Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw
pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3
Jan.2009
di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur, Jawa
Barat, Indonesia
+ keterangan tambahan dari Sayadaw U Sobhita dan
Sayadaw U Ñāṇa
Ramsi
Mettā adalah suatu keadaan mental yang
mengharapkan kedamaian dan kebahagian makhluk lain. Dalam bahasa Indonesia mettā diartikan sebagai cinta kasih. Mettā harus dikembangkan di dalam
pikiran setiap orang. Kebanyakan orang mengatakan mettā adalah pemancaran cinta kasih. Yogi haruslah mempunyai
pikiran yang penuh dengan cinta kasih sebelum dia dapat memancarkan mettā. Mettā ada dua jenis:
1. Mettā dengan
objek yang spesifik (odissa mettā)
2. Mettā dengan objek yang umum (anodissa mettā)
Ketika yogi
ingin mengembangkan spesifik mettā,
yogi harus mengambil/menentukan objeknya berupa seorang atau sekelompok
makhluk. Yang dimaksud dengan sekelompok
makhluk, contohnya keluarga, orang tua, teman-teman, kerabat, dsb. Bisa juga
dikelompokkan berdasarkan wilayah. Misalnya seluruh makhluk di Jakarta atau
bahkan di suatu negara tertentu. Kemudian, kita memusatkan pikiran kita ke
objek tersebut dengan mengucapkan, ”Semoga objek tersebut bahagia, damai, dan
bebas dari penderitaan” secara berulang-ulang. Sebagai contoh, kita mengambil
objek spesifiknya adalah ibu kita. Maka, kita pusatkan pikiran kita kepada ibu
kita dan ucapkan ”Semoga ibu kita
bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan,” secara berulang-ulang.
Beberapa orang
menyatakan bila mengembangkan mettā,
anda harus dapat membayangkan/ memvisualisasikan orang yang dijadikan objek
meditasi anda. Hal itu tidaklah perlu. Hal ini tidak disebutkan di dalam kitab
suci. Kebanyakan orang tidak dapat melihat dewa ataupun brahma. Bila yogi harus
memvisualisasikan dewa/brahma, bagaimana yogi dapat mengembangkan mettā kepada mereka. Jadi, yogi tidak
perlu memvisualisasikan objek meditasi mettā-nya.
Yang perlu dilakukan yogi adalah memusatkan pikirannya pada objek meditasi mettā-nya. Apakah yogi dapat
memvisualisasikan atau tidak, tidak jadi persoalan.
Fokuskan
pikiran ke objek meditasi, lalu katakan, ”Semoga objek meditasi tersebut
bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan. Untuk dapat merasakan cinta kasih
di pikiran anda, dapat dibantu dengan merenungkan sifat-sifat atau kualitas
yang baik dari objek yang anda pilih. Lalu katakan dalam hati, ”Semoga objek
tersebut bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan.” Kemudian, dengan perlahan-lahan anda dapat
merasakan perasaan cinta kasih terhadap objek tersebut.
Kadang kala, saat melakukan meditasi mettā, pikiran berkelana. Bila hal ini
terjadi, anda tarik/ bawa kembali pikiran tersebut ke objek mettā anda. Kemudian, fokuskan kembali
pikiran ke objek mettā anda (misalnya
Ibu anda) dan katakan, ”Semoga Ibu saya bahagia, damai, dan bebas dari
penderitaan.” Dengan cara ini, secara perlahan-lahan anda akan dapat merasakan
cinta kasih yang anda tujukan ke Ibu anda. Anda akan merasa bahagia, pikiran
menjadi damai, tenang, dan murni. Dengan cara yang sama, anda dapat
mengembangkan cinta kasih anda kepada objek spesifik yang lainnya. Sewaktu
melakukan meditasi mettā, bila timbul
rasa sakit, pegal, kaku, dsb., pada bagian anggota tubuh, anda dapat mengubah
posisi duduk dan tetap memfokuskan pikiran anda pada pengembangan meditasi mettā.
Mettā dengan objek umum (semua makhluk) cocok
dilatih saat meditasi jalan dan kegiatan sehari-hari. Ketika anda ingin
melakukan meditasi mettā jenis ini,
anda tidak perlu menspesifikasikan objeknya. Objek anda adalah semua makhluk di
alam semesta ini. Dengan cara yang sama
dengan meditasi mettā yang spesifik,
anda memfokuskan pikiran anda kepada semua makhluk dengan mengatakan, ”Semoga
semua makhluk bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan.” Walaupun meditasi mettā anda difokuskan kepada semua
makhluk, anda mungkin tidak dapat fokus kepada semua makhluk. Hal ini bukanlah
masalah, yang penting adalah anda fokus ke semua makhluk semaksimal mungkin.
Secara perlahan-lahan, anda akan merasakan cinta kasih anda terhadap semua
makhluk. Dengan cara inilah meditasi mettā
berkembang.
Ada tiga cara dalam melakukan meditasi mettā. Berjalan, duduk, dan kegiatan
sehari-hari. Saat melakukan meditasi duduk, cocok dengan mettā yang spesifik. Sedangkan, saat meditasi jalan dan kegiatan
sehari-hari cocok dengan mettā yang
umum. Pada saat berjalan dan melakukan kegiatan sehari-hari, anda tidak perlu
fokus pada gerakan kaki ataupun semua kegiatan yang anda lakukan. Hanya
fokus terhadap semua makhluk agar bahagia, sehat, dan bebas dari penderitaan.
Meditasi mettā
dapat membuat yogi mencapai tingkat konsentrasi yang dalam. Sang Buddha
menjelaskan 11 manfaat dari meditasi mettā
di Aṅgutara Nikāya.
|
|
Oleh karena itu, bila yogi tidak
dapat tidur nyenyak, dianjurkan untuk melakukan mettā sebelum tidur. Ketika yogi berlatih menditasi cinta kasih,
baik itu mettā yang umum maupun
spesifik, pertama-tama yogi harus melakukan mettā
kepada dirinya sendiri dengan mengatakan, ”Semoga saya bahagia, damai, dan
bebas dari penderitaan” berulang-ulang selama kurang lebih 5 menit.
Dalam
visuddhi magga dikatakan, yogi harus
mengembangkan mettā ke dirinya
sendiri terlebih dahulu. Sehingga, dia mempunyai rasa simpati ke makhluk lain
untuk bahagia dan damai. Oleh karena itu, yogi perlu mengembangkan mettā untuk dirinya kurang lebih 5
menit, baru melakukannya kepada orang lain. Visuddhi
magga juga menjelaskan tentang mettā
yang spesifik. Ketika yogi melatih mettā yang
spesifik, yogi harus memilih/menentukan seseorang atau sekelompok orang sebagai
objeknya. Setalah yogi dapat mengembangkan mettā
ke dirinya, dia tidak boleh mengembangkan ke orang yang dicintainya sebagai
objek yang pertama. Hal ini dikarenakan, yogi dapat berpikir tentang
masalah/kesulitan orang yang dicintainya. Bila yogi merasa cemas/khawatir
tentang orang yang dicintainya, dia tidak dapat mengembangkan mettā di pikirannya. Tetapi bila
latihannya telah mahir, pada saat itu yogi dapat mengembangkan ke orang yang
dicintainya dan dapat merasakan cinta kasihnya pada orang tersebut.
Dengan
cara yang sama, yogi tidak boleh mengambil orang yang netral sebagai objek
pertamanya. Orang yang netral di sini maksudnya, yogi tidak mencintai ataupun
membencinya, hanya sekedar kenal. Dikarenakan
hal ini, yogi akan kesulitan untuk merasakan cinta kasihnya kepada objek
tersebut. Sehingga, tidak boleh digunakan sebagai objek pertama. Yogi juga
tidak boleh melakukan meditasi mettā
dengan memilih musuh sebagai objek spesifik yang pertamanya. Yogi tidak akan
dapat merasakan mettā-nya, sebaliknya
yang berkembang adalah kebenciannya, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
yang dilakukan objek tersebut. Oleh karena itu, musuh tidak boleh dijadikan
objek spesifik mettā yang pertama.
Tetapi, saat yogi telah mahir dalam meditasi mettā, dia dapat mengembangkan cinta kasihnya kepada objek
tersebut.
Dalam visuddhi magga juga dikatakan, lawan jenis tidak dianjurkan untuk
dijadikan objek spesifik mettā (pria
>< wanita). Jika yogi mengembangkan mettā-nya
ke lawan jenis, dia mungkin mendapatkan keadaan mental yang tidak diinginkan,
seperti nafsu birahi. Oleh karena itu, lawan jenis tidak dibolehkan untuk
dijadikan objek spesifik mettā. Di visuddhi magga diceritakan sebuah kisah
dari Sri Lanka.
Pada jaman dahulu kala sekitar abad 8 atau 9, di Sri Lanka, ada seorang
kepala keluarga yang ingin berlatih meditasi mettā. Dia bertanya kepada seorang bhikkhu yang sedang ber-pindapāta (mengumpulkan dana makanan).
”Bhikkhu saya ingin berlatih meditasi mettā,
siapa yang harus saya gunakan sebagai objek?” Bhikkhu tersebut mengatakan untuk
mengembangkan mettā pada orang yang
paling dicintainya. Malam harinya, saat dia ingin berlatih meditasi mettā dia mencari orang yang paling
dicintainya dan mendapatkan isterinya sebagai orang yang paling dicintainya.
Kemudian, dia mengembangkan cinta kasihnya kepada isterinya dengan megucapkan
”Semoga ia bahagia, damai, dan bebas dari pernderitaan” secara berulang-ulang.
Untuk merasakan cinta kasihnya, dia merenungkan sifat-sifat baik isterinya.
Saat itu, perlahan-lahan, dipikirannya timbul keadaan mental yang tidak dia
inginkan (nafsu birahi). Lalu, ia pergi ke kamar isterinya, tapi pintunya
terkunci. Akhirnya, ia menjebol tembok kamar isterinya. Dikarenakan mengambil
objek yang salah (yang dicintai dan merupakan lawan jenis), timbullah hal yang
tidak diinginkan. Oleh karena itu, objek yang dicintai dan merupakan lawan
jenis, tidak boleh dijadikan objek meditasi.
Dalam visuddhi magga juga disebutkan tentang objek lain yang tidak dianjurkan,
yaitu orang yang telah meninggal. Hal ini dikarenakan, bila yogi menggunakan
orang yang telah meninggal sebagai objek meditasinya, konsentrasinya tidak
dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu, objek ini jangan digunakan
sebagai objek spesifik mettā. Ketika
seseorang meninggal, kita tidak tahu dia akan lahir di mana, mungkin di alam
manusia, dewa, brahma, atau alam yang lainnya. Sehingga, sulit untuk
mengembangkan mettā kepadanya. Tetapi
walaupun kita tidak tahu dia terlahir di mana di dalam 31 alam kehidupan, saat
kita mengembangkan mettā yang umum,
”Semoga semua makhluk hidup bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan.” Orang
yang telah meninggal tersebut termasuk dalam mettā yang umum ini.
Dalam
visuddhi magga dinyatakan objek
spesifik mettā yang baik yaitu orang
yang baik dalam moralitas (sīla),
konsentrasi (samādhi), dan
kebijaksanaan (paññā). Misalnya,
guru, orang tua, orang yang memberikan sīla,
dan orang yang baik pada umumnya. Jadi, saat berlatih mettā, baik yang spesifik maupun yang umum, pertama-tama kembangkan
mettā ke diri sendiri sekitar 5
menit. Diri kita dijadikan contoh
agar dapat merasakan simpati kepada semua makhluk. Lalu, ambil objek spesifik mettā (guru/orang tua) dan katakan
”Semoga ia bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan.” Jika yogi tidak dapat
merasakan cinta kasihnya pada objek yang digunakannya, yogi harus merenungkan
sifat atau kualitas baik dari si objek. Kemudian, katakan lagi ”Semoga ia
bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan.” Secara perlahan-lahan yogi akan
merasakan cinta kasihnya berkembang, mungkin yogi akan merasakan pikirannya
damai, tenang, dan murni. Keadaan ini sangat bermanfaat bagi yogi. Bila hal ini
tidak terjadi, maka yogi harus mengganti objek mettā-nya dengan objek spesifik yang lainnya.
Pengembangkan mettā yang umum dapat dilakukan dengan cara yang sama. Pertama-tama, kembangkanlah mettā kepada diri sendiri sekitar 5
menit, lalu kembangkan ke semua makhluk dengan mengatakan, ”Semoga semua
makhluk bahagia, damai, dan bebas dari penderitaan.”
Sayadaw berharap semua yogi dapat berlatih
meditasi mettā dengan benar pada saat
berlatih meditasi duduk, jalan, dan kegiatan sehari-hari. Dengan cara ini, anda
dapat mengembangkan mettā dengan
mahir. Semoga semuanya mengerti dengan benar bagaimana cara mengembangkan
meditasi mettā dan vipassanā, dan mencapai berhentinya
penderitaan, nibbana.
Sadhu...sadhu...sadhu.
Metta untuk semua makhluk,
U Sikkhānanda (Andi Kusnadi)
P.S.
P.S.
Chanmyay Sayadaw biasa memulai retret meditasi vipassanā dengan menginstruksikan yoginya untuk melakukan meditasi mettā selama 2-3 hari. Selain itu beliau
juga menganjurkan yogi untuk melakukan meditasi mettā terlebih dahulu sekitar 15 menit sebelum setiap melakukan
meditasi duduk vipassanā.
Untuk memudahkan pembaca, tulisan di atas tidak diterjemahkan sama persis
dengan kata-kata yang diucapkan oleh Chanmyay Sayadaw. Walaupun begitu, penulis
menjamin tidak ada isi ceramah yang disimpangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar