Sumber : TIPITAKA
KITAB SUCI AGAMA BUDDHA
MAJJHIMA NIKAYA
Penerbit Dewi Kayana Abadi, Jakarta 2003
1. Demikian yang saya dengar :
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Nigrodha arama, Kapilavatthu, di kerajaan suku Sakka (Sakya). Ketika menjelang pagi, Sang Bhagava selesai menyiapkan diri, sambil membawa mangkuk (patta) dan jubah luarnya (civara), beliau pergi ke Kapilavatthu untuk menerima dana makanan (pindapata). Seusai pindapata, dalam perjalanan pulang beliau pergi ke Mahavana (hutan besar) untuk beristirahat di situ pada hari itu. Setelah berada di Mahavana untuk beristirahat, beliau duduk di bawah pohon Beluvalatthika. Pada waktu itu, Dandapani, seorang Sakya, yang biasa jalan kesana kemari, berpergian dengan berjalan ke arah mahavana. Setelah memasuki Mahavana ia menuju pohon Beluvalatthika di mana Sang Bhagava berada; setelah mendekat ia memberi salam kepada Sang Bhagava. Setelah saling memberi salam dan menyapa dengan santun, ia berdiri di samping sambil bertopang pada tongkatnya.
2. Kemudian ia bertanya kepada Bhagava : ”Petapa, apakah ajaran(vada)-mu dan apa pandangan-pandanganmu?”
3. ”Kawan, sebagaimana seseorang mengatakan bahwa dia tidak berselisih dengan siapapun di dunia ini, yakni dengan para dewa, para mara, para makhluk suci, dalam generasi ini, para petapa orang-orang suci, para raja, dan para rakyat jelata, sebagaimana seseorang mengatakan bahwa pengertian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci, apabila seseorang hidup terlepas dari keinginan akan segala macam keadaan apapun, maka demikianlah apa yang Aku ucapkan, kawan, maka demikianlah apa yang Aku khotbahkan”
4. Setelah Yang Mulia mengucapkan kata-kata tersebut, si pembawa tongkat, seorang suku Sakya itu menggelengkan kepalanya, menggoyangkan lidahnya, mengerutkan dahinya sehingga menimbulkan tiga garis kerutan pada keningnya. Kemudian ia pergi sambil bertopang pada tongkatnya.
5. Ketika hari petang, Yang Mulia bangkit dari meditasinya dan Beliau pergi ke Taman Nigrodha dimana Beliau duduk pada sebuah bangku yang telah dipersiapkan untuknya, ketika Beliau duduk, Beliau mengatakan pada para bhikkhu apa gerangan yang telah terjadi, setelah itu salah seorang diantara bhikkhu bertanya kepada Yang Mulia :
6. ”Tetapi Tuanku Yang Mulia, apakah artinya ucapan tadi ketika Yang Mulia mengatakan bahwa : ’Apabila seseorang tidak berselisih kepada siapapun di dunia ini, yakni dengan para dewa, para mara, para makhluk suci, dalam generasi ini, para petapa orang-orang suci, para raja, dan para rakyat jelata?’.Dan, Tuanku Yang Mulia, bagaimana mungkin bahwa pengertian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci, apabila seseorang hidup terlepas dari nafsu indera, dari keragu-raguan, dari kecemasan, dari keinginan akan segala macam bentuk apapun?”.
7. Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut :’Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas’.Demikianlah jawaban Yang Mulia, sesudah mengatakan demikian, Yang Mulia bangkit dari tempat duduk-Nya dan pergi ke tempat tinggal-Nya.Kemudian setelah Yang Mulia pergi, para bhikkhu berpikir : ’Saat ini, Yang Mulia telah bangkit dari tempat duduk-Nya dan pergi ke tempat tinggal-Nya, setelah memberikan wejangan singkat (inti sari) tanpa terperinci, inilah yang diucapkan beliau : ”Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas”. Kini, siapa gerangan yang akan membabarkan secara terperinci ucapan tersebut?’.
Para bhikkhu teringat akan Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana, ia adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia maupun oleh rekan-rekannya dalam menjalankan kesucian. Dia pasti sanggup menjelaskannya. ”Teman-teman bagaimana kalau kita datang menghadap kepadanya untuk mohon penjelasan?”.
8. Kemudian mereka pergi menghadap ke Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana, setelah mereka saling menyapa dalam suasana ramah tamah, para bhikkhu duduk pada satu sisi, lalu mereka menceritakan apa yang terjadi pada Yang Arya Maha Kaccana, dan mereka menambahkan : ’Biarlah Yang Arya Maha Kaccana membabarkan penjelasannya kepada kami’.
9. ”Wahai para sahabat, bagaikan seseorang yang sedang memerlukan hati kayu (inti keras batang kayu), yang sedang mencari hati kayu, dan mengembara mencari hati kayu, kemudian mendapatkan pengertian bahwa hati kayu harus dicari diantara dahan-dahan dari sebuah pohon besar yang memiliki hati kayu, setelah sebelumnya mencari diantara akar dan ranting pohon itu. Demikian pula dengan kalian, Oh, para bhikkhu, karena kalian sudah memiliki pengertian, maka kalian harus bertanya tentang arti ucapan tersebut (saat dimana kalian sebelumnya sedang bertanya dan berhadapan langsung ) kepada Yang Mulia. Karena dalam hal penglihatan, Beliau dapat melihat semuanya; Beliau adalah Sang Mata, Beliau adalah Sang Pengetahuan, Beliau adalah Sang Dhamma, Beliau adalah Sang Suci; Sang Tathagata adalah seorang Penyambung lidah (perantara), seorang Pencetus, seorang yang memberi Penjelasan tentang arti Dhamma, seorang Pemberi jalan kehidupan kekal. Sesungguhnya kesempatan tadi adalah saat yang tepat bagi kalian untuk bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tersebut. Dan sebagaimana Beliau menjelaskan kepada kalian, maka kalianpun harus mengingatnya”.
10. ”Memang betul, sahabat Kaccana, dalam hal penglihatan, Beliau dapat melihat semuanya; Beliau adalah Sang Mata, Beliau adalah Sang Pengetahuan, Beliau adalah Sang Dhamma, Beliau adalah Sang Suci; Sang Tathagata adalah seorang Penyambung lidah (perantara), seorang Pencetus, seorang yang memberi Penjelasan tentang arti Dhamma, seorang Pemberi jalan kehidupan kekal. Sesungguhnya kesempatan tadi adalah saat yang tepat bagi kami untuk bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tersebut. Dan sebagaimana Beliau menjelaskan kepada kami, maka kami pun harus mengingatnya.Akan tetapi, Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia maupun teman-teman dalam kehidupan suci. Anda pasti sanggup menjelaskan secara terperinci arti daripada intisari singkat tanpa penjelasan terperinci yang diberikan oleh Yang Mulia. Biarkanlah Yang Arya Maha Kaccana membabarkannya dengan tanpa bersusah payah”.
11. ”Jikalau demikian, para sahabat dengarkanlah dan patuhilah apa yang aku katakan”. ”Memang seharusnya demikian, sahabat”, para bhikkhu menjawab. Yang Arya Maha Kaccana mengatakan sebagai berikut :
12. ”Para sahabat, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya setelah memberikan sebuah intisari singkat tanpa penjelasan terperinci, yakni beliau mengatakan : ’ Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut :Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas’.Menurut pengertianku arti rincian tersebut adalah sebagai berikut :
13. Bergantung pada mata dan bentuk-bentuk benda maka kesadaran akan penglihatan timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk benda pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terlihat oleh mata.Bergantung pada telinga dan bentuk-bentuk suara maka kesadaran akan pendengaran timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk suara pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terdengar oleh telingaBergantung pada hidung dan aroma wangi-wangian maka kesadaran akan penciuman timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan aroma wangi-wangian pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang tercium oleh hidung.Bergantung pada lidah dan cita rasa (jenis-jenis rasa) maka kesadaran akan pengecapan timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber daripenafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan cita rasa (jenis-jenis rasa) pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terkecap oleh lidah.
Bergantung pada badan jasmani dan segala sesuatu yang berbentuk maka kesadaran akan sentuhan (peraba) timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan segala sesuatu yang berbentuk pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang tersentuh oleh badan jasmani.
Bergantung pada sarana pikiran dan ajaran-ajaran benar maka kesadaran akan pikiran timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan ajaran-ajaran benar pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang tercipta oleh pikiran.
14. Apabila terdapat mata dan bentuk-bentuk benda serta kesadaran penglihatan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila terdapat telinga dan bentuk-bentuk suara serta kesadaran pendengaran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila terdapat hidung dan aroma wangi-wangian serta kesadaran penciuman, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila terdapat lidah dan cita rasa (jenis-jenis rasa) serta kesadaran pengecapan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila terdapat badan jasmani dan segala sesuatu yang berbentuk serta kesadaran sentuhan (peraba), maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila terdapat sarana pikiran dan ajaran-ajaran benar serta kesadaran pikiran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
15. Apabila tidak terdapat mata dan bentuk-bentuk benda maupun kesadaran akan penglihatan, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila tidak terdapat telinga dan bentuk-bentuk suara maupun kesadaran akan pendengaran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila tidak terdapat hidung dan aroma wangi-wangian maupun kesadaran akan penciuman, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila tidak terdapat lidah dan cita rasa (jenis-jenis rasa) maupun kesadaran akan pengecapan, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila tidak terdapat badan jasmani dan segala sesuatu yang berbentuk maupun kesadaran akan sentuhan (peraba), maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila tidak terdapat sarana pikiran dan ajaran-ajaran benar maupun kesadaran akan pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
16. Para sahabat, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya setelah memberikan sebuah intisari singkat tanpa penjelasan terperinci, yakni beliau mengatakan : ’ Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut :Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas’, demikianlah menurut pengertianku arti rincian dari intisari singkat tersebut.Sekarang, para sahabat, apabila kalian mau, pergilah ke Yang Mulia dan tanyailah kepada Beliau tentang arti rincian dari intisari singkat tersebut. Sebagaimana Yang Mulia menerangkan kepada kalian, demikian pula kalian harus mengingatnya”.
17. Para bhikkhu merasa puas dan bergembira akan kata-kata dari Yang Arya Maha Kaccana. Kemudian, mereka bangkit dari posisi duduk mereka dan pergi menghadap kepada Yang Mulia dan setelah memberi hormat kepada Beliau mereka duduk pada salah satu sisi, lalu mereka menceritakan kepada Beliau semua yang telah terjadi setelah Yang Mulia meninggalkan mereka tadi, dan mereka menambahkan : ”Kemudian, Yang Mulia, kami pergi ke Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana dan bertanya kepadanya tentang arti dari ucapan tersebut, dan lalu Yang Arya Maha Kaccana telah menerangkan arti dari ucapan Yang Mulia secara jelas dengan alasan-alasannya serta ungkapan-ungkapannya hingga kesuku katanya”.
18. ”Bhikkhu Maha Kaccana adalah seorang yang bijaksana, oh para bhikkhu. Ia mempunyai pengertian yang hebat. Seandainya kalian bertanya kepada-Ku akan arti dari ucapan tadi Akupun akan memberikan jawaban yang sama seperti apa yang diterangkan oleh Maha Kaccana kepada kalian. Memang demikianlah arti ucapan tersebut sebagaimana kalian harus mengingatnya”.
19. Setelah itu Yang Arya Bhikkhu Ananda berkata kepada Yang Mulia :”Yang Mulia bagaikan seorang yang lelah karena lapar dan lemah, menemukan bola madu (kembang gula), dia akan menemukan rasa manis dan murni ketika menyantapnya. Demikian pula Yang Mulia, bagi setiap bhikkhu yang mempunyai kemampuan berpikir, sewaktu mereka mengamati dengan penuh perhatian akan arti dari pembicaraan dhamma ini, akan menemukan kepuasan dan rasa percaya diri dengan hati yang teguh. Yang Mulia, apakah nama dari pembicaraan dhamma ini?”.”Untuk pertanyaan itu, Ananda, engkau boleh menamakan pembicaraan dhamma ini dengan nama Pembicaraan Kembang Gula (Madhupindika Sutta)”.Itulah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Yang Arya Ananda merasa puas dan senang akan ucapan Sang Bhagava.
Sumber :www.samaggi-phala.or.id
Pada suatu ketika Sang Bhagava menginap di Nigrodha arama, Kapilavatthu, di kerajaan suku Sakka (Sakya). Ketika menjelang pagi, Sang Bhagava selesai menyiapkan diri, sambil membawa mangkuk (patta) dan jubah luarnya (civara), beliau pergi ke Kapilavatthu untuk menerima dana makanan (pindapata). Seusai pindapata, dalam perjalanan pulang beliau pergi ke Mahavana (hutan besar) untuk beristirahat di situ pada hari itu. Setelah berada di Mahavana untuk beristirahat, beliau duduk di bawah pohon Beluvalatthika. Pada waktu itu, Dandapani, seorang Sakya, yang biasa jalan kesana kemari, berpergian dengan berjalan ke arah mahavana. Setelah memasuki Mahavana ia menuju pohon Beluvalatthika di mana Sang Bhagava berada; setelah mendekat ia memberi salam kepada Sang Bhagava. Setelah saling memberi salam dan menyapa dengan santun, ia berdiri di samping sambil bertopang pada tongkatnya.
2. Kemudian ia bertanya kepada Bhagava : ”Petapa, apakah ajaran(vada)-mu dan apa pandangan-pandanganmu?”
3. ”Kawan, sebagaimana seseorang mengatakan bahwa dia tidak berselisih dengan siapapun di dunia ini, yakni dengan para dewa, para mara, para makhluk suci, dalam generasi ini, para petapa orang-orang suci, para raja, dan para rakyat jelata, sebagaimana seseorang mengatakan bahwa pengertian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci, apabila seseorang hidup terlepas dari keinginan akan segala macam keadaan apapun, maka demikianlah apa yang Aku ucapkan, kawan, maka demikianlah apa yang Aku khotbahkan”
4. Setelah Yang Mulia mengucapkan kata-kata tersebut, si pembawa tongkat, seorang suku Sakya itu menggelengkan kepalanya, menggoyangkan lidahnya, mengerutkan dahinya sehingga menimbulkan tiga garis kerutan pada keningnya. Kemudian ia pergi sambil bertopang pada tongkatnya.
5. Ketika hari petang, Yang Mulia bangkit dari meditasinya dan Beliau pergi ke Taman Nigrodha dimana Beliau duduk pada sebuah bangku yang telah dipersiapkan untuknya, ketika Beliau duduk, Beliau mengatakan pada para bhikkhu apa gerangan yang telah terjadi, setelah itu salah seorang diantara bhikkhu bertanya kepada Yang Mulia :
6. ”Tetapi Tuanku Yang Mulia, apakah artinya ucapan tadi ketika Yang Mulia mengatakan bahwa : ’Apabila seseorang tidak berselisih kepada siapapun di dunia ini, yakni dengan para dewa, para mara, para makhluk suci, dalam generasi ini, para petapa orang-orang suci, para raja, dan para rakyat jelata?’.Dan, Tuanku Yang Mulia, bagaimana mungkin bahwa pengertian tidak lagi menjadi landasan dari pengertian suci, apabila seseorang hidup terlepas dari nafsu indera, dari keragu-raguan, dari kecemasan, dari keinginan akan segala macam bentuk apapun?”.
7. Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut :’Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas’.Demikianlah jawaban Yang Mulia, sesudah mengatakan demikian, Yang Mulia bangkit dari tempat duduk-Nya dan pergi ke tempat tinggal-Nya.Kemudian setelah Yang Mulia pergi, para bhikkhu berpikir : ’Saat ini, Yang Mulia telah bangkit dari tempat duduk-Nya dan pergi ke tempat tinggal-Nya, setelah memberikan wejangan singkat (inti sari) tanpa terperinci, inilah yang diucapkan beliau : ”Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas”. Kini, siapa gerangan yang akan membabarkan secara terperinci ucapan tersebut?’.
Para bhikkhu teringat akan Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana, ia adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia maupun oleh rekan-rekannya dalam menjalankan kesucian. Dia pasti sanggup menjelaskannya. ”Teman-teman bagaimana kalau kita datang menghadap kepadanya untuk mohon penjelasan?”.
8. Kemudian mereka pergi menghadap ke Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana, setelah mereka saling menyapa dalam suasana ramah tamah, para bhikkhu duduk pada satu sisi, lalu mereka menceritakan apa yang terjadi pada Yang Arya Maha Kaccana, dan mereka menambahkan : ’Biarlah Yang Arya Maha Kaccana membabarkan penjelasannya kepada kami’.
9. ”Wahai para sahabat, bagaikan seseorang yang sedang memerlukan hati kayu (inti keras batang kayu), yang sedang mencari hati kayu, dan mengembara mencari hati kayu, kemudian mendapatkan pengertian bahwa hati kayu harus dicari diantara dahan-dahan dari sebuah pohon besar yang memiliki hati kayu, setelah sebelumnya mencari diantara akar dan ranting pohon itu. Demikian pula dengan kalian, Oh, para bhikkhu, karena kalian sudah memiliki pengertian, maka kalian harus bertanya tentang arti ucapan tersebut (saat dimana kalian sebelumnya sedang bertanya dan berhadapan langsung ) kepada Yang Mulia. Karena dalam hal penglihatan, Beliau dapat melihat semuanya; Beliau adalah Sang Mata, Beliau adalah Sang Pengetahuan, Beliau adalah Sang Dhamma, Beliau adalah Sang Suci; Sang Tathagata adalah seorang Penyambung lidah (perantara), seorang Pencetus, seorang yang memberi Penjelasan tentang arti Dhamma, seorang Pemberi jalan kehidupan kekal. Sesungguhnya kesempatan tadi adalah saat yang tepat bagi kalian untuk bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tersebut. Dan sebagaimana Beliau menjelaskan kepada kalian, maka kalianpun harus mengingatnya”.
10. ”Memang betul, sahabat Kaccana, dalam hal penglihatan, Beliau dapat melihat semuanya; Beliau adalah Sang Mata, Beliau adalah Sang Pengetahuan, Beliau adalah Sang Dhamma, Beliau adalah Sang Suci; Sang Tathagata adalah seorang Penyambung lidah (perantara), seorang Pencetus, seorang yang memberi Penjelasan tentang arti Dhamma, seorang Pemberi jalan kehidupan kekal. Sesungguhnya kesempatan tadi adalah saat yang tepat bagi kami untuk bertanya kepada Yang Mulia tentang arti ucapan tersebut. Dan sebagaimana Beliau menjelaskan kepada kami, maka kami pun harus mengingatnya.Akan tetapi, Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana adalah seorang yang dipuji dan dihargai oleh Yang Mulia maupun teman-teman dalam kehidupan suci. Anda pasti sanggup menjelaskan secara terperinci arti daripada intisari singkat tanpa penjelasan terperinci yang diberikan oleh Yang Mulia. Biarkanlah Yang Arya Maha Kaccana membabarkannya dengan tanpa bersusah payah”.
11. ”Jikalau demikian, para sahabat dengarkanlah dan patuhilah apa yang aku katakan”. ”Memang seharusnya demikian, sahabat”, para bhikkhu menjawab. Yang Arya Maha Kaccana mengatakan sebagai berikut :
12. ”Para sahabat, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya setelah memberikan sebuah intisari singkat tanpa penjelasan terperinci, yakni beliau mengatakan : ’ Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut :Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas’.Menurut pengertianku arti rincian tersebut adalah sebagai berikut :
13. Bergantung pada mata dan bentuk-bentuk benda maka kesadaran akan penglihatan timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk benda pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terlihat oleh mata.Bergantung pada telinga dan bentuk-bentuk suara maka kesadaran akan pendengaran timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan bentuk-bentuk suara pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terdengar oleh telingaBergantung pada hidung dan aroma wangi-wangian maka kesadaran akan penciuman timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan aroma wangi-wangian pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang tercium oleh hidung.Bergantung pada lidah dan cita rasa (jenis-jenis rasa) maka kesadaran akan pengecapan timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber daripenafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan cita rasa (jenis-jenis rasa) pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang terkecap oleh lidah.
Bergantung pada badan jasmani dan segala sesuatu yang berbentuk maka kesadaran akan sentuhan (peraba) timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan segala sesuatu yang berbentuk pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang tersentuh oleh badan jasmani.
Bergantung pada sarana pikiran dan ajaran-ajaran benar maka kesadaran akan pikiran timbul. Kontak adalah sebagai penghubung ketiga unsur tadi secara kebetulan. Dengan adanya kontak sebagai keadaan maka timbullah perasaan. Apa yang dirasakan seseorang adalah apa yang dia pahami. Apa yang dia pahami adalah apa yang dia pikir. Apa yang dia pikir adalah apa yang dia kembangkan (diperluas). Dengan apa yang telah dia kembangkan sebagai sumber dari penafsiran akan beragam pengertian, maka itulah yang memberikan seseorang pengertian akan ajaran-ajaran benar pada masa lampau, masa akan datang dan masa kini, yang tercipta oleh pikiran.
14. Apabila terdapat mata dan bentuk-bentuk benda serta kesadaran penglihatan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila terdapat telinga dan bentuk-bentuk suara serta kesadaran pendengaran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila terdapat hidung dan aroma wangi-wangian serta kesadaran penciuman, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila terdapat lidah dan cita rasa (jenis-jenis rasa) serta kesadaran pengecapan, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila terdapat badan jasmani dan segala sesuatu yang berbentuk serta kesadaran sentuhan (peraba), maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila terdapat sarana pikiran dan ajaran-ajaran benar serta kesadaran pikiran, maka hal ini mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari kontak. Apabila terdapat manifestasi kontak, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila terdapat manifestasi perasaan, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila terdapat manifestasi pengertian, hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
15. Apabila tidak terdapat mata dan bentuk-bentuk benda maupun kesadaran akan penglihatan, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila tidak terdapat telinga dan bentuk-bentuk suara maupun kesadaran akan pendengaran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila tidak terdapat hidung dan aroma wangi-wangian maupun kesadaran akan penciuman, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.Apabila tidak terdapat lidah dan cita rasa (jenis-jenis rasa) maupun kesadaran akan pengecapan, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila tidak terdapat badan jasmani dan segala sesuatu yang berbentuk maupun kesadaran akan sentuhan (peraba), maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
Apabila tidak terdapat sarana pikiran dan ajaran-ajaran benar maupun kesadaran akan pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi kontak. Apabila tidak terdapat manifestasi kontak, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi perasaan. Apabila tidak terdapat manifestasi perasaan, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pengertian (pemahaman). Apabila tidak terdapat manifestasi pengertian, dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi pikiran. Apabila tidak terdapat manifestasi pikiran, maka dalam hal ini adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk mengenal manifestasi dari keadaan dimana seseorang terjangkau oleh berbagai penafsiran (penilaian) akan berbagai macam pengertian.
16. Para sahabat, ketika Yang Mulia bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat tinggalnya setelah memberikan sebuah intisari singkat tanpa penjelasan terperinci, yakni beliau mengatakan : ’ Para bhikkhu, perihal penilaian tentang persepsi aneka ragam yang terjadi pada seseorang, sumbernya adalah sebagai berikut :Apabila tiada sesuatupun yang diperoleh seseorang untuk bersenang-senang, untuk yakin begitu saja terhadap sesuatu dan menerima apa saja, maka hal ini adalah merupakan akhir dari semua kecenderungan akan timbulnya nafsu, keras kepala, pandangan-pandangan keliru, keragu-raguan, penipuan, keinginan akan sesuatu dan kebodohan; Inilah akhir dari upaya mengandalkan tongkat pemukul, upaya mengandalkan senjata, perselisihan pergulatan, pertengkaran, balas dendam, niat jahat, dan ucapan kotor; disinilah ajaran-ajaran yang tidak berguna hilang tanpa bekas’, demikianlah menurut pengertianku arti rincian dari intisari singkat tersebut.Sekarang, para sahabat, apabila kalian mau, pergilah ke Yang Mulia dan tanyailah kepada Beliau tentang arti rincian dari intisari singkat tersebut. Sebagaimana Yang Mulia menerangkan kepada kalian, demikian pula kalian harus mengingatnya”.
17. Para bhikkhu merasa puas dan bergembira akan kata-kata dari Yang Arya Maha Kaccana. Kemudian, mereka bangkit dari posisi duduk mereka dan pergi menghadap kepada Yang Mulia dan setelah memberi hormat kepada Beliau mereka duduk pada salah satu sisi, lalu mereka menceritakan kepada Beliau semua yang telah terjadi setelah Yang Mulia meninggalkan mereka tadi, dan mereka menambahkan : ”Kemudian, Yang Mulia, kami pergi ke Yang Arya Bhikkhu Maha Kaccana dan bertanya kepadanya tentang arti dari ucapan tersebut, dan lalu Yang Arya Maha Kaccana telah menerangkan arti dari ucapan Yang Mulia secara jelas dengan alasan-alasannya serta ungkapan-ungkapannya hingga kesuku katanya”.
18. ”Bhikkhu Maha Kaccana adalah seorang yang bijaksana, oh para bhikkhu. Ia mempunyai pengertian yang hebat. Seandainya kalian bertanya kepada-Ku akan arti dari ucapan tadi Akupun akan memberikan jawaban yang sama seperti apa yang diterangkan oleh Maha Kaccana kepada kalian. Memang demikianlah arti ucapan tersebut sebagaimana kalian harus mengingatnya”.
19. Setelah itu Yang Arya Bhikkhu Ananda berkata kepada Yang Mulia :”Yang Mulia bagaikan seorang yang lelah karena lapar dan lemah, menemukan bola madu (kembang gula), dia akan menemukan rasa manis dan murni ketika menyantapnya. Demikian pula Yang Mulia, bagi setiap bhikkhu yang mempunyai kemampuan berpikir, sewaktu mereka mengamati dengan penuh perhatian akan arti dari pembicaraan dhamma ini, akan menemukan kepuasan dan rasa percaya diri dengan hati yang teguh. Yang Mulia, apakah nama dari pembicaraan dhamma ini?”.”Untuk pertanyaan itu, Ananda, engkau boleh menamakan pembicaraan dhamma ini dengan nama Pembicaraan Kembang Gula (Madhupindika Sutta)”.Itulah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Yang Arya Ananda merasa puas dan senang akan ucapan Sang Bhagava.
Sumber :www.samaggi-phala.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar