0leh: HH.Dalai Lama
XIV
Praktik
berlindung kepada Triratna merupakan praktik mendasar dalam Buddhisme, namun
sangat disayangkan banyak orang yang meremehkan praktik yang sangat penting
ini. Dalam artikel ini, HH.Dalai Lama menjelaskan betapa pentingnya praktik
berlindung ini.Naskah ini adalah ringkasan ceramah Dharma yang diberikan oleh His
Holiness di New Delhi pada awal tahun 1960.
Dari
sudut pandang Buddhisme, batin dari orang biasa [bersifat] lemah dan mengalami
penyimpangan karena kekuatan delusi dan hambatan emosioanal yang ada di dalam
diri orang yang bersangkutan.
Karena
kelemahan dan penyimpangan ini, ia tidak dapat melihat sesuatu sebagaimana
adanya ; apa yang ia lihat adalah suatu pandangan yang terpelintir dan
didefinisikan oleh ‘penyakit mental’ dan prasangkanya sendiri.
Tujuan
dari Buddhisme sebagai sebuah agama adalah untuk menghilangkan elemen-elemen
penggangu tersebut dari batin sehingga memudahkan kita [mempunyai] persepsi
yang benar (valid).
Sebelum
elemen-elemen penghambat tersebut dapat dihilangkan,persepsi seseorang akan
selalu ternodai, tetapi sekali delusi tersebut dapat dhilangkan sampai ke
akar-akarnya, seseorang akan memasuki keadaan di mana [ia] akan selalu melihat
realitas sebagaimana adanya. Kemudian, karena batin berada dalam kebijaksanaan
dan kebebasan sempurna, tubuh dan ucapan secara otomatis berubah menjadi lebih
baik. Hal ini menguntungkan baik bagi diri sendiri maupun makhluk lain dalam
kehidupan saat ini dan juga kehidupan mendatang. Karena itu dikatakan bahwa
Buddhisme bukanlah suatu ‘jalan kepercayaan’ tetapi ‘jalan yang beralasan dan
berpengetahuan’.
Kami
orang Tibet beruntung karena lahir dalam masyarakat yang mana pengetahuan
spritual tersedia dan sangat dihargai.
Bagaimanapun,
terlahir dalam kondisi demikian mungkin[menyebabkan] kadang-kadang kita
menganggap [pengetahuan/ajaran] tersebut benar. [Padahal] Buddha sendiri
mengatakan, “Uji kata-kataku seperti seorang ahli emas membeli emas dan hanya
dengan cara demikian menerima [ajaran tersebut].”
Buddha
mengajar selama waktu yang lama dan kepada orang-orang dari semua latar
belakang dan tingkatan intelegensi. Konsekuensinya, setiap ajaran beliau haruslah
dipertimbangkan artinya dengan seksama dan dievaluasi untuk menentukan apakan
[ajaran tersebut] benar secara harafiah atau hanya perlambangan (kiasan) saja.
Banyak ajaran yang diberikan dalam keadaan tertentu atau kepada makhluk dengan
pemahaman terbatas. Menerima suatu doktrin atau aspek dari doktrin tanpa
terlebih dahulu menelitinya dengan seksama secara analitis adalah seperti membangun
sebuah puri / istana di atas es. Praktik kita akan selalu tidak stabil dan akan
kekurangan dasar yang kokoh dan dalam.
Apakah
arti mengatakan “mempraktikkan Dharma”?
Dharma didefinisikan
sebagai “sesuatu yang mengendalikan”, yaitu suatu tradisi spritual yang
mengendalikan atau membimbing seseorang agar terhindar dari penderitaan.
Buddhisme menyatakan bahwa meskipun saat ini batin kita dikuasai oleh delusi
dan distorsi (hambatan),pada dasarnya ada aspek dari batin yang sifatnya murni
dan tak ternodai, dan dengan meningkatkan kemurnian/ kesucian ini dan menghilangkan
hambatan mental, kita akan terhindar dari penderitaan dan pengalaman yang tidak
memuaskan. Buddha mengajarkan potensi kesucian ini sebagai paham mendasar dari ajarannya,
dan Dharmakirti, seorang ahli logika dari India yang muncul 1 abad kemudian,
membuktikan kebenarannnya secara logika.
Ketika
bibit pencerahan ini telah cukup diolah / ditngkatkan, kita akan mendapatkan pengalaman
nirvana, bebas dari semua penderitaan samsara.
Seperti
konsep bibit pencerahan, Dharmakirti membuktikan kebenaran semua spektrum paham
Buddhisme secara logika, termasuk hukum karma, konsep
kelahiran
kembali, kemungkinan untuk memperoleh pembebasan dan kemahatahuan, dan sifat
dari tiga permata perlindungan : Buddha, Dharma, dan Sangha.
Sebagai
mode praktik yang aktual, suatu hal yang keliru untuk mempraktikkan ajaran
tanpa pemahaman secara logika terhadap doktrin tersebut. Sang praktisi
seharusnya mengetahui dengan pasti apa yang ia lakukan dan mengapa
[ia
melakukan hal tersebut]. Karena bagi kita-kita yang menjadi bhikshu atau
bhikshuni mendedikasikan seluruh hidup kita untuk mempraktikkan Dharma, kita
seharusnya berhati-hati untuk mempraktikkannya dengan sangat teliti.
Sangha
sangat penting peranannya untuk kestabilan ajaran,jadi kita seharuslah
melakukan yang terbaik untuk menyamai Buddha sendiri. Siapapun yang akan
mengambil pentahbisan (menjadi bhikshu) seharusnya pertama-tama memikirkannya
dengan seksama; tidak ada gunanya menjadi bhikshu jika kita hanya menjadi
bhikshu dengan kualitas rendah. Sangha mempunyai tanggung jawab mewujudkan
sila. Jika seseorang ingin menjalani hidup yang biasa-biasa saja, lebih baik
untuk meninggalkan kehidupan ke-bhikshu-an untuk peningkatan spritual yang lebih
tinggi dan cukup mempraktikan [Dharma] sebagai orang biasa saja semampu kita.
Semua
agama di dunia serupa dalam hal mereka menyediakan metode untuk meningkatkan
aspek batin yang bermanfaat dan menghilangkan aspek batin yang negatif.
Buddhisme secara khusus adalah agama yang ‘enak’, karena berkembang di India di
mana negara tersebut saat itu telah berada dalam posisi tinggi secara spiritual
dan filosofi. Buddhisme menghadirkan sebuah rangkaian ide spritual yang lengkap
dan pendekatan rasional terhadap metode pengembangan spritual, Hal ini secara
khusus penting dalam era modern sekarang ini, ketika batin yang rasional begitu
diyakini. Karena segi rasionalisme ini Buddhisme hanya menemukan sedikit
kesulitan ketika berhadapan dengan dunia modern. Sesungguhnya, banyak penemuan
ilmu pengetahuan modern seperti fisika nuklir, yang dipandang sebagai penemuan
baru, telah lama didiskusikan dalam berbagai kitab suci Buddhis.
Karena nasihat
terakhir Buddha kepada para siswanya adalah mereka seharusnya tidak menerima
apapun atas dasar keyakinan tetapi haruslah melalui penyelidikan rasional.
Karena
itu dunia Buddhisme selalu menjaga agar semangat untuk menyelidiki/ meneliti
tetap hidup dan berkembang dalam lingkungan Buddhisme. Hal ini tidak seperti
banyak kepercayaan di dunia, yang hanya meletakkan kepercayaan semata atas
suatu kebenaran dan karena itu mereka tidak diperkenankan melakukan
penyelidikan apapun yang nampaknya akan mengancam deskripsi realitas mereka yang
terbatas tersebut.
Apakah
seseorang disebut Buddhis atau tidak ditentukan oleh apakah ia telah mengambil
perlindungan kepada Triratna dengan murni atau tidak, dari hatinya yang paling dalam.
Hanya mengucapkan doa-doa Buddhis, ‘bermain ‘tasbih, dan berpradaksina
(mengelilingi stupa atau vihara atau candi) tidak menjadikan seseorang sebagai
seorang Buddhis. Bahkan seekor monyetpun dapat dilatih untuk melakukan
hal-hal tersebut. Dharma adalah masalah batin dan jiwa, bukan aktivitas
eksternal (luar). Karena itu untuk menjadi seorang Buddhis seseorang harus
mengerti dengan tepat apakah Tiga Permata – Buddha, Dharma, dan Sangha–
tersebut, dan bagaimana mereka berkaitan dengan kehidupan spritual kita.
Ada
Buddha penyebab perlindungan (yang mengajarkan kita perlindungan), semua Buddha
di masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, yang paling relevan bagi kita
adalah Buddha Sakyamuni, dan ada hasil perlindungan Buddha, atau berlindung
kepada potensi untuk pencerahan yang kita miliki sendiri, kepada Buddha
yang kelak kita akan menjadi. Sedangkan untuk Dharma, ada Dharma yang diajarkan
[seperti yang tertulis] dalam kitab suci, dan ada juga realisasi tentang apa
yang diajarkan, yang ditemukan dalam batin orang-orang yang telah
menerima transmisi. Yang terakhir adalah berlindung kepada Sangha, baik bhikshu
biasa, yang melambangkan Sangha, maupun Arya Sangha- makhluk yang telah mendapatkan
pengalaman meditasi tentang kebenaran mutlak.
Karena
itu dikatakan bahwa Buddha adalah Guru,Dharma adalah jalan, dan Sangha adalah
pendamping spritual yang sangat membantu.
Dari
ketiga hal ini, yang paling penting bagi kita sebagai individu adalah Dharma,
karena pada akhirnya yang dapat menolong kita adalah diri kita sendiri. Tidak
ada orang yang mampu mendapatkan pencerahan bagi kita atau memberikan
pencerahan kepada kita. Pencerahan datang hanya kepada mereka yang
mempraktikkan Dharma dengan baik, kepada mereka yang mengambil (mempelajari)
Dharma dan menerapkannya untuk meningkatkan [kualitas] kesinambungan mental
mereka.
Karena
itu, dari tiga permata, Dharma lah pelindung yang paling utama. Dengan
mendengarkan, merenungkan, dan memeditasikan Dharma, hidup kita menjadi satu
dengan Dharma, dan pencerahan akan dapat tercapai dengan segera.
Semua
Guru Agung Kadampa pada masa lampau menekankan bahwa berlindung haruslah
dipraktikkan dalam konteks suatu kepedulian yang besar tentang hukum sebab dan
akibat ; hal ini membutuhkan suatu kepatuhan kepada hukum karma sebagai
pendukung.
Buddha
mengatakan,
“Kita
adalah pelindung dan juga musuh bagi diri kita sendiri.”
Buddha
tidak dapat melindungi diri kita, hanya ketaatan kita terhadap hukum karma yang
dapat [melindungi diri kita].
Batin
dari orang biasa tidak disiplin dan tidak terkontrol.
Agar
dapat melakukan praktik Buddhis yang lebih tinggi,seperti mengembangkan samadhi
atau pandangan terhadap kesunyataan, atau ikut serta dalam metode yoga dari berbagai
sistem tantrik, pertama-tama kita harus membangkitkan batin yang disiplin.
Dengan perlindungan dan disiplin diri sebagai basis kita dapat dengan mudah mendapatkan
pengalaman yang selalu meningkat dalam praktik Dharma yang lebih tinggi. Tanpa
fondasi disiplin,praktik yang lebih tinggi tidak akan membawa hasil. Setiap orang
ingin mempraktikkan teknik yang lebih tinggi, tetapi pertama-tama
kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah kita telah menguasai praktik
prasyarat yang lebih rendah seperti disiplin.
Tujuan
dari berlindung adalah untuk mentransformasikan orang biasa menjadi Buddha.
Ketika tujuan ini tercapai, tujuan dari perlindungan telah terpenuhi.
Saat
batin kita telah menjadi Buddha, [maka] ucapan kita menjadi Dharma, tubuh kita
menjadi Sangha. Walaupun demikian, pencapaian dari tingkatan yang mulia ini bergantung
pada praktik Dharma kita sendiri. Menyuruh orang lain melakukan praktik dan
berharap manfaat spiritual yang didapat orang tersebut menjadi milik kita
adalah suatu mimpi yang mustahil. Untuk memurnikan batin kita dari karma buruk
dan persepsi yang salah dan meningkatkan kualitas pencerahan dalam batin kita,
kita sendiri yang harus melakukan praktik dan mengalami tingkatan-tingkatan spritual.
Ke 108
jilid kata-kata Buddha yang diterjemahkan ke dalam bahasa Tibet Kangyur alias
Tripitaka Tibetan mempunyai satu tema penting: memurnikan batin dan membangkitkan
kualitas dalam batin tersebut. Tidak satu pun disebutkan [dalam kitab-kitab
tersebut] bahwa ada orang lain yang dapat melakukan hal ini untuk diri
kita.Karena itu dalam hal ini para Buddha nampaknya terbatas kemampuannya-
mereka hanya dapat membebaskan kita dengan cara menginspirasikan kita untuk
mempraktikkan ajaran mereka. Banyak Buddha telah datang [ke dunia] sebelumnya
tetapi kita tetap masih berada dalam samsara.
Hal ini
bukan karena para Buddha tersebut kekurangan welas asih tetapi karena kita
tidak mampu untuk mempraktikkan ajaran mereka. Kemajuan individual pada jalan
spritual bergantung pada usaha dari masing-masing individu tersebut.
Proses
pembangkitan sendiri mempunyai banyak tingkatan.
Meskipun
demikian, untuk para pemula, menghindari 10 jalan [karma] negatif dan
melaksanakan 10 jalan [karma] bajik (yang merupakan lawan dari 10 jalan [karma]
negatif), adalah kebutuhan yang pertama. [Lihat buku ceramah Dagpo Rinpoche
tentang Karma]. Tiga dari jalan [karma] tersebut berkaitan dengan tindakan
fisik, [yaitu membunuh,mencuri, dan berbuat asusila]. Daripada membunuh kita seharusnya
menghargai dan menyayangi kehidupan ; daripada mencuri kita sebaiknya dengan
rela memberikan apa yang dapat kita berikan untuk membantuk makhluk lain ;
daripada mengambil istri orang lain , kita seharusnya menghormati
perasaan orang lain. Empat hal lain berkaitan dengan ucapan : Daripada
berbohong kita seharusnya selalu mengucapkan kebenaran ; daripada menyebabkan ketidakharmonisan
di antara orang lain dengan memfitnah mereka kita seharusnya menganjurkan
kebajikan dengan berbicara mengenai kualitas baik mereka. Ucapan yang kasar dan
menyakitkan terhadap orang lain seharusnya diganti
dengan kata-kata yang lembut, sopan, dan penuh kasih; percakapan yang tak
berarti seharusnya dihindari dan diganti dengan aktivitas yang bermanfaat.
Akhirnya,
tiga hal berkaitan dengan batin: kemelekatan [harus] diatasi dan
ketidakmelekatan dibangkitkan; niat jahat kepada orang lain harus diganti
dengan perasaan cinta kasih dan welas asih ; pandangan keliru dihilangkan dan
sikap realistis dibangkitkan.
Kesepuluh
disiplin sebaiknya dipatuhi oleh setiap umat Buddha. Tidak melakukan hal-hal
ini ketika melakukan praktik metode tantrik yang lebih tinggi adalah [sikap] membodohi
diri sendiri. Kesepuluh hal ini adalah praktik yang sederhana, kesemuanya dapat
ditaati oleh setiap orang, meskipun demikian mereka adalah langkah pertama bagi
setiap orang yang ingin melakukan praktik yoga yang penuh
kekuatan yang menghasilkan pencerahan dalam satu kali kehidupan. Ketika kita
mengambil perlindungan dan menjadi Buddha kita harus menghormati keluarga para Buddha.
Melakukan salah satu dari kesepuluh jalan [karma] negatif setelah mengambil
perlindungan adalah sikap yang menghina Buddhisme.
Tidak
ada yang menyuruh anda untuk menjadi umat Buddha. Jika anda seorang Buddhis, ini
adalah hasil dari pilihan anda sendiri. Karena itu anda seharusnya mengubah
sifat anda agar memenuhi syarat.
Kualifikasi/
syarat minimal adalah menghindari 10 jalan [karma] negatif dan membangkitkan 10
hal yang berlawanan dengannya. (melakukan 10 jalan [karma] positif). Memang, tidak
ada manusia yang sempurna ; tetapi jika kita ingin menyebut
diri kita seorang Buddhis, kita harus melakukan suatu usaha.
Ketika
kita melihat sesuatu yang menyebabkan kemelekatan atau kemarahan timbul dalam
diri kita setidaknya kita berusaha untuk melakukan suatu usaha
agar
kita tidak dikuasai oleh keadaan batin yang terdistorsi (terganggu) ini tetapi
sebaliknya kita mempertahankan sikap yang bebas dan penuh cinta kasih.
Esensi
dari [mempraktikkan] Dharma adalah peningkatan kualitas batin, karena semua
karma positif dan negatif yang dikumpulkan oleh tubuh, ucapan berasal dari dan dipengaruhi
oleh batin. Jika kita tidak dapat membangkitkan suatu kepedulian akan proses
mental kita dan kemampuan untuk memotong arus pikiran negatif ketika mereka
timbul, bermeditasi selama 20 tahun dalam sebuah gua hanya bernilai
kecil. Sebelum mencari gua, kita seharusnya mencari kualitas baik dalam batin
kita dan membangkitkan kemampuan untuk hidup sesuai dengan Dharma. Hanya dengan
demikian penyepian kita dalam gua meditasi yang terpencil akan membawa hasil
yang lebih baik, bukannya seperti seekor beruang yang sedang berhibernasi.
(Seekor beruang akan menyepi alias tidur selama musim dingin).
Orang-orang
yang berbicara mengenai retret tantric sedangkan 10 fondasi dharma masih jauh
dari diri mereka hanya akan menghasilkan kumpulan lelucon tentang diri mereka
sendiri saja.Sebagai seorang manusia, kita dapat mencapai pencerahan dalam
satu kali kehidupan. Tetapi, hidup itu singkat dan banyak dari waktu hidup kita
telah berlalu. Kita seharusnya menanyakan kepada diri kita sendiri berapa
banyak kemajuan spritual yang telah kita perbuat. Kematian dapat datang pada
diri kita setiap saat dan ketika hal ini terjadi, kita harus meninggalkan semua
hal kecuali jejak mental (jejak Karma) dari perbuatan-perbuatan semasa kita
hidup.
Jika
telah mempraktikkan Dharma selama hidup kita, telah mencoba untuk hidup sesuai
dengan Dharma, atau telah mendapatkan realisasi Dharma, energi ini akan ada
dalam diri kita.Sebaliknya, jika hidup kita telah dihabiskan untuk hal-hal negatif,
kesadaran yang berjalan ke dunia mendatang akan terbenam dalam pikiran negatif
dan dibayang-bayangi oleh memori dari jalan samsara kita. Sekarang, sewaktu
kita mempunyai kemampuan untuk mempraktikkan Dharma, kita seharusnya
melakukannya dengan sungguh-sungguh dan dengan murni.
Praktik
Dharma membawa kebahagiaan dan keharmonisan baik bagi diri kita maupun bagi
para makhluk di sekeliling kita, bahkan dalam kehidupan sekarang.
Jika
kita tidak dapat mencapai pencerahan dalam kehidupan sekarang, hal ini akan
memberikan kita permata pemenuh harapan yang dapat kita bawa pada kehidupan kita
selanjutnya untuk menolong kita di jalan spiritual.
Pada
akhirnya, masa depan kita berada dalam tangan kita.Kebanyakan orang membuat
rencana fantastis untuk minggu depan, untuk bulan depan, dan untuk tahun depan,
tetapi apa yang terpenting adalah mempraktikkan Dharma saat ini. Ketika ini
semua telah dilaksanakan, semua rencana kita akan terpenuhi.
Ketika
kita melakukan aktivitas kebajikan hari ini, hukum kemunculan yang bergantungan
(Pali: Paticca Samupada] memastikan bahwa arus perubahan positif akan segera
terjadi.
Ini
adalah kemuliaan sebagai manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk secara
dinamis mempengaruhi keadaan kehidupan mendatangnya sendiri dengan menerapkan kebijaksanaan
yang dapat membeda-bedakan untuk setiap aktivitas tubuh, ucapan, dan batin.
Menggunakan dan membangkitkan kebijaksanaan yang dapat membedabedakan ini
adalah mengekstrak esensi mendasar dari kehidupan manusia.
Dedikasi
:
Semoga
tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi mereka
yang
membacanya, untuk mau mempraktikkan Dharma
agung
dari Buddha Sakyamuni ini, khususnya mempraktikan
perlindungan
kepada Triratna dengan sungguh-sungguh.
Semoga
dengan kebajikan yang diperoleh dari menyusun,
membaca,
dan menyebarluaskan tulisan ini dapat
membawa
kita terhindar dari kelahiran di tiga alam rendah
dan
menyebabkan kita dapat segera mencapai pencerahan
sempurna
demi kebahagiaan semua makhluk.
Sumber :
www.fpmt.org.
Diterjemahkan
dari bahasa Tibet ke bahasa Inggris oleh:
Losang
Chopel dan Glenn H Mullin. Diambil dari
“Pengajaran
di Tushita”, diedit oleh Nicholas
Ribush
degan Glenn H Mullin, Mahayana
Publications,
New Delhi, 1981.
Diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia oleh:
`Tim
Penerjemah Kadam Choe Ling Bandung,
Agustus
2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar