Rabu, 24 Oktober 2012

PERANGKAP TIKUS


Suatu ketika, ada seekor tikus yg hidup di rumah seorang petani. Ia adalah seekor tikus kecil yg bahagia, sebab ia mendapat cukup banyak makanan. Sungguh bagus punya tikus di rumah, karena itu artinya kita tidak memerlukan penyedot debu. Biar si tikus saja yang memunguti remah-remah kecil dan mungil..., tapi itu kalau kita bisa melatih si tikus untuk mengambil remah di tempat yang benar. Ha-ha-ha.

Masalahnya, petani pemilik rumah tak pernah menyukai tikus itu. Suatu hari, ketika si tikus mengintip melalui retakan di tembok, ia melihat petani itu tengah membuka sebuah bungkusan. Saat ia melihat benda dalam bungkusan itu, ia ketakutan. Petani itu ternyata membeli sebuah perangkap tikus!

Begitu gegernya tikus itu sampai-sampai ia langsung menemui sahabatnya, Si Ayam, dan berseru, "Pak Tani beli perangkap tikus! Ini mengerikan! Ini bencana!"

Namun Si Ayam malah berkata, "Bukan masalahku. Tak ada hubunganya denganku. Itu urusanmu, Tikus! Pergi sana!"

Tikus itu tidak mendapat simpati dari ayam, jadi ia pergi menemui sahabatnya yang lain, Tuan babi. "Tuan Babi, Tuan Babi! Pak Tani beli perangkap tikus. Ini berita mengerikan, aku tidak tahu apa aku bisa tidur nyenyak malam ini! Aku dalam bahaya!"

Tuan Babi berkata, "Gak ada urusannya denganku. Urusanmu! Perangkap tikus gak bisa menangkap babi. Kamu lagi sial aja, sana pergi!"

Tikus itu kecewa dengan Tuan Babi, maka ia menemui sahabatnya yang lain, Nyonya Sapi.

"Nyonya Sapi! Tolonglah aku! Pak Tani sudah beli perangkap tikus! Aku begitu paranoid sekarang! Kamu tahu kan tikus biasanya lari ke sana kemari dan tidak tahu lari menginjak apa. Aku bisa menginjak perangkap itu dan aku akan terbunuh...!"

Nyonya Sapi berkata, "Wah, wah.... Itu pasti karma dari kehidupan lampaumu.... Tapi sayangnya, tidak ada hubungannya denganku."

Tikus itu tidak mendapatkan simpati dari satu pun sahabatnya. Dengan muram, ia pulang ke liangnya. Malam itu seekor ular menyusup ke rumah petani itu dan ekornya terkena perangkap tikus itu.

Ketika istri petani datang untuk memeriksa apakah perangkap itu sudah menangkap tikus, ular itu mematuk istri petani itu. Akibatnya, istri petani itu menderita sakit berat. Karena beratnya sakit sang istri, petani itu berpikir, "Apa ya yang bagus untuk orang sakit? Aah... sup ayam!"

Maka petani itu mengambil ayam, memotong kepalanya, membuluinya, dan merebusnya menjadi sup untuk istrinya. Si ayam kehilangan nyawanya.

Istri petani tak kunjung sembuh. Sanak saudara berdatangan untuk memastikan apakah istri petani itu baik-baik saja. Karena banyak tamu berkunjung, petani tidak tahu harus menyediakan makanan dari mana buat mereka. Jadi ia menangkap si babi, menjagalnya, lalu menyajikan sosis dan ham untuk tamu-tamunya. Si babi pun kehilangan nyawanya.

Sekalipun telah melakukan segala upaya, istri petani malang itu meninggal jua. Karena ia meninggal---Anda tahu betapa mahalnya upacara pemakaman, maka petani harus memotong sapi dan menjual dagingnya untuk membayar biaya upacara. Jadi pada akhirnya, si ayam mati, si babi kehilangan nyawa, dan si sapi dijagal..., semua ini karena perangkap tikus.

Jadi, itu bukan hanya masalah si tikus, tapi masalah semuanya.

Kita sering berpikir, "Ini tidak akan mempengaruhiku, tak ada urusannya denganku. Ini masalah orang lain." Tapi kisah ini memberitahu kita: "Bukan! Ini bisa jadi masalahku juga."

Itulah sebabnya mengapa kita harus saling menolong satu sama lain, walau kita tidak tahu bagaimana hal itu berakibat pada kita. Jika ada masalah dalam hidup Anda, mohon jangan pernah berpikir bahwa ini masalah Anda, atau masalah dia. Alih-alih, pikirkan itu sebagai masalah kita, sebab kita semua berada di dalamnya bersama-sama, dan bagian yang indah dalam proses ini adalah berbagi dengan orang lain.

Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama. Jika upaya kita berhasil dan mencapai akhir yang baik, luar biasa. Tapi meskipun tidak berhasil, hal yang paling penting adalah: kita bekerja bersama-sama. Pokok masalahnya bukanlah dalam menyelesaikan semua masalah kita, namun pada kenyataan bahwa kita tidak bekerja sama. Di situlah masalahnya.

Jika kita belajar untuk saling bekerja sama, kita akan memiliki kehidupan spiritual yang menakjubkan ini, dan kita tidak akan merasa begitu kesepian. Lalu, kita pun makin dekat dengan realitas bahwa kita semua ada dalam perahu ini bersama-sama.


Sumber : buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3" 

Tidak ada komentar: