Sabtu, 24 Desember 2011

Damai di Setiap Langkah 5



MAKAN DENGAN SADAR

Beberapa tahun yang lalu, saya menanyai beberapa anak, ”Apakah tujuan dari makan pagi?” Seorang anak menjawab,”Untuk mendapatkan kekuatan sepanjang hari”. 
Yang lain menjawab,”Tujuan makan pagi adalah untuk makan pagi”. 
Saya pikir anak yang kedua lebih tepat, tujuan makan adalah untuk makan.
Memakan makanan dengan sepenuh kesadaran merupakan latihan yang penting. 
Kita matikan tv, letakkan koran, dan bekerja bersama-sama selama lima atau sepuluh menit, menata meja dan menyelesaikan apapun yang perlu dikerjakan. Selama lima menit ini, kita bisa sangat berbahagia. Ketika makanan siap di meja dan semua telah duduk, kita berlatih pernapasan, “Menarik napas, saya menenangkan jasmani. Mengeluarkan napas, saya tersenyum”, sebanyak 3 kali. Kita dapat memulihkan diri sendiri secara penuh setelah tiga kali bernapas seperti ini.
Selanjutnya, kita memandang setiap orang ketika kita menarik dan mengeluarkan napas dalam rangka menyatu dengan diri sendiri dan setiap orang di meja tersebut. Kita tidak memerlukan dua jam untuk melihat orang lain. Jika kita benar-benar mapan di dalam diri sendiri, kita hanya perlu memandang selama satu atau dua detik, dan itu sudah cukup untuk melihat. Saya pikir jika satu keluarga terdiri dari lima orang, hanya diperlukan sekitar lima atau
sepuluh detik untuk mempraktikkan “memandang atau melihat” ini.
Setelah bernapas, kita tersenyum. Duduk dengan orang lain di meja, kita memiliki kesempatan untuk memberikan seberkas senyum persahabatan dan pengertian yang sejati. Itu sangat mudah, tetapi tidak banyak orang yang melakukannya. Bagi saya ini merupakan praktik yang sangat penting. Kita saling memandang dan tersenyum padanya. Bernapas dan tersenyum, keduanya merupakan latihan yang sangat penting. Jika anggota keluarga tidak bisa saling tersenyum, keadaannya sangat berbahaya.
Setelah bernapas dan tersenyum, kita memandang makanan dalam cara yang menjadikan makanan tampak nyata. Makanan ini mengungkapkan hubungan kita dengan dunia. Setiap gigitan mengandung kehidupan sang surya dan dunia. Sejauh mana makanan kita mengungkapkan dirinya, itu adalah bergantung pada kita. Kita bisa melihat dan merasakan seluruh alam semesta dalam sepotong roti! Merenungkan makanan kita selama beberapa detik sebelum makan, dan makan dengan penuh sadar, bisa memberi kita lebih banyak kebahagiaan.
Memiliki kesempatan untuk duduk bersama keluarga dan teman kita serta menikmati makanan yang lezat merupakan sesuatu yang berharga, sesuatu yang tidak dimiliki setiap orang. Banyak orang di dunia yang kelaparan. Ketika saya memegang semangkok nasi
atau sepotong roti, saya tahu bahwa saya beruntung, dan saya merasa kasihan kepada semua yang tidak mempunyai makanan untuk disantap serta tanpa teman atau keluarga. Ini merupakan praktik yang sangat mendalam. Kita tidak perlu pergi ke vihara atau gereja untuk berlatih ini. Kita bisa berlatih tepat pada saat makan malam. Makan dengan sadar bisa mengembangkan benih benih kasih sayang dan pengertian, yang dapat menguatkan kita
untuk melakukan sesuatu untuk membantu dan merawat orang yang kelaparan dan kesepian.
Untuk menopang kesadaran selama waktu makan, anda mungkin senang makan dengan diam dari waktu ke waktu. Keheningan dalam waktu makan anda yang pertama bisa menyebabkan anda merasa kurang nyaman, tetapi sekali anda terbiasa, anda akan menyadari bahwa waktu makan dalam keheningan memberikan lebih banyak kedamaian dan kebahagiaan. Seperti kita mematikan TV sebelum makan, kita bisa “mematikan” pembicaraan untuk menikmati makanan dan kehadiran satu dengan yang lainnya.
Saya tidak menganjurkan keheningan waktu makan di setiap hari.
Saling bercakap-cakap bisa menjadi cara yang indah untuk menjadi satu dalam kesadaran. Tetapi kita harus membedakan jenis-jenis pembicaraan kita. Beberapa pokok pembicaraan bisa menjauhkan kita; misalnya, jika kita membicarakan tentang kelemahan-kelemahan orang lain. Makanan yang sudah disiapkan secara cermat akan mubazir jika kita membiarkan pembicaraan semacam itu menguasai waktu makan kita. Sebaliknya jika kita membicarakan hal-hal yang membina kesadaran kita terhadap makanan dan kebersamaan kita, kita mengembangkan kebahagiaan yang perlu kita tumbuhkan. Jika kita membandingkan pengalaman ini dengan pengalaman membicarakan kelemahan orang lain, kita akan menyadari bahwa kesadaran terhadap sepotong roti di mulut kita akan jauh lebih menyehatkan. Ia membawa kehidupan ke dalam saat ini dan membuat kehidupan menjadi nyata.
Jadi, sewaktu makan kita harus menahan diri dari mendiskusikan pokok-pokok yang bisa menghancurkan kesadaran kita terhadap keluarga dan makanan kita. Tetapi kita harus merasa bebas untuk mengatakan hal-hal yang bisa menumbuhkan kesadaran dan kebahagiaan. Misalnya, jika terdapat lauk yang sangat anda sukai, anda bisa memperhatikan apakah orang lain juga menikmatinya,dan jika satu di antara mereka tidak, anda bisa membantunya menghargai masakan lezat itu yang disiapkan dengan cinta kasih.
Jika seseorang memikirkan sesuatu selain dari makanan enak yang ada di meja, seperti kesulitannya di kantor atau dengan teman-temannya, ia kehilangan saat ini dan makanannya. Anda bisa berkata, “Makanan ini lezat, tidakkah kamu setuju?” untuk menariknya dari pikiran dan kecemasannya serta membawanya kembali ke sini dan saat kini, untuk menikmati kehadiran anda, menikmati masakan yang lezat. Anda menjadi seorang bodhisattva, membantu makhluk hidup mencapai penerangan.
Anak-anak, khususnya, sangat mampu mempraktikkan kesadaran dan mengingatkan yang lain untuk melakukan hal yang sama.

MENCUCI PIRING

Menurut saya, pemikiran bahwa membereskan piring-piring merupakan pekerjaan yang tidak menyenangkan hanya muncul bilamana anda tidak melaksanakannya. Begitu anda berdiri di
depan bak pencuci piring dengan lengan baju digulung dan tangan anda di dalam air hangat, hal itu sungguh cukup menyenangkan.
Saya menikmati menghabiskan waktu saya dengan setiap piring, sepenuhnya sadar terhadap piring itu, air, dan setiap gerakan tangan saya. Saya tahu jika saya buru-buru untuk segera
memakan makanan pencuci mulut maka saat mencuci piring akan tidak menyenangkan dan tidak berharga untuk dijalani. Hal itu sangat disayangkan, karena setiap menit, setiap detik dari kehidupan adalah suatu keajaiban. Piring-piring itu sendiri dan kenyataannya bahwa saya mencuci piring di sini merupakan keajaiban!
Jika saya tidak mampu mencuci piring dengan gembira, jika saya ingin menyelesaikannya secepatnya sehingga saya bisa pergi dan menikmati makanan pencuci mulut, saya akan sama tak mampunya dalam menikmati makanan pencuci mulut saya.
Dengan garpu di tangan, saya akan memikirkan apa yang harus saya kerjakan berikutnya, dan bahan serta rasa dari makanan pencuci mulut itu, bersama dengan kesenangan di dalam
memakannya, akan hilang. Saya akan selalu terbawa ke masa yang akan datang, tak pernah mampu hidup pada saat ini.
Setiap pikiran, setiap tindakan dalam cahaya kesadaran menjadi mulia. Dalam hal ini, tidak muncul batas antara yang mulia dan yang biasa. Saya harus mengakui bahwa saya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencuci piring, tetapi saya sepenuhnya hidup pada setiap saat, dan saya berbahagia.
Mencuci piring, pada saat yang bersamaan merupakan sebuah cara dan sebuah akhir – yaitu, kita tidak hanya mencuci untuk mendapatkan piring yang bersih, tetapi kita juga mencuci hanya untuk mencuci, untuk hidup sepenuhnya di setiap saat ketika mencuci piring-piring itu.

MEDITASI BERJALAN

Meditasi berjalan bisa menjadi sangat menyenangkan. Kita berjalan perlahan, seorang diri atau bersama teman, jika memungkinkan di tempat yang indah. Meditasi berjalan benarbenar
adalah untuk menikmati berjalan – berjalan tidaklah untuk sampai, tetapi hanya untuk berjalan. Tujuannya adalah untuk berada pada saat ini dan sadar terhadap pernapasan dan jalan kita, untuk menikmati setiap langkah. Oleh sebab itu kita harus melepaskan diri dari kecemasan dan kegelisahan, tidak memikirkan yang telah lampau, tidak memikirkan yang akan datang, hanya menikmati saat ini. Kita bisa menggandeng tangan seorang anak ketika kita melakukan itu. Kita berjalan, kita melangkah bagaikan orang yang paling berbahagia di Bumi ini.
Meskipun kita berjalan sepanjang waktu, jalan kita biasanya lebih mirip dengan berlari. Bilamana kita berjalan seperti itu, kita mencetak kegelisahan dan penderitaan di Bumi. 
Kita harus berjalan dalam suatu cara sehingga kita hanya mencetak kedamaian dan ketenangan di Bumi. Kita semua dapat melakukan hal ini, asalkan kita benar-benar menginginkannya. Setiap anak bisa melakukannya. Jika kita bisa membuat satu langkah seperti ini, kita bisa membuat dua, tiga, empat dan lima langkah seperti ini. Jika kita mampu satu langkah dengan kedamaian dan kebahagiaan, kita sedang mengusahakan rasa damai dan bahagia bagi seluruh umat manusia. Meditasi berjalan merupakan praktik yang sangat indah.Ketika kita melakukan meditasi berjalan di luar, kita berjalan sedikit lambat dibandingkan langkah normal kita, dan kita menyelaraskan pernapasan kita dengan langkah kita. Misalnya, kita bisa mengambil tiga langkah pada setiap tarikan napas dan tiga langkah
dengan setiap hembusan napas. Jika kita bisa berkata “Masuk, masuk, masuk. Keluar, keluar, keluar”. ”Masuk” adalah untuk membantu kita mengenali napas masuk. Setiap kali kita menyebut sesuatu dengan namanya, kita menjadikannya semakin nyata, seperti menyebut nama seorang teman. Jika paru-paru anda menghendaki empat langkah sebagai pengganti tiga, berikanlah mereka empat langkah. Jika kita hanya menginginkan dua langkah, berikan mereka dua. Panjangnya tarikan dan hembusan-napas anda tidaklah harus sama. Misalnya
anda bisa mengambil tiga langkah pada setiap tarikan dan empat langkah pada setiap hembusan. Jika anda merasa bahagia, damai dan gembira ketika anda berjalan, anda telah berlatih dengan benar.
Sadarilah sentuhan antara kaki anda dengan Bumi atau tanah.
Berjalanlah seolah-olah anda sedang mencium Bumi dengan kaki anda. Kita telah menyebabkan banyak kerusakan pada Bumi. ,Sekarang tibalah saatnya bagi kita untuk merawatnya. Kita membawa kedamaian dan ketenangan pada permukaan Bumi dan berbagi pelajaran cinta kasih. Kita berjalan dengan semangat itu. Dari waktu ke waktu, ketika kita melihat sesuatu yang indah, kita mungkin ingin berhenti dan melihatnya – sebatang pohon, setangkai bunga, anak-anak yang sedang bermain. Ketika kita memandang, kita meneruskan mengikuti napas kita, agar kita tidak kehilangan bunga yang indah itu dan terperangkap di dalam pemikiran-pemikiran kita. Ketika kita ingin melanjutkan berjalan,kita tinggal memulainya lagi. Setiap langkah yang kita buat akan menciptakan angin yang sejuk, menyegarkan jasmani dan batin kita. Setiap langkah menjadikan bunga berkembang di bawah telapak kaki kita. Kita bisa melakukannya hanya jika kita tidak memikirkan masa yang akan datang atau masa yang telah lampau,dan memandang bahwa kehidupan hanya bisa ditemukan pada saat ini.

MEDITASI TELEPON

Telepon sangatlah menyenangkan, tetapi kita bisa dijajah olehnya.
Kita mungkin merasa bahwa deringannya mengganggu, atau merasa terganggu oleh banyaknya panggilan. Ketika kita berbicara di telepon, kita mungkin lupa bahwa kita sedang berbicara di telepon, menghamburkan waktu (dan uang) yang sangat berharga.
Kerap kali kita membicarakan hal-hal yang tidak penting.
Sudah berapa kali kita menerima rekening telepon kita dan menggerenyit pada jumlahnya? Dering telepon menciptakan semacam getaran didalam diri kita, dan mungkin sedikit
kecemasan, “Siapakah yang menelepon? Apakah berita baik atau buruk?” Namun ada kekuatan di dalam diri kita yang mendorong kita berjalan menuju ke arah telepon, dan kita tidak dapat melawannya. Kita menjadi korban dari telepon kita sendiri. Saya anjurkan lain kali anda mendengar dering telepon, tetaplah berada di tempat, tarik dan keluarkan napas secara sadar, tersenyumlah pada diri sendiri, dan ucapkan kalimat ini, “Dengarlah, dengarlah.
Suara yang indah ini membawaku kembali pada kesejatian diriku”.
Ketika bel berdering untuk kedua kalinya, anda bisa mengulang syair itu, dan senyum anda bahkan menjadi lebih sempurna. Ketika anda tersenyum, urat-urat di wajah anda rileks, dan ketegangan anda segera lenyap. Anda dapat berusaha berlatih pernapasan dan tersenyum seperti ini, karena orang yang menelepon mempunyai sesuatu yang penting untuk dikatakan, ia pasti akan menunggu paling tidak sebanyak tiga kali deringan. Ketika telepon berdering untuk ketiga kalinya, anda bisa melanjutkan bernapas dan tersenyum, sambil anda berjalan perlahan menuju telepon, dengan segenap keagungan anda. Anda adalah majikan anda sendiri. Anda tahu bahwa tersenyum bukan hanya demi kepentingan anda, tetapi juga demi kepentingan pihak lain. Jika anda tersinggung atau marah, pihak lain akan menerima imbasnya.
Tetapi karena anda telah bernapas secara sadar dan tersenyum, anda berada dalam kesadaran, dan ketika anda mengangkat telepon, betapa beruntungnya orang yang menelepon anda!
Sebelum menelepon, anda dapat juga menarik dan mengeluarkan napas tiga kali, lalu putarlah. Ketika anda mendengar telepon di sana berdering anda tahu bahwa teman anda sedang berlatih bernapas dengan sadar dan tersenyum serta tak akan mengangkatnya sampai deringan ketiga. Jadi anda memberitahu diri sendiri, “Ia sedang bernapas, mengapa aku tidak?” Anda berlatih menarik dan mengeluarkan napas, dan ia juga melakukannya. Alangkah indahnya itu!
Anda tidak perlu masuk ke ruang meditasi untuk melakukan praktik meditasi yang indah ini. Anda dapat melakukannya di kantor maupun di rumah.
Saya tidak tahu bagaimana operator telepon bisa mempraktikkannya manakala begitu banyak telepon berdering serempak. Saya percayakan pada anda untuk mencarikan cara bagi para operator untuk berlatih meditasi telepon.
Tetapi bagi kita yang bukan operator telepon mempunyai hak untuk bernapas tiga kali. Mempraktikkan meditasi telepon dapat meniadakan ketegangan dan kemuraman serta membawa kesadaran di dalam kehidupan sehari-hari.


MEDITASI MENGEMUDI

Di Vietnam, empat puluh tahun yang lalu, saya merupakan bhikkhu pertama yang mengendarai sepeda. Pada saat itu, hal ini dianggap tidak layak. Tetapi sekarang, para bhikkhu mengendarai sepeda motor dan mobil. Kita harus menjadikan latihan meditasi kita mengikuti zaman dan menanggapi keadaan sebenarnya di dunia,jadi saya telah menulis syair sederhana yang dapat anda baca sebelum menyalakan mobil anda. Saya berharap anda menemukan manfaatnya:

Sebelum menjalankan mobil,
Saya tahu kemana saya akan pergi.
Mobil dan saya adalah satu,
Jika mobil berjalan cepat, saya berjalan cepat.

Kadang-kadang kita tidak benar-benar perlu menggunakan mobil, tetapi karena kita ingin menyingkir dari diri sendiri, kita pergi mengemudi. Kita merasa ada kekosongan di dalam diri dan kita tidak ingin menghadapinya. Kita tidak senang terlalu sibuk, tetapi setiap kita mempunyai waktu luang, kita takut berada sendirian bersama diri kita sendiri. Kita ingin melarikan diri, menyalakan televisi, mengangkat telepon, membaca novel, pergi bersama
teman-teman, atau mengeluarkan mobil dan pergi ke suatu tempat.
Peradaban kita mengajar kita untuk bertindak seperti ini dan membekali kita dengan berbagai barang yang dapat kita gunakan untuk menghilangkan ikatan dengan diri sendiri. Jika kita membaca syair ini ketika kita akan memutar kunci kontak mobil kita, ia bisa seperti obor atau suluh, dan kita dapat melihat bahwa kita tidak perlu pergi ke manapun. Ke manapun darinya kita pergi, “diri” kita akan bersama kita, kita tidak dapat melepaskan diri. Jadi mungkin lebih baik, dan lebih menyenangkan, untuk mematikan mesin dan keluar untuk suatu meditasi berjalan.
Dikatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, dua juta mil persegi tanah hutan telah rusak oleh hujan yang asam, sebagian dikarenakan oleh mobil-mobil kita. “Sebelum menghidupkan mobil, saya tahu kemana saya akan pergi”, merupakan suatu pertanyaan
yang sangat mendalam. Kemana kita akan pergi? Untuk kehancuran kita sendiri? Jika pepohonan mati, kita manusia juga akan mati. Jika perjalanan anda memang perlu, silakan jangan ragu untuk pergi. Tetapi jika anda melihat bahwa itu tidak terlalu penting, anda bisa menyingkirkan kunci dari staternya dan sebagai gantinya anda pergi berjalan-jalan di sepanjang tepi sungai atau melewati taman. Anda akan kembali pada diri sendiri dan berteman kembali dengan pepohonan.
“Mobil dan saya adalah satu”. Kita mempunyai kesan bahwa kita adalah sang majikan, dan si mobil hanyalah alat, tetapi hal itu tidak benar. Jika kita menggunakan alat atau mesin apa saja, maka kita berubah. Seorang pemain biola dengan biolanya menjadi sangat indah. Seorang pria dengan sebuah senjata di tangannya menjadi sangat berbahaya. Ketika kita menggunakan mobil, kita menjadi diri kita dan mobil itu.
Mengemudi merupakan tugas sehari-hari dalam masyarakat ini.
Saya tidak menyarankan anda untuk berhenti mengemudi, tetapi hanya lakukanlah dengan penuh kesadaran. Ketika kita sedang mengemudi, kita hanya berpikir tentang tiba. Oleh sebab itu, setiap kali kita melihat lampu merah, kita tidak bahagia. Lampu merah menjadi semacam musuh yang menghalangi kita untuk mencapai tujuan. Tetapi kita juga dapat melihat lampu merah sebagai genta kewaspadaan yang mengingatkan kita untuk kembali kepada saat ini. Lain kali anda melihat lampu merah, tersenyumlah padanya dan kembali pada napas anda. “Menarik napas, saya menenangkan jasmani saya. Menghembuskan napas, saya
tersenyum”. Sungguh mudah untuk mengalihkan perasaan terganggu menjadi perasaan yang menyenangkan. Meskipun itu lampu merah yang sama, ia menjadi berbeda. Ia menjadi teman,
membantu kita mengingat bahwa hanya pada saat ini kita dapat menjalani kehidupan kita.
Ketika saya berada di Montreal beberapa tahun yang lalu untuk membimbing suatu retret, seorang teman mengajak saya melintasi pegunungan. Saya perhatikan setiap kali ada sebuah mobil berhenti di depan saya, kalimat “Je me souviens” terdapat di nomor pelat. Itu berarti “saya ingat”. Saya tidak yakin apa yang ingin mereka ingat, mungkin asal-usul Perancis mereka, tetapi saya katakan pada temanku bahwa saya mempunyai hadiah untuknya.
“Setiap waktu anda melihat mobil dengan kalimat itu, “Je me souviens”, ingatlah untuk bernapas dan tersenyum. Itu merupakan satu genta kewaspadaan. Anda akan mempunyai banyak kesempatan untuk bernapas dan tersenyum ketika anda mengemudi melintasi kota Montreal.
Ia sangat senang, dan berbagi praktik ini dengan teman-temannya.
Kemudian, ketika ia mengunjungi saya di Perancis, ia mengatakan kepada saya bahwa sungguh lebih sulit untuk berlatih di Paris daripada di Montreal, karena di Paris tidak terdapat “Je me souviens”. Saya katakan padanya, “Ada banyak lampu merah dan tanda berhenti di mana saja di Paris. Mengapa anda tidak berlatih dengan mereka?” Setelah ia kembali ke Montreal, melalui Paris, ia menulis sepucuk surat yang sangat indah. “Guru, sungguh sangat mudah untuk berlatih di Paris. Setiap kali sebuah mobil berhenti di depan saya, saya melihat mata sang Buddha berkedip kepada saya. Saya harus menjawab Beliau dengan bernapas dan tersenyum, tak ada jawaban yang lebih baik daripada itu. Saya menikmati saat yang indah mengemudi di Paris”.
Lain waktu anda terjebak dalam kemacetan lalu-lintas, jangan melawan. Tidaklah berguna untuk melawan. Bersandarlah dan tersenyum pada dirimu, seberkas senyum kasih sayang dan cinta kasih. Nikmatilah saat ini, bernapas dan tersenyum, dan buatlah penumpang lain di dalam mobil anda berbahagia. Kebahagiaan berada di sana jika anda tahu bagaimana bernapas dan tersenyum, karena kebahagiaan selalu dapat ditemukan pada saat ini. 
Berlatih meditasi adalah untuk kembali kepada saat ini, untuk menemui bunga, langit biru, anak-anak. Kebahagiaan selalu tersedia.

Tidak ada komentar: