Jumat, 07 September 2012

I. PENGGUNAAN PARITTA DALAM UPACARA


1. TUJUH BULAN KANDUNGAN
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Buddhānussati
• Dhammānussati
• Saṅghānussati
• Saccakiriyā Gāthā
• Abhaya Paritta atau Pattumodanā Paritta
• Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

2. MENJELANG KELAHIRAN
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Aṅgulimāla Paritta (tiga, tujuh atau sembilan kali)
• Sakkatvā Tiratanaṁ Paritta
• Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

3. PEMBERKAHAN KELAHIRAN
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Culla Maṅgala Cakkavāḷa
• So Atthaladdho, tiga kali (untuk anak pria)
   Sā Atthaladdhā, tiga kali (untuk anak wanita)
• Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

4. ULANG TAHUN, TURUN TANAH
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Maṅgala Sutta
(Dimulai dari: Asevanā ca bālānaṁ . . . .)
• So Atthaladdho, tiga kali (untuk pria)
   Sā Atthaladdhā, tiga kali (untuk wanita)
• Mahā Jaya Maṅgala Gāthā
• Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)

5. POTONG RAMBUT
A. Sebelum dipotong
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Abhaya Paritta
• Sumaṅgala Gāthā II
B. Setelah dipotong
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)

6. WISUDA UPĀSAKA/UPĀSIKĀ
• Lihat halaman 9

7. UPACARA PERNIKAHAN
• Lihat halaman 10

8.MELETAKKAN BATU PERTAMA PEMBANGUNAN
A. Sebelum diletakkan
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Ratanattayānubhavādi Gāthā
• Sumaṅgala Gāthā II
B. Setelah diletakkan
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)

9.MENEMPATI RUMAH BARU, PEMBUKAAN TOKO,
   PERUSAHAAN, PABRIK DAN LAIN-LAIN
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Buddhānussati
• Dhammānussati
• Saṅghānussati
• Maṅgala Sutta
  (Dimulai dari: Asevanā ca bālānaṁ . . . .)
• Karaṇīya Mettā Sutta (bait 8, 9 dan 10)
• Culla Maṅgala Cakkavāḷa
• Sumaṅgala Gāthā I (Pandita memercikkan air pemberkahan)

10. MEMBERSIHKAN SUASANA/TEMPAT
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Buddhānussati
• Dhammānussati
• Saṅghānussati
• Saccakiriyā Gāthā
• Karaṇīya Mettā Sutta (bait 8, 9 dan 10)
• Khandha Paritta
  (Dimulai dari: Appamāṇo Buddho . . . .)
• Āṭānāṭiya Paritta
• Abhaya Paritta atau Pattumodanā Paritta
• Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

11. AIR UNTUK OBAT ORANG SAKIT
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Buddhānussati
• Dhammānussati
• Saṅghānussati
• Saccakiriyā Gāthā
• Ratana Sutta (bait 4, 5, 6, 7 dan 14)
• Bojjhaṅga Paritta
• Sakkatvā Tiratanaṁ Paritta
• Sumaṅgala Gāthā II

12. TANAM DI SAWAH (PEMBERKAHAN BENIH)
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Khandha Paritta
• Mahā Jaya Maṅgala Gāthā
• Sumaṅgala Gāthā II (Pandita memercikkan air pemberkahan)

13. PENGUKUHAN JANJI JABATAN
Pandita : Harap saudara mengulangi dengan penuh
keyakinan apa yang akan saya ucapkan.
Yang diambil janjinya : Baik, Romo.
Pandita : Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā-
Sambuddhassa (satu kali)
Yang diambil janjinya : (mengulangi tiga kali)
Pandita : Buddhaṁ Dhammaṁ Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Yang diambil janjinya : (mengulangi)
Pandita : Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Yang diambil janjinya : (mengulangi)
Pandita : Saya berjanji untuk tidak berdusta.
Yang diambil janjinya : (mengulangi)
Pandita : Semoga Sīla (Moral Yang Bersih),
Samādhi (Ketenangan), dan Paññā (Kebijaksanaan Dhamma) selalu menjiwai
saudara dalam melaksanakan tugas dan kewajiban saudara.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Tiratana selalu melindungi saudara.
Yang diambil janjinya : Sādhu!

14. PENGUKUHAN JANJI DI PENGADILAN
Pandita : Harap saudara mengulangi dengan penuh
keyakinan apa yang akan saya ucapkan.
Yang diambil janjinya : Baik, Romo.
Pandita : Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammā Sambuddhassa (satu kali)
Yang diambil janjinya : (mengulangi tiga kali)
Pandita : Buddhaṁ Dhammaṁ Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi.
Yang diambil janjinya : (mengulangi)
Pandita : Musāvādā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi.
Yang diambil janjinya : (mengulangi)
Pandita : Saya berjanji tidak akan berdusta.
Yang diambil janjinya : (mengulangi)
Pandita : Semoga Dhamma/Kebenaran Sejati selalu menjadi dasar pikiran, ucapan dan
perbuatan saudara.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa dan Sang Tiratana selalu membimbing saudara.
Yang diambil janjinya : Sādhu!

CATATAN :
1. Dalam memimpin upacara-upacara, Pandita pemimpin upacara diharap mengenakan busana kepanditaan.
2. Bila keadaan memungkinkan, dalam upacara-upacara dibuat cetiya (altar). Di atas altar ditempatkan :
• Patung atau gambar Sang Buddha.
• Dupa dan tempat menaruh dupa (hio).
• Lilin dan lampu: minimal sepasang.
• Bunga: di talam atau di vas.
Altar bisa diatur seindah mungkin.
3. Sebelum pembacaan paritta dimulai, yang mohon pemberkahan atau kedua orang tua dari yang bersangkutan, menyalakan lilin,dupa dan bernamaskāra di depan altar dengan dipimpin oleh Pandita pemimpin upacara.
4. Bila bhikkhu atau sāmaṇera dimohon melakukan pemberkahan,tata upacara adalah sebagai berikut :
• Pandita memimpin yang memohon pemberkahan atau kedua orang tua dari yang bersangkutan, dan semua umat yang hadir,membaca Ārādhanā Tisaraṇa Pañcasīla (Permohonan tuntunan Tisaraṇa dan Pañcasīla): Okāsa ahaṁ Bhante . . . . ; atau Mayaṁ
Bhante . . . .
• Pandita memimpin yang bersangkutan membaca Ārādhanā Paritta (Permohonan membacakan Paritta).
• Pada waktu bhikkhu atau sāmaṇera membacakan paritta dan memercikkan air pemberkahan, peserta upacara duduk bersikap añjali dengan khidmat.


WISUDA UPĀSAKA/UPĀSIKĀ
1. Pandita membimbing calon upāsaka/upāsikā melakukan pūjā kepada Sang Tiratana dengan menyalakan lilin dan dupa di altar,
kemudian bernamaskāra tiga kali dengan mengucapkan kalimatkalimat
Namakāra Gāthā.
2. Calon (dalam wisuda bersama, calon tertua mewakili)
mempersembahkan lilin, dupa dan bunga yang disusun dalam satu
talam kepada bhikkhu yang akan memberikan tuntunan Tisaraṇa
dan Pañcasīla, kemudian bernamaskāra tiga kali (tanpa
mengucapkan Namakāra Gāthā).
3. Calon mengucapkan kalimat pernyataan dalam bahasa Pāli dan juga
terjemahannya sebagai berikut :
Esāhaṁ bhante, sucira-parinibbutampi,
Taṁ Bhagavantaṁ saraṇaṁ gacchāmi,
Dhammañca bhikkhu-saṅghañca.
Upāsakaṁ (upāsikaṁ) maṁ bhante dhāretu,
Ajjatagge pānupetaṁ saraṇaṁ gataṁ.
Bhante, saya mohon kepada Sang Buddha, yang walau pun telah lama
Parinibbāna, bersama Dhamma dan Saṅgha menjadi Pelindung saya.
Semoga Bhante mengetahui, bahwa sejak hari ini sampai selama-lamanya
saya adalah upāsaka (upāsikā), yang telah menerima Tisaraṇa sebagai
Pembimbing saya.
(Bhikkhu memberikan tuntunan Tisaraṇa dan Pañcasīla. Calon
mengikuti apa yang diucapkan bhikkhu kalimat demi kalimat).
4. Bhikkhu memberikan wejangan Dhamma, dilanjutkan dengan
percikkan air pemberkahan kepada upāsaka/upāsikā baru.
5. Upāsaka/upāsikā baru bernamaskāra tiga kali (tanpa mengucapkan
Namakāra Gāthā) kepada bhikkhu yang telah memberikan tuntunan
Tisaraṇa dan Pañcasīla; kemudian ditutup dengan namaskāra tiga
kali kepada Sang Tiratana dengan mengucapkan Namakāra Gāthā.

UPACARA PERNIKAHAN

1. Pandita menyalakan lilin, dupa dan memimpin namaskāra.
2. Kata pengantar singkat dari Pandita.
3. Pandita bertanya kepada masing-masing mempelai, apakah
pernikahan ini bebas dari paksaan atau ancaman.
4. Setelah keduanya memberi jawaban dengan baik :
a. Pandita menyalakan tiga batang dupa untuk mempelai pria.
Mempelai pria memegang dupa dalam sikap añjali, kemudian
mengucapkan janji pernikahan dengan dibimbing oleh Pandita
kalimat demi kalimat, sebagai berikut :
NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO
SAMMĀ-SAMBUDDHASSA
“Saya mohon kepada semua yang hadir di sini, untuk
menyaksikan, bahwa saya: . . . . . . . . telah mengambil: . . . . . . . .
menjadi istri saya yang sah.
Saya berjanji akan melindungi, mencintai dan memperhatikan
istri saya dengan sungguh-sungguh dalam pikiran, ucapan dan
perbuatan.
Semoga Sang Tiratana selalu menerangi saya.”
Dupa ditempatkan di tempatnya.
b. Pandita menyalakan tiga batang dupa untuk mempelai wanita.
Mempelai wanita memegang dupa dalam sikap añjali, kemudian
mengucapkan janji pernikahan dengan dibimbing oleh Pandita
kalimat demi kalimat, sebagai berikut :
  NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMĀ-SAMBUDDHASSA
  “Saya mohon kepada semua yang hadir di sini, untuk
   menyaksikan, bahwa saya: . . . . . . . . telah mengambil: . . . . . . . .
   menjadi suami saya yang sah.
   Saya berjanji akan menghormati, mencintai dan memperhatikan
   suami saya dengan sungguh-sungguh dalam pikiran, ucapan dan perbuatan.
   Semoga Sang Tiratana selalu menerangi saya.”
   Dupa ditempatkan di tempatnya.
5. Pandita mengesahkan pernikahan tersebut :
   “Setelah mendengar janji saudara berdua, maka dengan ini, saya
    nyatakan pernikahan antara saudara: . . . . . . . . dan saudari: . . . . . . . .
    adalah SAH.
   Semoga Sang Tiratana memberkahi anda berdua.”
6. Pembacaan Paritta pemberkahan :
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Culla Maṅgala Cakkavāḷa
• So Atthaladdho, Sā Atthaladdhā, Te Atthaladdhā
• Sumaṅgala Gāthā I
7. Pemercikkan air pemberkahan.
8. Dhammadesanā (Khotbah Dhamma) pendek.
9. Namaskāra.

UPACARA KEMATIAN

A. MEMBERSIHKAN JENAZAH
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Paṁsukulā Gāthā
• Mahā Jaya Maṅgala Gāthā
B. MENJELANG DIBERANGKATKAN KE MAKAM / KE KREMATORIUM
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Buddhānussati
• Dhammānussati
• Saṅghānussati
• Saccakiriyā Gāthā
• Pabbatopama Gāthā atau Dhammaniyāma Sutta
• Tilakkhaṇādi Gāthā
• Paṁsukulā Gāthā
  (Dimulai dari: Aniccā vata . . . .)
• Samādhi
Pandita :
  Saudara-saudara seDhamma marilah kita memancarkan pikiran
  cinta kasih kita kepada almarhum/almarhumah: . . . . . . . . yang
  telah mendahului kita.
  Semoga saudara kita almarhum/almarhumah dalam perjalanan
  di alam kehidupan selanjutnya selalu mendapatkan ketenangan
  dan kebahagiaan, hingga akhirnya tercapai Kebebasan Abadi
  (Nibbāna).
  Semoga Sang Tiratana selalu melindunginya.
  Samādhi dimulai
Pandita : (Pada akhir Samādhi)
  Sabbe sattā bhavantu sukhitattā; atau
  Sabbe sattā sadā hontu, averā sukha-jīvino.
• Dhammadesanā (Khotbah Dhamma) pendek
• Ettāvatā

a. Ettāvatā, tiga kali (Devā, bhūtā, sattā)
b. Idaṁ vo . . . . (tiga kali)
c. Ākāsaṭṭhā . . . .
    Ciraṁ rakkhantu: saudara . . . . . . . . (nama almarhum / almarhumah).
d. Ākāsaṭṭhā . . . .
   Ciraṁ rakkhantu: maṁ paraṁ ti.

C. DI MAKAM/DI KREMATORIUM
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Buddhānussati
• Dhammānussati
• Saṅghānussati
• Saccakiriyā Gāthā
• Paṁsukulā Gāthā
  (Dimulai dari: Aniccā vata . . . .)
   Pada waktu membacakan Aniccā vata . . . .
Pandita menabur bunga di atas peti jenazah.
• Sumaṅgala Gāthā II
   Catatan : Bila keadaan memungkinkan, bisa diberikan  khotbah Dhamma singkat.

D. BENTUK NISAN
Di makam, nisan berbentuk sebuah STUPA.

PERINGATAN KEMATIAN
A. PERINGATAN KEMATIAN: 3 HARI, 7 HARI, 49 HARI, 100 HARI, 1
TAHUN, DAN SEBAGAINYA
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Tisaraṇa
• Buddhānussati
• Dhammānussati
• Saṅghānussati
• Saccakiriyā Gāthā
• Karaṇīya Mettā Sutta
• Ariyadhana Gāthā
• Samādhi
Pandita :
    Saudara-saudara seDhamma marilah kita memancarkan pikiran cinta kasih kita pada    almarhum/almarhumah: . . . . . . . . yang telah mendahului kita . . . . . . . . hari/tahun yang lalu.
Semoga saudara kita almarhum/almarhumah dalam perjalanan di alam kehidupan selanjutnya selalu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, hingga akhirnya tercapai Kebebasan Abadi (Nibbāna).
   Semoga Sang Tiratana selalu melindunginya.
   Samādhi dimulai
Pandita : (Pada akhir Samādhi)
   Sabbe sattā bhavantu sukhitattā; atau
   Sabbe sattā sadā hontu, averā sukhajīvino.
• Dhammadesanā (Khotbah Dhamma) pendek
• Ettāvatā
a. Ettāvatā, tiga kali (Devā, bhūtā, sattā)
b. Idaṁ vo . . . . (tiga kali)
c. Ākāsaṭṭhā . . . .
    Ciraṁ rakkhantu: saudara . . . . . . . . (nama almarhum /almarhumah).
d. Ākāsaṭṭhā . . . .
    Ciraṁ rakkhantu: maṁ paraṁ ti.

B. ZIARAH DI MAKAM
• Pubbabhāganamakāra/Vandanā
• Saccakiriyā Gāthā
• Idaṁ vo . . . . (tiga kali)

sumber :
© Yayasan Dhammadīpa Ārāma
http://www.samaggi-phala.or.id

Tidak ada komentar: