidak terarah dengan benar; mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja juga tidak terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena dhammavinaya itu salah diuraikan, salah dinyatakan, tanpa tujuan, tidak mengarah ke kedamaian dan dibabarkan oleh bukan Samma Sambuddha. Ketika Tathagata, Arahat Samma Sambuddha membabarkan pengetahuan jelas tentang semua macam kemelekatan, ia dengan sempurna menguraikan semua macam kemelekatan, yaitu: kemelekatan pada nafsu indera, pada pandangan salah, pada upacara dan ritual serta adanya jiwa yang kekal.
Dalam ‘dhammavinaya’ seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma yang terarah dengan benar, pelaksanaan sila sempurna yang terarah dengan benar, mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja yang terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena ‘dhammavinaya’ itu benar diuraikan, benar dinyatakan, bertujuan, mengarah ke kedamaian dan dibabarkan oleh Samma Sambuddha.
Apakah sumber, asal mula, tempat kelahiran dan yang memproduksi empat kemelekatan?
Empat kemelekatan ini bersumber pada keinginan (tanha), berasal mula dari keinginan, lahir dari keinginan dan diproduksi oleh keinginan.
Apakah sumber keinginan?
Keinginan bersumber dari perasaan (vedana) … diproduksi oleh perasaan.
Apakah sumber perasaan?
Perasaan bersumber mula dari kontak (phassa) … diproduksi oleh kontak.
Apakah sumber kontak?
Kontak bersumber dari enam indera (salayatana) … diproduksi oleh enam indera.
Apakah sumber enam indera?
Enam indera bersumber dari batin dan jasmani (nama-rupa), berasal mula dari batin dan jasmani, dilahirkan oleh batin dan jasmani, serta diproduksi oleh batin dan jasmani.
Apakah sumber batin dan jasmani?
Batin dan jasmani bersumber dari kesadaran (vinnana) … diproduksi oleh kesadaran.
Apakah sumber kesadaran?
Kesadaran bersumber dari bentuk-bentuk kamma (sankhara) … diproduksi oleh fenomena.
Apakah sumber bentuk-bentuk kamma?
Bentuk-bentuk kamma bersumber dari kebodohan (avijja), … diproduksi oleh kebodohan.
Segera setelah kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, maka ia tidak lagi melekat pada nafsu indera, pandangan salah, pada upacara dan ritual serta pandangan tentang adanya jiwa yang kekal. Ketika tidak ada kemelekatan, maka ia tidak menderita. Ketika ia tidak menderita maka ia mencapai nibbana: kelahiran telah lenyap, kehidupan suci telah dicapai, apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada sesuatu melebihi ini.
sumber : www.samaggi-phala.or.id
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava berkata : “Para bhikkhu.”
“Ya, Bhante,” jawab mereka. Selanjutnya Sang Bhagava berkata: “Para bhikkhu, hanya di sini ada samana, hanya di sini ada samana kedua, hanya di sini ada samana ketiga dan hanya di sini ada samana keempat. Dalam ajaran yang lain tidak ada samana; beginilah hal itu harus diraungkan (sihanada).
(Dalam hal ini, kata samana = sotapanna, samana kedua = sakadagami, samana ketiga = anagami, samana keempat = arahat)
Mungkin para pertapa dari sekte lain bertanya: ‘Apakah sebabnya maka anda mengatakan demikian?’ Pertanyaan itu harus dijawab: ‘Saudara, empat dhamma telah dinyatakan oleh Sang Bhagava, yaitu:
1. Kami yakin pada guru (Sang Buddha).
2. Kami yakin kepada Dhamma.
3. Kami memiliki sila yang sempurna.
4. Kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma (sahadhammika) apakah mereka umat awam atau pabbaja.
Berdasarkan hal-hal itu kami menyatakan begitu.’
Namun, para pertapa dari sekte yang lain dapat berkata: ‘Kami juga yakin kepada guru, yaitu guru kami; kepada dhamma yaitu dhamma kami; sila kami sempurna, sesuai dengan sila kami dan kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja. Apakah perbedaannya?’
Hal itu harus dijawab dengan bertanya: ‘Apakah tujuannya hanya satu atau banyak?’ Mereka akan menjawab dengan benar: ‘Tujuan hanya satu.’
‘Apakah tujuan itu bebas nafsu, kebencian, kebodohan, keinginan dan kemelekatan?’
‘Ya, tujuan itu bebas dari nafsu … kemelekatan.’
‘Apakah tujuan itu disertai penglihatan, tanpa pro dan kontra, maupun perbedaan?’
‘Ya, tujuan itu disertai penglihatan, tanpa pro dan kontra, maupun perbedaan,’ jawab mereka dengan benar.
Ada dua ditthi (pandangan) yaitu bhava ditthi (pandangan tentang ada makhluk) dan vibhava ditthi (pandangan tanpa ada mahluk).
1. Para samana atau brahmana yang berpaham bhava ditthi menentang paham vibhava ditthi.
2. Para samana atau brahmana yang berpaham vibhava ditthi menentang paham bhava ditthi.
Para samana dan brahmana yang tidak mengerti sebagaimana apa adanya tentang asal mula, lenyapnya, kesenangan, bahaya dan jalan keluar dari dua ditthi (pandangan) itu adalah diliputi oleh nafsu, kebencian, kebodohan, keinginan, kemelekatan, tanpa penglihatan, terlibat dalam pro dan kontra, menyenangi dan menikmati perbedaan. Mereka tidak dapat bebas dari kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap-tangis, kesakitan, duka-cita dan putus asa. Mereka tidak dapat terbebas dari dukkha (penderitaan).
Para samana dan brahmana yang mengerti sebagaimana apa adanya tentang asal mula … tidak diliputi oleh nafsu … berpenglihatan, tidak terlibat dalam pro dan kontra, tidak menyenangi dan tidak menikmati perbedaan. Mereka dapat bebas dari kelahiran … dan putus asa. Mereka dapat terbebas dari dukkha.
Ada empat macam kemelekatan (upadana):
1. Kemelekatan pada nafsu indera (kama-upadana).
2. Kemelekatan pada pandangan salah (ditthi-upadana).
3. Kemelekatan pada upacara dan ritual (silabbata-upadana).
4. Kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal (Artavada-upadana).
Ada samana dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci menerangkan ‘pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan’ itu. Mereka menerangkan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada upacara dan ritual, maupun kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka itu tidak mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang tiga kemelekatan itu. Akibatnya mereka itu menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang pengetahuan jelas yang berkenaan dengan nafsu indera, tanpa menerangkan tiga kemelekatan yang lain.
Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, … Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera dan kemelekatan pada pandangan salah, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada upacara dan ritual serta kemelekatan apa pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka tidak mengerti ….Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, … Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera, kemelekatan pada pandangan salah dan kemelekatan pada upacara serta ritual, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka tidak mengerti ….
Dalam ‘dhammavinaya’ seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma, namun tidak terarah dengan benar; pelaksanaan sila sempurna tidak terarah dengan benar; mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja juga tidak terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena dhammavinaya itu salah diuraikan, salah dinyatakan, tanpa tujuan, tidak mengarah ke kedamaian dan dibabarkan oleh bukan Samma Sambuddha. Ketika Tathagata, Arahat Samma Sambuddha membabarkan pengetahuan jelas tentang semua macam kemelekatan, ia dengan sempurna menguraikan semua macam kemelekatan, yaitu: kemelekatan pada nafsu indera, pada pandangan salah, pada upacara dan ritual serta adanya jiwa yang kekal.
Dalam ‘dhammavinaya’ seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma yang terarah dengan benar, pelaksanaan sila sempurna yang terarah dengan benar, mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja yang terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena ‘dhammavinaya’ itu benar diuraikan, benar dinyatakan, bertujuan, mengarah ke kedamaian dan dibabarkan oleh Samma Sambuddha.
Apakah sumber, asal mula, tempat kelahiran dan yang memproduksi empat kemelekatan?
Empat kemelekatan ini bersumber pada keinginan (tanha), berasal mula dari keinginan, lahir dari keinginan dan diproduksi oleh keinginan.
Apakah sumber keinginan?
Keinginan bersumber dari perasaan (vedana) … diproduksi oleh perasaan.
Apakah sumber perasaan?
Perasaan bersumber mula dari kontak (phassa) … diproduksi oleh kontak.
Apakah sumber kontak?
Kontak bersumber dari enam indera (salayatana) … diproduksi oleh enam indera.
Apakah sumber enam indera?
Enam indera bersumber dari batin dan jasmani (nama-rupa), berasal mula dari batin dan jasmani, dilahirkan oleh batin dan jasmani, serta diproduksi oleh batin dan jasmani.
Apakah sumber batin dan jasmani?
Batin dan jasmani bersumber dari kesadaran (vinnana) … diproduksi oleh kesadaran.
Apakah sumber kesadaran?
Kesadaran bersumber dari bentuk-bentuk kamma (sankhara) … diproduksi oleh fenomena.
Apakah sumber bentuk-bentuk kamma?
Bentuk-bentuk kamma bersumber dari kebodohan (avijja), … diproduksi oleh kebodohan.
Segera setelah kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, maka ia tidak lagi melekat pada nafsu indera, pandangan salah, pada upacara dan ritual serta pandangan tentang adanya jiwa yang kekal. Ketika tidak ada kemelekatan, maka ia tidak menderita. Ketika ia tidak menderita maka ia mencapai nibbana: kelahiran telah lenyap, kehidupan suci telah dicapai, apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada sesuatu melebihi ini.
sumber : www.samaggi-phala.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar