Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya I
Oleh : Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993
Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di hutan kecil, yang terletak di sebelah barat dari kota Vesali.
Pada ketika itu Sunakkhatta Licchaviputta baru saja meninggalkan Dhamma dan Vinaya. Ia membuat pernyataan ini di hadapan kelompok orang Vesali: “Petapa Gotama tidak memiliki nilai-nilai yang patut bagi pengetahuan maupun pandangan ariya suci yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa (uttari manussadhamma). Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran manusia, mengikuti keingintahuan-Nya sendiri sebagaimana yang terjadi pada diri-Nya, siapapun yang diajarkan Dhamma demi kepentingannya itu hanya membawa langsung pada penghentian penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakan-Nya, namun tidak untuk hal-hal lainnya.”
Kemudian, ketika menjelang pagi, Bhikkhu Sariputta mengenakan jubah dan dengan membawa mangkok serta jubah beliau menuju ke Vesali untuk menerima dana makanan. Kemudian beliau mendengar tentang apa yang dikatakan oleh Sunakkhatta Licchaviputta.
Ketika beliau selesai berpindapata di Vesali dan kembali dari menerima dana makanan, setelah bersantap, beliau menemui pada Sang Bhagava, dan setelah memberi hormat pada-Nya, beliau duduk pada satu sisi. Setelah melakukan hal itu, beliau mengatakan pada Sang Bhagava apa yang telah terjadi.
“Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhata sedang marah, dan kata-katanya diucapkan berdasarkan pada kemarahan. Dengan berpikir untuk menghina Tathagata, namun ia sebenarnya memuji Sang Tathagata; karena merupakan suatu pujian terhadap Sang Tathagata dengan mengatakan tentang dirinya, karena siapapun yang diajari Dhamma adalah bagi kepentingannya, ajaran itu (hanya) mengarah langsung pada penghentian penderitaan dalam diri yang melaksanakannya.
Sariputta, orang bodoh bernama Sunakkhatta ini tidak pernah akan dapat menjatuhkan martabat-Ku, karena menurut Dhamma dengan: ‘Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya, Sempurna menempuh Jalan, Pengenal segenap alam, Pembimbing manusia yang tiada taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar dan Yang Mulia.’
Juga ia tidak akan pernah menjatuhkan martabat-Ku menurut Dhamma karena: ‘Demikianlah Sang Bhagava, sehingga beliau menikmati berbagai jenis kemampuan batin (iddhi); dari satu Beliau menjadi banyak, dari banyak Beliau menjadi satu; Beliau muncul dan lenyap; Beliau dapat menembus tembok, menembus dinding-dinding, menembus gunung, bagaikan menembus ruang kosong; Beliau menyelam masuk dan keluar dari tanah bagaikan di air; Beliau berjalan di atas air seolah-olah di atas tanah; dengan duduk bersila Beliau melakukan perjalanan di angkasa bagaikan burung bersayap; dengan tangan-Nya Beliau menyentuh dan mengusap bulan dan matahari yang sangat perkasa dan berkuasa; Beliau ahli mengendalikan tubuh sehingga ia dapat pergi dengan tubuhnya sejauh alam Brahma.’
Demikian pula, ia tidak akan pernah menjatuhkan martabat-Ku karena sesuai Dhamma: ‘Demikianlah Sang Bhagava, sehingga dengan unsur telinga dewa (dibba sota), yang suci dan melebihi kemampuan orang biasa, Beliau mendengar kedua jenis suara, suara para dewa dan suara manusia, baik yang jauh maupun yang dekat.’
Ia pun tidak akan pernah menjatuhkan martabat-Ku karena sesuai Dhamma: ‘Demikianlah Sang Bhagava, sehingga dengan kemampuan pikirannya Beliau dapat mengetahui pikiran makhluk atau orang lain, Beliau mengerti pikiran yang dikuasai nafsu sebagai pikiran yang dikuasai nafsu dan pikiran yang tidak dikuasai nafsu sebagai pikiran yang tidak dikuasai nafsu; Beliau mengerti pikiran yang dikuasai kebencian sebagai pikiran yang dikuasai kebencian dan pikiran yang tidak dikuasai kebencian sebagai pikiran yang tidak dikuasai kebencian: Beliau mengerti pikiran yang dikuasai kebodohan sebagai pikiran yang dikuasai kebodohan dan pikiran yang tidak dikuasai kebodohan sebagai pikiran yang tidak dikuasai kebodohan; Beliau mengerti pikiran yang terpusat sebagai yang terpusat dan pikiran yang tercerai-berai sebagai pikiran yang tercerai-berai; Beliau mengerti pikiran yang luhur sebagai yang pikiran luhur dan pikiran yang tidak luhur sebagai yang tidak luhur; Beliau mengerti pikiran yang luar biasa sebagai pikiran yang luar biasa dan pikiran yang biasa sebagai pikiran yang biasa; Beliau mengerti pikiran yang terkonsentrasi sebagai pikiran yang terkonsentrasi dan pikiran yang tidak terkonsentrasi sebagai yang tidak terkonsentrasi; Beliau mengerti pikiran yang terbebas sebagai pikiran yang terbebas dan pikiran yang tidak terbebas sebagai pikiran yang tidak terbebas.’
Dasa Tathagata Bala (Sepuluh Kekuatan Tathagata)
Sariputa, Tathagata memiliki Dasa Tathagata Bala (Sepuluh kekuatan dari seorang Tathagata), dengan memiliki kekuatan-kekuatan ini (bala) Beliau menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaum auman singa-Nya di hadapan banyak orang dan memutar roda-Brahma (brahmacakka) maju ke depan. Apakah kesepuluh kekuatan (Dasa Bala)?
1. Sang Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, yang mungkin sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaum auman singaNya di hadapan banyak orang dan memutar roda-Brahma.
2. Sang Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, matangnya kamma yang dilakukan di masa lampau, di masa mendatang dan masa sekarang, dengan kemungkinan-kemungkinan dan sebab-sebabnya. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin ….
3. Sang Tathagata, mengerti, sebagaimana apa adanya, ke mana tujuan semua Jalan. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata ….
4. Sang Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, dunia ini dengan unsur-unsurnya yang hanyak dan berbeda-beda. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata ….
5. Sang Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, bagaimana para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata ….
6. Sang Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, watak dari indera para makhluk lain dan orang-orang lain. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata ….
7. Sang Tathagata mengerti, sebagaimana apa adanya, kekotoran-kekotoran batin, cara membersihkan dan timbulnya jhana, kebebasan, pemusatan pikiran dan pencapaian. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata …
8. Sang Tathagata mengingat banyak kehidupan-Nya yang lampau, yakni, satu kelahiran, dua kelahiran … lima kelahiran, sepuluh kelahiran … lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa kehancuran alam semesta (samvattakappa) dan banyak kappa pembentukan alam semesta (vivattakappa): Pada kelahiran itu saya bernama, ber-ras, berkelas masyarakat anu, makan makanan anu, mengalami susah dan senang, berusia sekian; setelah meninggal di sana, saya terlahir kembali di tempat lain, dengan nama, ras, kelas masyarakat, makanan, mengalami susah dan senang; setelah meninggal di tempat itu, saya terlahir kembali di tempat lain dengan nama …; akhirnya saya meninggal dan terlahir kembali di sini. Demikianlah dengan rinci dan hal-hal khusus beliau mengingat kembali banyak kehidupan-Nya yang lampau. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata ….
9. Sang Tathagata dengan kemampuan Dibba Cakkhu (mata dewa) yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa, melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali, rendah atau mulia, baik atau buruk, berkelakuan baik atau buruk; mengerti bagaimana makhluk-makliluk meninggal berdasarkan pada kamma-kamma mereka, yakni: Makhluk-makhluk yang berharga ini berprilaku buruk dengan tubuh, ucapan dan pikiran, mencaci maki orang-orang suci, memiliki pandangan salah yang mengakibatkan kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di alam yang menyedihkan, ditakdirkan di alam yang buruk, di alam menyakitkan, di alam neraka; namun makhluk-makhluk berharga ini yang berprilaku baik dengan jasmani, ucapan dan pikiran, tidak mencaci orang-orang suci, memiliki pandangan benar yang mengakibatkan kamma, setelah meninggal, mereka lahir kembali di alam menyenangkan, di alam surga. Ini merupakan kekuatan Tathagata ….
10. Sang Tathagata, pada kehidupan sekarang dengan kemampuan batinnya merealisasi kebebasan batinnya, melenyapkan kotoran batin (asava) dengan cara Cetovimutti (pembebasan melalui ketenangan batin) dan Pannavimutti (pembebasan melalui kebijaksanaan). Ini merupakan kekuatan Tathagata …..
Tathagata memiliki sepuluh kekuatan Tathagata ini Beliau menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaum auman singa-Nya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: ‘Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuan-Nya seperti yang terjadi pada-Nya,’ kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan tentang Saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.
Cattaro Vesarajja (Empat Integritas Diri)
Sariputta, Tathagata memiliki empat macam Integritas Diri, dengan memilikinya Sang Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singa-Nya dihadapan banyak orang dan memutar roda-Brahma.
Apakah empat Integritas Diri itu?
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara atau dewa brahma di seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: ‘Sementara Anda menyatakan menemukan penerangan sempurna, tetapi Anda tidak menemukan penerangan sempurna dalam dhamma-dhamma ini.’ Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu … dapat … menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: ‘Sementara Anda menyatakan telah melenyapkan noda-noda batin, tetapi noda-noda batin belum dilenyapkan dari diri anda.’ Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya hidup dengan aman, ….
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu … dapat … menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: ‘Dhamma-dhamma seperti itu yang Anda katakan bersifat obstruktif, namun pada kenyataannya tidak bersifat obstruktif bagi mereka yang melaksanakannya.’ Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya hidup dengan aman, ….
Saya tidak melihat alasan mengapa seorang bhikkhu … dapat … menuduh Saya, sesuai dengan Dhamma: ‘Bagi siapapun yang Anda ajarkan Dhamma bagi kepentingannya, hal ini tidak langsung membawa pada lenyapnya penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakannya.’ Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya dengan aman, ….
Inilah empat Integritas Diri yang dimiliki oleh Tathagata, dengan memilikinya maka Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singa … memutar roda brahma.
Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: ‘Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma …. ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.’
Attha Parisa (Delapan Kelompok)
Sariputta, ada delapan kelompok. Apakah delapan kelompok itu? Kelompok kesatria, brahmana, perumah-tangga, petapa, dewa Catummaharajika, dewa Tavatimsa, Mara dan Brahma. Dengan memiliki empat Integritas Diri, seorang Tathagata mendekati dan memasuki delapan jenis kelompok ini.
Saya telah memiliki pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok kesatria. Dulu, Saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
Saya telah memiliki mengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok brahmana ….
… kelompok perumah-tangga ….
… kelompok petapa ….
… kelompok dewa Catummaharajika ….
… kelompok dewa Tavatimsa ….
… kelompok Mara …
… kelompok para Brahma. Dulu, Saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.
Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: ‘Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma …. ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.’
Empat yoni (Cara Kelahiran)
Sariputta, ada empat Cara Kelahiran. Apakah empat Cara Kelahiran itu? Kelahiran melalui telur (andaja yoni), kandungan (jalabuja yoni), tempat lembab (samsedaja yoni) dan kelahiran secara spontan (opapatika).
Apakah kelahiran melalui telur? Ada makhluk-makhluk yang lahir dengan memecahkan kulit telur; ini yang disebut kelahiran melalui telur.
Apakah kelahiran melalui kandungan? Ada makhluk-makhluk yang lahir melalui kandungan; ini yang disebut kelahiran melalui kandungan.
Apakah kelahiran pada tempat lembab? Ada makhluk-makhluk yang lahir dalam ikan yang membusuk, mayat yang membusuk, adonan yang membusuk, atau dalam jamban atau dalam saluran air kotor; ini yang disebut kelahiran pada tempat lembab.
Apakah kelahiran secara spontan? Ada dewa-dewa dan penghuni-penghuni neraka dan makhluk manusia tertentu dan para penghuni tertentu dari alam yang tidak menyenangkan, yang lahir (muncul) secara spontan; ini yang disebut kelahiran secara spontan.
Inilah empat Cara Kelahiran.
Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: ‘Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma …. ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.’
Panca Gati (Lima Alam Tempat Kelahiran) dan Nibbana
Sariputta, ada lima alam tempat kelahiran. Apakah lima alam itu? Alam neraka (niraya), binatang (tiracchana), alam setan (pittivisaya), dan manusia (manussa) serta dewa (deva).
Saya mengerti tentang alam neraka; jalan serta cara yang membawa ke neraka, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, dalam alam yang tidak menyenangkan, dalam alam penderitaan, dalam neraka; inipun saya mengerti.
Saya mengerti tentang alam binatang; jalan serta cara yang membawa ke alam binatang, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai binatang di alam binatang; inipun saya mengerti.
Saya mengerti tentang alam setan; jalan serta cara yang membawa ke alam setan, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai setan di alam setan,: inipun saya mengerti.
Saya mengerti tentang alam manusia; jalan serta cara membawa ke alam manusia, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai manusia di alam manusia; inipun saya mengerti.
Aku mengerti tentang alam para dewa; dan jalan serta cara membawa ke alam para dewa, bagi dia yang akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai dewa di alam dewa; inipun saya mengerti.
Aku mengerti tentang Nibbana; jalan serta cara untuk mencapai Nibbana, bagi dia yang akan mencapainya, berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan batin melalui ‘pencapaian pembebasan batin’ (cetovimutti) dan ‘pembebasan berdasarkan kebijaksanaan’ (pannavimutti) serta ‘melenyapkan semua kotoran batin’ (asava); inipun saya mengerti.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, dalam alam yang tidak menyenangkan, alam penderitaan, dalam neraka.’ Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam yang menyedihkan, alam tidak menyenangkan, alam penderitaan, alam penderitaan, dalam neraka dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Seandainya ada sebuah lobang yang dalamnya melebihi tinggi manusia, penuh dengan bara yang membara tanpa nyala dan asap; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena udara panas; kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju lobang bara tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi lobang bara tersebut’; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku …. menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam kandungan binatang’. Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali dalam kandungan binatang dan mengalami kesakitan, tersiksa dan sengsara.
Seandainya ada sebuah lobang kakus yang dalamnya melebihi tinggi manusia, penuh dengan tahi; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju lobang kakus tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi lobang kakus tersebut’; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku …. menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam setan.’ Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia biasa, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam setan dan mengalami kesakitan, tersiksa dan sengsara.
Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang tanah yang tidak rata, hanya sedikit dedaunan dengan kerindangan yang terbatas; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi pohon tersebut’; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku …. menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam rahim ibu (manusia).’ Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) …, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam manusia dan mengalami banyak kesenangan.
Seandainya ada sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang tanah yang rata, rimbun dengan dedaunan dan rindang sekali; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi pohon tersebut’; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan mengalami banyak kesenangan. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku …. mengalami banyak kesenangan.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam yang menyenangkan, di alam dewa (deva).’ Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) …, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam dewa dan mengalami banyak kesenangan.
Seandainya ada rumah peristirahatan yang sangat besar, di dalamnya sebuah ruang atas yang diplester di bagian dalam dan luar, tertutup, diamankan dengan jeruji, dengan jendela yang tertutup, di dalamnya ada sebuah sofa dengan karpet dan selimut serta sarung, berpenutup dari kulit rusa, dipayungi, berbantal merah muda untuk kepala dan kaki; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju rumah peristirahatan tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi rumah peristirahatan tersebut’; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam rumah peristirahatan itu dan mengalami banyak kesenangan. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku … mengalami banyak kesenangan.
Dengan meliputi pikiran orang (makhluk tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran batin melalui ‘pencapaian pembebasan batin’ (cetovimutti) dan ‘pembebasan berdasarkan kebijaksanaan’ (pannavimutti) serta melenyapkan semua kotoran batin (asava). Kemudian Saya melihat bahwa berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan kotoran batin melalui ‘pencapaian pembebasan batin’ dan ‘pembebasan berdasarkan kebijaksanaan’ serta melenyapkan semua kotoran batin dan mengalami banyak kesenangan.
Seandainya ada sebuah kolam yang bersih, menyenangkan, berair sejuk, bening, bertepi yang halus dan menyenangkan, di dekat pepohonan yang lebat; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju ke kolam tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: ‘Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi kolam tersebut’; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah pergi ke kolam, mandi, minum dan menghilangkan semua kepenatan, kelelahan serta kepanasannya, lalu ia keluar dari kolam serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang lebat dan mengalami banyak kesenangan. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku …. mengalami banyak kesenangan.
Inilah lima macam alam kelahiran dan nibbana.
Sariputta, apabila seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: ‘Petapa Gotama tidak mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuan-Nya seperti yang terjadi pada-Nya,” kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi, saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan tentang Saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh pikirannya itu.
Sariputta, Saya memiliki pengalaman sendiri tentang empat faktor Brahma Vihara karena telah melaksanakannya. Saya pernah melaksanakan cara bertapa yang sangat ekstrim (paramatapa), keras (paramalukha), teliti (paramajegucchi) dan pengasingan (paramapavivitta).
Beginilah pertapaan-Ku, Saya hidup telanjang, menolak berkumpul (dengan orang lain, menjilati tangan-tangan-Ku, tidak memenuhi undangan, tidak berhenti walaupun ditanya; Saya tidak menerima sesuatu yang dibawakan, sesuatu yang khusus dibuat atau suatu undangan; Saya tidak menerima apapun dari panci, dari mangkok, melalui nampan, melalui tongkat, melalui penumbuk padi, dari dua orang yang makan bersama, dari wanita yang berputra, dari wanita yang menyusui, dari (tempat) wanita berbaring bersama seorang pria, dari tempat di mana makanan diiklankan untuk disebarkan, dari tempat di mana seekor anjing sedang menunggu, dari tempat di mana lalat-lalat mendengung; Saya tidak menerima ikan atau daging, Saya tidak menimum minuman keras, anggur atau minuman yang memabukkan. Saya hanya menerima sesuap makanan secara tetap dari satu rumah; Saya hanya menerima dua suap makanan secara tetap dari dua rumah; …. Saya hanya menerima tujuh suap makanan dari tujuh rumah. Saya makan sepiring makanan sehari, … sepiring makanan tiap dua hari, … sepiring makanan tiap tujuh hari; Saya makan sekali sehari, … makan sekali tiap dua hari, … makan sekali tiap tujuh hari dan seterusnya hingga makan sekali tiap dua minggu; Saya melatih diri hanya makan pada waktu-waktu tersebut. Saya hanya makan yang hijau atau biji-bijian, nasi kasar, makanan dihaluskan, tumbuh-tumbuhan kecil, dedak, kismis, tepung sesamum, rumput, atau kotoran sapi. Saya hidup di bawah pohon dan makan buah-buahan yang jatuh dari pohon karena angin. Saya mengenakan pakaian dari rami, … pakaian rami dicampur dengan kain, kain membungkus mayat (pamsukula), kain bekas, kulit pohon, kulit rusa, kain dari rumput kusa, kain dari serat kulit kayu, kain dari sayatan kayu, wol rambut, wol bulu binatang, dari sayap burung hantu. Saya mencabut rambut janggut, hidup dengan melaksanakan pencabutan rambut dan janggut. Saya berdiri terus dan menolak untuk duduk. Saya jongkok terus serta berusaha untuk tetap jongkok. Saya menggunakan kasur berpaku; saya membuat tikar paku untuk tempat tidur. Saya melatih mandi tiga kali di sungai menjelang malam. Demikianlah cara Saya bertapa.
Beginilah kekasaran-Ku, bagaikan kulit batang pohon besar yang telah bertahun-tahun dilekati oleh debu dan telah bergumpal-gumpal; demikian pula, telah beberapa tahun debu dan daki terkumpul serta melekati tubuh-Ku, debu telah berbentuk gumpalan pula. Tak pernah terpikirkan oleh-Ku bahwa, ‘Saya akan mengosok debu dan daki agar terlepas dari tubuhku atau meminta orang lain menggosok debu dan daki ini’. Demikianlah kekasaran-Ku.
Beginilah ketelitian-Ku, Saya selalu waspada ketika melangkah maju dan melangkah mundur; begitu pula, Saya dipenuhi dengan belas kasihan walaupun hanya pada setetes air, dengan pikiran: ‘Semoga Saya tidak menyakiti makhluk-makhluk kecil dalam air.’ Demikianlah ketelitian-Ku.
Beginilah pengasingan-Ku: Saya masuk ke dalam hutan dan tinggal di sana. Apabila saya melihat pengembala atau kawanan sapi, orang pengumpul rumput atau kayu, Saya akan lari dari hutan ke hutan, dari belukar ke belukar, dari goa ke goa, dari bukit ke bukit. Mengapa demikian? Dengan begitu mereka tidak akan melihat-Ku atau Aku melihat mereka. Bagaikan seekor kijang hutan ketika melihat manusia akan berlari dari hutan ke hutan, dari belukar ke belukar, dari goa ke goa, dari bukit ke bukit, begitulah saya ketika melihat …. Demikianlah pengasingan-Ku.
Saya merangkak ke kandang-kandang ketika ternak dan lembu-lembu itu telah pergi, Saya makan kotoran anak sapi yang masih menyusu. Selama kotoran dan air kencing-Ku masih ada, saya makan dan minum kotoran dan air kencing-Ku sendiri. Begitulah cara makan-Ku yang menyimpang.
Saya pergi ke hutan yang menyeramkan dan menetap di sana. Suatu hutan kecil menyeramkan yang biasanya menyebabkan bulu kuduk orang berdiri karena ia belum bebas dari nafsu. Ketika udara dingin pada malam-malam di musim dingin tiba, selama delapan hari yang bersalju, maka pada malam hari saya menetap di tempat terbuka, sedangkan di waktu siang Saya berada di hutan. Di akhir bulan pada musim panas, Saya menetap di tempat terbuka di siang hari, sedangkan di malam hari saya berada di hutan. Pada waktu itu secara spontan muncul syair yang sebelumnya tak pernah terdengar:
Kedinginan di malam hari dan terpanggang di siang hari,
Sendirian di dalam hutan yang menyeramkan,
Bertelanjang, tanpa api untuk menghangatkan tubuh,
Petapa tetap mengejar cita-citanya.
Saya membuat pembaringan di tanah tempat kremasi dengan tulang-tulang sebagai bantal. Anak-anak pengembala sapi menghampiri meludahi dan mengencingi-Ku, melemparkan kotoran pada-Ku, dan menusukkan ranting ke telinga-Ku. Namun Saya tidak pernah tahu munculnya pikiran buruk terhadap mereka. Demikianlah keseimbangan batin (upekha)-Ku.
Sariputta, ada beberapa pertapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: ‘Kesucian dicapai melalui makanan’, dan mereka berkata: ‘Marilah kita hidup dengan makan buah kola (Zizyphus jujuba)’, maka mereka makan buah kola, bubuk buah kola, meminum air buah kola dan mereka membuat berbagai macam adonan dari buah Kola. Karena itu saya memiliki pengalaman hanya makan sebuah kola sehari.
Sariputta, tetapi engkau mungkin berpikir bahwa buah kola pada saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya demikian: buah kola pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuh-Ku menjadi kurus sekali. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota tubuh-Ku menjadi seperti batang tumbuhan merambat atau batang bambu. Karena hanya makan sedikit, maka punggung-Ku bagaikan punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang belakangku bagaikan untaian manik-manik … tulang-tulang rusuk-Ku menonjol keluar bagaikan balok penglari atap dari gudang yang tak beratap …. cahaya mata-Ku tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan cahaya air yang berada jauh di sumur yang dalam …. tempurung kepalaku berkerut dan mengisut: bagaikan sebuah labu yang berkerut dan mengisut karena angin dan matahari …. jika Saya menyentuh kulit perutKu, maka Saya dapat menyentuh tulang belakang-Ku juga; jika saya menyentuh tulang punggung-Ku, maka saya menyentuh kulit perut-Ku pula; jika Saya membuang air kecil atau air besar, saya terjatuh dengan wajahku mengenainya . … jika Saya melemaskan tubuh-Ku dengan mengusap anggota tubuh-Ku, maka bulu-bulu tubuh-Ku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari tubuh-Ku ketika saya mengusap.
Sariputta, ada beberapa pertapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: ‘Kesucian dicapai melalui makanan’, dan mereka berkata: ‘Marilah kita hidup dengan makan kacang-kacangan’, ….
‘Marilah kita hidup dengan makan Sesame’, ….
‘Marilah kita hidup dengan makan beras’, maka mereka makan beras, makan tepung beras, minum air beras dan mereka membuat berbagai macam adonan beras. Karena itu saya memiliki pengalaman hanya makan sebutir beras sehari.
Sariputta, tetapi engkau mungkin berpikir bahwa butir beras pada saat itu lebih besar, namun janganlah menganggapnya demikian: butir beras pada saat itu umumnya sama ukurannya dengan sekarang. Dengan makan sebutir beras sehari, tubuh-Ku menjadi kurus sekali. Karena hanya sedikit sekali … jika Saya melemaskan tubuh-Ku dengan mengusap anggota tubuh-Ku, maka bulu-bulu tubuh-Ku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari tubuh-Ku, ketika saya mengusap.
Sariputta, namun dengan menyiksa diri, praktik dan melaksana perbuatan seperti itu, Saya tidak mencapai sesuatu yang bermanfaat untuk mencapai pengetahuan serta pengalaman sebagai orang suci yang melebihi keadaan manusia biasa. Mengapa begitu? Karena Saya tidak mencapai Kebijaksanaan Ariya (Panna-Ariya) yang bila tercapai menjadi suci, cara ini merupakan jalan ke luar yang mengarah pada pelenyapan penderitaan (dukkha), bagi yang mempraktikkannya.
Sariputta, ada beberapa pertapa dan brahmana tertentu yang berteori dan pandangannya: ‘Kesucian dicapai melalui proses lingkaran kelahiran kembali (samsara).’ Namun tidak mungkin untuk menemukan putaran kelahiran kembali yang Saya belum lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali bagi dewa Suddhavasa; andaikan Saya telah melalui lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, Saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.
Sariputta, ada beberapa pertapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: ‘Kesucian dicapai melalui (beberapa jenis tertentu dari) kelahiran kembali.’ Namun tidak mungkin untuk menemukan jenis kelahiran kembali yang Saya belum lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali bagi dewa Suddhavasa; andaikan Saya telah melalui lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa Suddhavasa, Saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.
Sariputta, ada beberapa pertapa … ‘Kesucian dicapai melalui alam (tertentu)’. Namun tidak mungkin untuk menemukan jenis alam kelahiran kembali yang Saya belum lalui …. kecuali sebagai dewa di Suddhavasa; … tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.
… ‘Kesucian dicapai dengan pengorbanan.’ Namun tidak mungkin menemukan jenis pengorbanan yang belum pernah Saya sajikan selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana yang kaya raya.
… ‘Kesucian dicapai melalui pemujaan api.’ Namun tidak mungkin menemukan jenis api yang belum pernah Saya puja selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana yang kaya raya.
Sariputta, ada beberapa pertapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: ‘Selama orang ini masih muda, seorang pemuda berambut hitam yang diberkahi keremajaan, dalam kehidupan pada masa pertama ini, ia memiliki kesempurnaan dalam kebijaksanaannya. Tetapi apabila orang baik ini menjadi tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam kehidupan, mencapai tahap terakhir, berusia delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun atau seratus tahun, maka kebijaksanaannya hilang.’ Tetapi tidaklah seharusnya menganggap begitu. sekarang, saya telah tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam kehidupan dan mencapai pada tahap terakhir, usia-Ku sudah mendekati delapan puluh tahun. Sekarang seandainya Saya memiliki empat siswa yang berusia seratus tahun, mempunyai masa seratus tahun, sempurna dalam kesadaran, perhatian, pandangan dan kebijaksanaan, bagaikan seorang pemanah yang dibekali peralatan yang lengkap, terlatih, melaksanakan dan terpuji, dapat dengan mudah melepaskan anak panah yang ringan melalui bayangan tangan: demikian pula mereka yang sempurna dalam kewaspadaan, perhatian, pandangan dan kebijaksanaan — andaikata mereka terus menerus menanyakan tentang Empat Dasar Perhatian (Satipathana) dan Saya menjawabnya, maka mereka mengingat setiap jawaban-Ku dan tidak pernah menanyakan pertanyaan lainnya atau berhenti kecuali untuk makan, minum, mengunyah, mengecap, buang air kecil atau air besar, dan istirahat untuk menghilangkan ngantuk dan keletihan; tetapi Tathagata tetap menguraikan Dhamma, menerangkan faktor-faktor Dhamma, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan Ia tidak kepayahan.
Sariputta, namun sementara itu empat siswa-Ku dengan yang berusia seratus tahun itu, telah meninggalkan pada akhir seratus tahun tersebut. Sariputta, walaupun engkau harus menggotong-Ku ditandu, tetap tidak ada perubahan dalam kebijaksanaan (panna) Sang Tathagata.
Suatu pertanyaan benar bilamana seseorang mengucapkan: ‘Sesosok Makhluk yang bebas dari kebodohan (moha) telah muncul di dunia ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, karena kasih sayang-Nya pada dunia demi kepentingan, kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia’. Untuk sayalah pernyataan benar itu diucapkan.”
Ketika itu Bhikkhu Nagasamala sedang berdiri di belakang Sang Bhagava dan mengipasi Beliau. Kemudian ia berkata pada Sang Bhagava: “Bhante menakjubkan sekali, luar biasa! Sewaktu aku mendengarkan khotbah ini bulu-buluku berdiri. Bhante, apakah nama khotbah Dhamma ini?”
“Nagasamala, sehubungan dengan hal ini, engkau dapat mengingat khotbah tentang Dhamma ini sebagai ‘Khotbah yang mendirikan Bulu Roma’ (Lomahamsanapariyaya).”
Itulah yang dikatakan Sang Bhagava Bhikkhu Nagasamala merasa puas dan bergembira mengenai kata-kata Sang Bhagava.
sumber : www.samaggi-phala.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar