Rabu, 05 September 2012

MENCARI PERLINDUNGAN SEJATI.




0leh: HH.Dalai Lama XIV


Praktik berlindung kepada Triratna merupakan praktik mendasar dalam Buddhisme, namun sangat disayangkan banyak orang yang meremehkan praktik yang sangat penting ini. Dalam artikel ini, HH.Dalai Lama menjelaskan betapa pentingnya praktik berlindung ini.Naskah ini adalah ringkasan ceramah Dharma yang diberikan oleh His Holiness di New Delhi pada awal tahun 1960.

Dari sudut pandang Buddhisme, batin dari orang biasa [bersifat] lemah dan mengalami penyimpangan karena kekuatan delusi dan hambatan emosioanal yang ada di dalam diri orang yang bersangkutan.

Karena kelemahan dan penyimpangan ini, ia tidak dapat melihat sesuatu sebagaimana adanya ; apa yang ia lihat adalah suatu pandangan yang terpelintir dan didefinisikan oleh ‘penyakit mental’ dan prasangkanya sendiri.

Tujuan dari Buddhisme sebagai sebuah agama adalah untuk menghilangkan elemen-elemen penggangu tersebut dari batin sehingga memudahkan kita [mempunyai] persepsi yang benar (valid).

Sebelum elemen-elemen penghambat tersebut dapat dihilangkan,persepsi seseorang akan selalu ternodai, tetapi sekali delusi tersebut dapat dhilangkan sampai ke akar-akarnya, seseorang akan memasuki keadaan di mana [ia] akan selalu melihat realitas sebagaimana adanya. Kemudian, karena batin berada dalam kebijaksanaan dan kebebasan sempurna, tubuh dan ucapan secara otomatis berubah menjadi lebih baik. Hal ini menguntungkan baik bagi diri sendiri maupun makhluk lain dalam kehidupan saat ini dan juga kehidupan mendatang. Karena itu dikatakan bahwa Buddhisme bukanlah suatu ‘jalan kepercayaan’ tetapi ‘jalan yang beralasan dan berpengetahuan’.

Kami orang Tibet beruntung karena lahir dalam masyarakat yang mana pengetahuan spritual tersedia dan sangat dihargai.
Bagaimanapun, terlahir dalam kondisi demikian mungkin[menyebabkan] kadang-kadang kita menganggap [pengetahuan/ajaran] tersebut benar. [Padahal] Buddha sendiri mengatakan, “Uji kata-kataku seperti seorang ahli emas membeli emas dan hanya dengan cara demikian menerima [ajaran tersebut].”

Buddha mengajar selama waktu yang lama dan kepada orang-orang dari semua latar belakang dan tingkatan intelegensi. Konsekuensinya, setiap ajaran beliau haruslah dipertimbangkan artinya dengan seksama dan dievaluasi untuk menentukan apakan [ajaran tersebut] benar secara harafiah atau hanya perlambangan (kiasan) saja. Banyak ajaran yang diberikan dalam keadaan tertentu atau kepada makhluk dengan pemahaman terbatas. Menerima suatu doktrin atau aspek dari doktrin tanpa terlebih dahulu menelitinya dengan seksama secara analitis adalah seperti membangun sebuah puri / istana di atas es. Praktik kita akan selalu tidak stabil dan akan kekurangan dasar yang kokoh dan dalam.

Apakah arti mengatakan “mempraktikkan Dharma”?
Dharma didefinisikan sebagai “sesuatu yang mengendalikan”, yaitu suatu tradisi spritual yang mengendalikan atau membimbing seseorang agar terhindar dari penderitaan. Buddhisme menyatakan bahwa meskipun saat ini batin kita dikuasai oleh delusi dan distorsi (hambatan),pada dasarnya ada aspek dari batin yang sifatnya murni dan tak ternodai, dan dengan meningkatkan kemurnian/ kesucian ini dan menghilangkan hambatan mental, kita akan terhindar dari penderitaan dan pengalaman yang tidak memuaskan. Buddha mengajarkan potensi kesucian ini sebagai paham mendasar dari ajarannya, dan Dharmakirti, seorang ahli logika dari India yang muncul 1 abad kemudian, membuktikan kebenarannnya secara logika.

Ketika bibit pencerahan ini telah cukup diolah / ditngkatkan, kita akan mendapatkan pengalaman nirvana, bebas dari semua penderitaan samsara.
Seperti konsep bibit pencerahan, Dharmakirti membuktikan kebenaran semua spektrum paham Buddhisme secara logika, termasuk hukum karma, konsep
kelahiran kembali, kemungkinan untuk memperoleh pembebasan dan kemahatahuan, dan sifat dari tiga permata perlindungan : Buddha, Dharma, dan Sangha.

Sebagai mode praktik yang aktual, suatu hal yang keliru untuk mempraktikkan ajaran tanpa pemahaman secara logika terhadap doktrin tersebut. Sang praktisi seharusnya mengetahui dengan pasti apa yang ia lakukan dan mengapa
[ia melakukan hal tersebut]. Karena bagi kita-kita yang menjadi bhikshu atau bhikshuni mendedikasikan seluruh hidup kita untuk mempraktikkan Dharma, kita seharusnya berhati-hati untuk mempraktikkannya dengan sangat teliti.

Sangha sangat penting peranannya untuk kestabilan ajaran,jadi kita seharuslah melakukan yang terbaik untuk menyamai Buddha sendiri. Siapapun yang akan mengambil pentahbisan (menjadi bhikshu) seharusnya pertama-tama memikirkannya dengan seksama; tidak ada gunanya menjadi bhikshu jika kita hanya menjadi bhikshu dengan kualitas rendah. Sangha mempunyai tanggung jawab mewujudkan sila. Jika seseorang ingin menjalani hidup yang biasa-biasa saja, lebih baik untuk meninggalkan kehidupan ke-bhikshu-an untuk peningkatan spritual yang lebih tinggi dan cukup mempraktikan [Dharma] sebagai orang biasa saja semampu kita.

Semua agama di dunia serupa dalam hal mereka menyediakan metode untuk meningkatkan aspek batin yang bermanfaat dan menghilangkan aspek batin yang negatif. Buddhisme secara khusus adalah agama yang ‘enak’, karena berkembang di India di mana negara tersebut saat itu telah berada dalam posisi tinggi secara spiritual dan filosofi. Buddhisme menghadirkan sebuah rangkaian ide spritual yang lengkap dan pendekatan rasional terhadap metode pengembangan spritual, Hal ini secara khusus penting dalam era modern sekarang ini, ketika batin yang rasional begitu diyakini. Karena segi rasionalisme ini Buddhisme hanya menemukan sedikit kesulitan ketika berhadapan dengan dunia modern. Sesungguhnya, banyak penemuan ilmu pengetahuan modern seperti fisika nuklir, yang dipandang sebagai penemuan baru, telah lama didiskusikan dalam berbagai kitab suci Buddhis.
Karena nasihat terakhir Buddha kepada para siswanya adalah mereka seharusnya tidak menerima apapun atas dasar keyakinan tetapi haruslah melalui penyelidikan rasional.

Karena itu dunia Buddhisme selalu menjaga agar semangat untuk menyelidiki/ meneliti tetap hidup dan berkembang dalam lingkungan Buddhisme. Hal ini tidak seperti banyak kepercayaan di dunia, yang hanya meletakkan kepercayaan semata atas suatu kebenaran dan karena itu mereka tidak diperkenankan melakukan penyelidikan apapun yang nampaknya akan mengancam deskripsi realitas mereka yang terbatas tersebut.

Apakah seseorang disebut Buddhis atau tidak ditentukan oleh apakah ia telah mengambil perlindungan kepada Triratna dengan murni atau tidak, dari hatinya yang paling dalam. Hanya mengucapkan doa-doa Buddhis, ‘bermain ‘tasbih, dan berpradaksina (mengelilingi stupa atau vihara atau candi) tidak menjadikan seseorang sebagai seorang Buddhis. Bahkan seekor monyetpun dapat dilatih untuk melakukan hal-hal tersebut. Dharma adalah masalah batin dan jiwa, bukan aktivitas eksternal (luar). Karena itu untuk menjadi seorang Buddhis seseorang harus mengerti dengan tepat apakah Tiga Permata – Buddha, Dharma, dan Sangha– tersebut, dan bagaimana mereka berkaitan dengan kehidupan spritual kita.

Ada Buddha penyebab perlindungan (yang mengajarkan kita perlindungan), semua Buddha di masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, yang paling relevan bagi kita adalah Buddha Sakyamuni, dan ada hasil perlindungan Buddha, atau berlindung kepada potensi untuk pencerahan yang kita miliki sendiri, kepada Buddha yang kelak kita akan menjadi. Sedangkan untuk Dharma, ada Dharma yang diajarkan [seperti yang tertulis] dalam kitab suci, dan ada juga realisasi tentang apa yang diajarkan, yang ditemukan dalam batin orang-orang yang telah menerima transmisi. Yang terakhir adalah berlindung kepada Sangha, baik bhikshu biasa, yang melambangkan Sangha, maupun Arya Sangha- makhluk yang telah mendapatkan pengalaman meditasi tentang kebenaran mutlak.

Karena itu dikatakan bahwa Buddha adalah Guru,Dharma adalah jalan, dan Sangha adalah pendamping spritual yang sangat membantu.
Dari ketiga hal ini, yang paling penting bagi kita sebagai individu adalah Dharma, karena pada akhirnya yang dapat menolong kita adalah diri kita sendiri. Tidak ada orang yang mampu mendapatkan pencerahan bagi kita atau memberikan pencerahan kepada kita. Pencerahan datang hanya kepada mereka yang mempraktikkan Dharma dengan baik, kepada mereka yang mengambil (mempelajari) Dharma dan menerapkannya untuk meningkatkan [kualitas] kesinambungan mental mereka.

Karena itu, dari tiga permata, Dharma lah pelindung yang paling utama. Dengan mendengarkan, merenungkan, dan memeditasikan Dharma, hidup kita menjadi satu dengan Dharma, dan pencerahan akan dapat tercapai dengan segera.
Semua Guru Agung Kadampa pada masa lampau menekankan bahwa berlindung haruslah dipraktikkan dalam konteks suatu kepedulian yang besar tentang hukum sebab dan akibat ; hal ini membutuhkan suatu kepatuhan kepada hukum karma sebagai pendukung.

Buddha mengatakan,
Kita adalah pelindung dan juga musuh bagi diri kita sendiri.”
Buddha tidak dapat melindungi diri kita, hanya ketaatan kita terhadap hukum karma yang dapat [melindungi diri kita].
Batin dari orang biasa tidak disiplin dan tidak terkontrol.
Agar dapat melakukan praktik Buddhis yang lebih tinggi,seperti mengembangkan samadhi atau pandangan terhadap kesunyataan, atau ikut serta dalam metode yoga dari berbagai sistem tantrik, pertama-tama kita harus membangkitkan batin yang disiplin. Dengan perlindungan dan disiplin diri sebagai basis kita dapat dengan mudah mendapatkan pengalaman yang selalu meningkat dalam praktik Dharma yang lebih tinggi. Tanpa fondasi disiplin,praktik yang lebih tinggi tidak akan membawa hasil. Setiap orang ingin mempraktikkan teknik yang lebih tinggi, tetapi pertama-tama kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah kita telah menguasai praktik prasyarat yang lebih rendah seperti disiplin.

Tujuan dari berlindung adalah untuk mentransformasikan orang biasa menjadi Buddha. Ketika tujuan ini tercapai, tujuan dari perlindungan telah terpenuhi.
Saat batin kita telah menjadi Buddha, [maka] ucapan kita menjadi Dharma, tubuh kita menjadi Sangha. Walaupun demikian, pencapaian dari tingkatan yang mulia ini bergantung pada praktik Dharma kita sendiri. Menyuruh orang lain melakukan praktik dan berharap manfaat spiritual yang didapat orang tersebut menjadi milik kita adalah suatu mimpi yang mustahil. Untuk memurnikan batin kita dari karma buruk dan persepsi yang salah dan meningkatkan kualitas pencerahan dalam batin kita, kita sendiri yang harus melakukan praktik dan mengalami tingkatan-tingkatan spritual.

Ke 108 jilid kata-kata Buddha yang diterjemahkan ke dalam bahasa Tibet Kangyur alias Tripitaka Tibetan mempunyai satu tema penting: memurnikan batin dan membangkitkan kualitas dalam batin tersebut. Tidak satu pun disebutkan [dalam kitab-kitab tersebut] bahwa ada orang lain yang dapat melakukan hal ini untuk diri kita.Karena itu dalam hal ini para Buddha nampaknya terbatas kemampuannya- mereka hanya dapat membebaskan kita dengan cara menginspirasikan kita untuk mempraktikkan ajaran mereka. Banyak Buddha telah datang [ke dunia] sebelumnya tetapi kita tetap masih berada dalam samsara.

Hal ini bukan karena para Buddha tersebut kekurangan welas asih tetapi karena kita tidak mampu untuk mempraktikkan ajaran mereka. Kemajuan individual pada jalan spritual bergantung pada usaha dari masing-masing individu tersebut.
Proses pembangkitan sendiri mempunyai banyak tingkatan.
Meskipun demikian, untuk para pemula, menghindari 10 jalan [karma] negatif dan melaksanakan 10 jalan [karma] bajik (yang merupakan lawan dari 10 jalan [karma] negatif), adalah kebutuhan yang pertama. [Lihat buku ceramah Dagpo Rinpoche tentang Karma]. Tiga dari jalan [karma] tersebut berkaitan dengan tindakan fisik, [yaitu membunuh,mencuri, dan berbuat asusila]. Daripada membunuh kita seharusnya menghargai dan menyayangi kehidupan ; daripada mencuri kita sebaiknya dengan rela memberikan apa yang dapat kita berikan untuk membantuk makhluk lain ; daripada mengambil istri orang lain , kita seharusnya menghormati perasaan orang lain. Empat hal lain berkaitan dengan ucapan : Daripada berbohong kita seharusnya selalu mengucapkan kebenaran ; daripada menyebabkan ketidakharmonisan di antara orang lain dengan memfitnah mereka kita seharusnya menganjurkan kebajikan dengan berbicara mengenai kualitas baik mereka. Ucapan yang kasar dan menyakitkan terhadap orang lain seharusnya diganti dengan kata-kata yang lembut, sopan, dan penuh kasih; percakapan yang tak berarti seharusnya dihindari dan diganti dengan aktivitas yang bermanfaat.

Akhirnya, tiga hal berkaitan dengan batin: kemelekatan [harus] diatasi dan ketidakmelekatan dibangkitkan; niat jahat kepada orang lain harus diganti dengan perasaan cinta kasih dan welas asih ; pandangan keliru dihilangkan dan sikap realistis dibangkitkan.
Kesepuluh disiplin sebaiknya dipatuhi oleh setiap umat Buddha. Tidak melakukan hal-hal ini ketika melakukan praktik metode tantrik yang lebih tinggi adalah [sikap] membodohi diri sendiri. Kesepuluh hal ini adalah praktik yang sederhana, kesemuanya dapat ditaati oleh setiap orang, meskipun demikian mereka adalah langkah pertama bagi setiap orang yang ingin melakukan praktik yoga yang penuh kekuatan yang menghasilkan pencerahan dalam satu kali kehidupan. Ketika kita mengambil perlindungan dan menjadi Buddha kita harus menghormati keluarga para Buddha. Melakukan salah satu dari kesepuluh jalan [karma] negatif setelah mengambil perlindungan adalah sikap yang menghina Buddhisme.
Tidak ada yang menyuruh anda untuk menjadi umat Buddha. Jika anda seorang Buddhis, ini adalah hasil dari pilihan anda sendiri. Karena itu anda seharusnya mengubah sifat anda agar memenuhi syarat.

Kualifikasi/ syarat minimal adalah menghindari 10 jalan [karma] negatif dan membangkitkan 10 hal yang berlawanan dengannya. (melakukan 10 jalan [karma] positif). Memang, tidak ada manusia yang sempurna ; tetapi jika kita ingin menyebut diri kita seorang Buddhis, kita harus melakukan suatu usaha.
Ketika kita melihat sesuatu yang menyebabkan kemelekatan atau kemarahan timbul dalam diri kita setidaknya kita berusaha untuk melakukan suatu usaha
agar kita tidak dikuasai oleh keadaan batin yang terdistorsi (terganggu) ini tetapi sebaliknya kita mempertahankan sikap yang bebas dan penuh cinta kasih.

Esensi dari [mempraktikkan] Dharma adalah peningkatan kualitas batin, karena semua karma positif dan negatif yang dikumpulkan oleh tubuh, ucapan berasal dari dan dipengaruhi oleh batin. Jika kita tidak dapat membangkitkan suatu kepedulian akan proses mental kita dan kemampuan untuk memotong arus pikiran negatif ketika mereka timbul, bermeditasi selama 20 tahun dalam sebuah gua hanya bernilai kecil. Sebelum mencari gua, kita seharusnya mencari kualitas baik dalam batin kita dan membangkitkan kemampuan untuk hidup sesuai dengan Dharma. Hanya dengan demikian penyepian kita dalam gua meditasi yang terpencil akan membawa hasil yang lebih baik, bukannya seperti seekor beruang yang sedang berhibernasi. (Seekor beruang akan menyepi alias tidur selama musim dingin).

Orang-orang yang berbicara mengenai retret tantric sedangkan 10 fondasi dharma masih jauh dari diri mereka hanya akan menghasilkan kumpulan lelucon tentang diri mereka sendiri saja.Sebagai seorang manusia, kita dapat mencapai pencerahan dalam satu kali kehidupan. Tetapi, hidup itu singkat dan banyak dari waktu hidup kita telah berlalu. Kita seharusnya menanyakan kepada diri kita sendiri berapa banyak kemajuan spritual yang telah kita perbuat. Kematian dapat datang pada diri kita setiap saat dan ketika hal ini terjadi, kita harus meninggalkan semua hal kecuali jejak mental (jejak Karma) dari perbuatan-perbuatan semasa kita hidup.

Jika telah mempraktikkan Dharma selama hidup kita, telah mencoba untuk hidup sesuai dengan Dharma, atau telah mendapatkan realisasi Dharma, energi ini akan ada dalam diri kita.Sebaliknya, jika hidup kita telah dihabiskan untuk hal-hal negatif, kesadaran yang berjalan ke dunia mendatang akan terbenam dalam pikiran negatif dan dibayang-bayangi oleh memori dari jalan samsara kita. Sekarang, sewaktu kita mempunyai kemampuan untuk mempraktikkan Dharma, kita seharusnya melakukannya dengan sungguh-sungguh dan dengan murni.
Praktik Dharma membawa kebahagiaan dan keharmonisan baik bagi diri kita maupun bagi para makhluk di sekeliling kita, bahkan dalam kehidupan sekarang.

Jika kita tidak dapat mencapai pencerahan dalam kehidupan sekarang, hal ini akan memberikan kita permata pemenuh harapan yang dapat kita bawa pada kehidupan kita selanjutnya untuk menolong kita di jalan spiritual.
Pada akhirnya, masa depan kita berada dalam tangan kita.Kebanyakan orang membuat rencana fantastis untuk minggu depan, untuk bulan depan, dan untuk tahun depan, tetapi apa yang terpenting adalah mempraktikkan Dharma saat ini. Ketika ini semua telah dilaksanakan, semua rencana kita akan terpenuhi.
Ketika kita melakukan aktivitas kebajikan hari ini, hukum kemunculan yang bergantungan (Pali: Paticca Samupada] memastikan bahwa arus perubahan positif akan segera terjadi.

Ini adalah kemuliaan sebagai manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk secara dinamis mempengaruhi keadaan kehidupan mendatangnya sendiri dengan menerapkan kebijaksanaan yang dapat membeda-bedakan untuk setiap aktivitas tubuh, ucapan, dan batin. Menggunakan dan membangkitkan kebijaksanaan yang dapat membedabedakan ini adalah mengekstrak esensi mendasar dari kehidupan manusia.

Dedikasi :
Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi mereka
yang membacanya, untuk mau mempraktikkan Dharma
agung dari Buddha Sakyamuni ini, khususnya mempraktikan
perlindungan kepada Triratna dengan sungguh-sungguh.
Semoga dengan kebajikan yang diperoleh dari menyusun,
membaca, dan menyebarluaskan tulisan ini dapat
membawa kita terhindar dari kelahiran di tiga alam rendah
dan menyebabkan kita dapat segera mencapai pencerahan
sempurna demi kebahagiaan semua makhluk.

Sumber : www.fpmt.org.
Diterjemahkan dari bahasa Tibet ke bahasa Inggris oleh:
Losang Chopel dan Glenn H Mullin. Diambil dari
“Pengajaran di Tushita”, diedit oleh Nicholas
Ribush degan Glenn H Mullin, Mahayana
Publications, New Delhi, 1981.
Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh:
`Tim Penerjemah Kadam Choe Ling Bandung,
Agustus 2001.

Tidak ada komentar: