Kamis, 09 Februari 2012

Teacher (Guru)



Teacher
Guru


125
You are your own teacher. Looking for teachers can’t solve your own doubts. Investigate yourself to find the truth - inside, not outside. Knowing yourself is most important.

Anda adalah guru bagi diri Anda sendiri. 
Mencari guru tidak akan menyelesaikan keraguan Anda sendiri. 
Periksalah diri Anda untuk menemukan kebenaran- di dalam,
bukan di luar. Mengenali diri Anda adalah sangat penting.


126
One of my teachers ate very fast. He made noises as he ate. Yet he told us to eat slowly and mindfully. I used to watch him and get very upset. I suffered, but he didn’t! I watched the outside. Later I learned that some people drive very fast but carefully; others drive slowly and have many accidents. Don’t cling to rules, to outer form. If you watch others at most ten percent of the time and watch yourself ninety percent of the time, you practice is okay.

Salah seorang guru saya makan dengan cepat. Dia bersuara saat makan.
 Lalu ia berkata kepada kami agar makan dengan pelan dan penuh perhatian. Saya selalu melihatnya dengan perasaan kesal.  Saya menderita dan ia tidak!  
Saya melihat keluar.  Selanjutnya saya belajar bahwa beberapa orang berkendaraan sangat cepat tapi hati-hati; lainnya berkendaraan dengan lambat dan mengalami banyak kecelakaan. Jangan berpegang pada peraturan, pada kulit luarnya. Bila Anda melihat yang lainnya sekitar sepuluh persen dari waktumu dan melihat diri Anda sendiri sembilanpuluh persen dari waktumu, latihan Anda telah baik.


127
Disciples are hard to teach. Some know but don’t bother to practice. Some don’t know and don’t try to find out. I don’t know what to do with them. Why is it that humans have minds like this? Being ignorant is not good, but even if I tell them, they still don’t listen. People are so full of doubts in their practice. They always doubt. They want to go to Nibbana but they don’t want to walk the path. It’s baffling. When I tell them to meditate, they’re afraid, and if not afraid, then just plain sleepy. Mostly they like to do the things I don’t teach. This is the pain of being a teacher.

Para siswa sulit untuk diajar. Beberapa orang mengetahui, tapi tidak berusaha untuk berlatih. Beberapa orang tidak tahu dan tidak berusaha mencari tahu. Saya tidak tahu harus berbuat apa pada mereka. Mengapa manusia memiliki pikiran seperti itu. Tidak baik menjadi orang yang tidak peduli. Walau saya memberitahunya, mereka tetap tidak mendengarkan. Manusia sungguh penuh dengan keraguan dalam latihannya. Mereka selalu ragu. Mereka ingin mencapai Nibbana tetapi tidak mau mengikuti Sang Jalan. Ini membingungkan. Ketika saya menyuruh mereka meditasi, mereka takut, dan bila tidak takut, mereka hanya mengantuk. Sebenarnya mereka suka melakukan hal yang tidak saya ajarkan. Inilah penderitaan menjadi guru.


128
If we could see the truth of the Buddha’s teaching so easily, we wouldn’t need so many teachers. When we understand the teachings, we just do hat is required of us. But what makes people so difficult to teach is that they don’t accept the teachings and argue with the teacher and the teachings. In front of the teacher they behave a little better, but behind his back they become thieves! People are really difficult to teach.

Bila kita dapat melihat kebenaran dari ajaran Sang Buddha secara mudah, kita tidak memerlukan banyak guru. Ketika kita mengerti ajaran-Nya, kita hanya melakukan apa yang diminta untuk dilakukan. Namun apa yang membuat orang menjadi kesulitan untuk belajar adalah bahwa mereka tidak menerima ajaran dan berdebat dengan guru dan ajarannya. Di depan guru, mereka bersikap sedikit lebih baik; tetapi di belakang guru, mereka menjadi maling. Orang-orang sangat sulit untuk diajar.


129
I don’t teach my disciples to live and practice heedlessly. But that’s what they do when I’m not around. When the policeman is around, the thieves behave themselves. When he asks if there are any thieves around, of course they all say there aren’t; that they’ve never seen any. But as soon as the policeman is gone, they’re all at it again. It was like that even in the Buddha’s time. So just watch yourself and don’t be concerned with what others do.

Saya tidak mengajar murid-murid saya untuk hidup dan latihan tanpa perhatian. Tetapi itulah yang dilakukan saat saya tidak ada. Ketika polisi ada, maling bertingkah baik. Ketika polisi bertanya apakah ada maling, tentu saja mereka semua berkata tidak ada dan mereka tidak pernah melihatnya. Tetapi begitu polisi berlalu, mereka bertingkah lagi. Hal itu juga terjadi di zaman Sang Buddha. Jadi, lihatlah diri Anda sendiri dan jangan peduli dengan tingkah laku yang dilakukan orang.


130
True teacher speak only of the difficult practice of giving up or getting rid of the self. Whatever may happen, do not abandon the teacher. Let him guide you, because it is easy to forget the Path.

Guru yang sesungguhnya hanya berbicara mengenai latihan yang sulit untuk
meninggalkan atau melepaskan ke-aku-an. Apapun yang terjadi, jangan meninggalkan guru. Biarkan guru membimbing Anda, karena mudah untuk melupakan Sang Jalan.


131
Your doubts about your teacher can help you. Take from your teacher what is good, and be aware of your own practice. Wisdom is for you to watch and develop.

Keraguan tentang guru Anda dapat membantu Anda. Ambillah dari guru Anda apa yang baik dan waspadalah pada latihan sendiri. Kebijaksanaan itu untuk Anda perhatikan dan kembangkan.


132
Don’t just believe in the teacher because he says a fruit is sweet and delicious. Taste it for yourself and then all the doubting will be over.

Jangan percaya pada guru karena dia mengatakan buah itu manis dan lezat. Cicipi sendiri dan semua keraguan akan sirna.


133
Teachers are those who point out the direction of the Path. After listening to the teacher, whether or not we walk the Path by practicing ourselves, and thereby reap the fruits of practice, is strictly up to each one of us.

Guru adalah mereka yang menunjukkan arah Sang Jalan. Setelah mendengarkan guru, apakah kita berjalan atau tidak pada jalan tersebut dengan melakukan latihan sendiri dan mendapat buah dari berlatih, adalah tergantung kita masing-masing.


134
Sometimes teaching is hard work. A teacher is like a garbage can that people throw their frustrations and problems into. The more people you teach, the bigger the garbage disposal problems. But teaching is a wonderful way to practice Dhamma. Those who teach grow in patience and in understanding.

Kadang-kadang, mengajar merupakan pekerjaan yang sulit. Seorang guru seperti tempat sampah, semua orang membuang frustasi dan masalahnya. Semakin banyak orang yang Anda ajar, semakin besar kapasitas tempat sampah masalah. Tetapi mengajar adalah cara yang menakjubkan untuk berlatih Dhamma. Mereka yang mengajar berkembang dalam kesabaran dan pengertian.


135
A teacher cannot really clear up our difficulties. He is just a source to investigate the Path. He can’t make it clear. Actually what he says is not worth listening to. The Buddha never praised believing in others. We must believe ourselves. This is difficult, yes, but that’s really how it is. We look outside but never really see. We have to decide to really practice. Doubts don’t disappear by asking others, but through our own unending practice.

Seorang guru tidak akan benar-benar menyelesaikan seluruh kesulitan kita. Dia
hanyalah sumber untuk menyelidiki Sang Jalan. Dia tidak dapat membuat masalah jadi jelas. Sebenarnya apa yang dikatakannya tidak layak untuk didengar. Sang Buddha tidak pernah mempercayai orang lain. Kita harus mempercayai diri sendiri. Hal ini sulit,ya, tetapi inilah yang seharusnya. Kita melihat keluar tetapi tidak pernah benar-benar memandang. Kita harus memilih untuk benar-benar berlatih. Keraguan tidak hilang dengan bertanya pada orang lain, tetapi melalui latihan terus-menerus.





Tidak ada komentar: