Sabtu, 11 Februari 2012

Virtue (Kebajikan)





Virtue
Kebajikan


144
Be careful about observing our precepts. Virtue is a sense of shame. What we have doubts about; we should not do or say. This is virtue. Purity is being beyond all doubts.

Berhati-hatilah menjaga sila kita. Kebajikan adalah inti dari rasa malu. Apa yang kita
ragukan, seharusnya kita tidak lakukan atau katakan. Itulah kebajikan. Kemurnian
melewati semua keraguan.


145
There are two levels of practice. The first level forms the foundation, which is the development of virtue, the precepts, in order to bring happiness and harmony among people. The second level is the practice of Dhamma with the sole goal of liberating the heart. This liberation is the source of wisdom and compassion and is the true reason for the Buddha’s teaching. Understanding these two levels is the basis of true practice.

Ada dua tingkat latihan. Tingkat pertama membentuk landasan, yaitu pengembangan
kebajikan, sila, agar dapat membawa kebahagiaan dan harmonis di antara manusia.
Tingkat kedua adalah latihan Dhamma dengan tujuan utama membebaskan batin.
Pembebasan adalah sumber dari kebijaksanaan dan kasih sayang, dan ini tujuan
sesungguhnya dari ajaran Sang Buddha. Mengerti kedua tingkatan ini adalah dasar dari
latihan sebenarnya.


146
Virtue and morality are the mother and father of the Dhamma growing within us. They provide it with the proper nourishment and guidance.

Kebajikan dan moral adalah ayah dan ibu dari Dhamma yang berkembang dalam diri kita
. Keduanya menyediakan Dhamma dengan memberikan kebutuhan dan bimbingan yang tepat.


147
Virtue is the basis for a harmonious world in which people can live truly as humans and not as animals. Developing virtue is at the heart of our practice. Keep the precepts. Cultivate compassion and respect for all life. Be mindful in your actions and speech. Use virtue to make your life simple and pure. With virtue as a basis for everything you do, your mind will become kind, clear, and quiet. Meditation will grow easily in this environment.

Kebajikan adalah dasar untuk dunia yang harmonis dimana manusia dapat hidup benar-benar sebagai manusia dan bukan sebagai binatang.
Mengembangkan kebajikan adalah inti dari latihan. Jaga sila. 
Kembangkan cinta kasih dan hormati semua yang hidup.
Sadarlah dalam semua perbuatan dan ucapan Anda. Gunakan kebajikan untuk membuat
hidup Anda sederhana dan murni. Dengan kebajikan sebagai dasar dari segalanya yang
Anda lakukan, pikiran Anda akan menjadi baik, jernih, dan tenang. Meditasi akan
berkembang dalam lingkungan ini dengan mudah.


148
Look after your virtue as a gardener takes care of his plants. Do not be attached to big or small, important or unimportant. Some people want shortcuts. They say, "Forget concentration, we’ll go straight to insight; forget virtue, we’ll start with concentration." We have so many excuses for our attachments.

Jagalah kebajikan Anda seperti seorang tukang kebun menjaga tanamannya. Jangan
melekat pada yang besar atau kecil, penting atau tidak penting. Beberapa orang
menginginkan jalan pintas. Mereka berkata,”Lupakan konsentrasi, kita langsung pada
pandangan terang; lupakan kebajikan, kita mulai dengan konsentrasi.” Kita memiliki
banyak alasan untuk kemelekatan kita.


149
Right effort and virtue are not a question of what you do outwardly but of constant inner awareness and restraint. Thus, charity, if given with good intention, can bring happiness to oneself and to others. But virtue must be the root of this charity for it to be pure.

Usaha benar dan kebajikan bukanlah apa yang Anda lakukan di luar tetapi lebih
merupakan kesadaran dan pengendalian diri secara tetap. Jadi, berdana, bila diberikan
dengan perhatian yang baik, dapat membawa kebahagiaan pada diri sendiri dan orang
lain. Tetapi kebajikan harus menjadi akar dari dana ini, agar menjadi murni.


150
The Buddha taught us to refrain from what is bad, to do good, and to purify the heart. Our practice, then, is to get rid of what is worthless and keep what is valuable. Do you still have anything bad or unskillful in your heart? Of course! So why not clean house? But true practice is not only getting rid of what is bad and cultivating the good. This is only part of it. In the end we must go beyond both good and bad. Finally there is a freedom that includes all and a desirelessness from which love and wisdom naturally flow.

Sang Buddha mengajarkan kita untuk menahan diri dari perbuatan buruk, lakukan
perbuatan baik, dan sucikan hati. Lalu, latihan kita, adalah meninggalkan apa yang
tidak berharga dan menyimpan apa yang berharga. Apakah Anda masih memiliki
sesuatu yang buruk atau tidak terlatih dalam hati? Tentu saja! Lalu mengapa tidak
membersihkannya? Tetapi latihan sebenarnya tidak hanya melepaskan yang buruk dan
mengembangkan yang baik. Ini hanyalah bagian dari latihan. Pada akhirnya kita harus
melewati keduanya, yang baik dan buruk. Akhirnya hanya ada kebebasan yang meliputi
semua dan tanpa nafsu, darimana cinta dan kebijaksanaan mengalir secara alami.


151
We must start right here where we are, directly and simply. When the first two steps, virtue and right view, have been completed, then the third step of uprooting defilement will naturally occur without deliberation. When light is produced, we no longer worry about getting rid of the darkness, nor do we wonder where the darkness has gone. We just know that there is light.

Kita harus memulai dari sini, dimana kita berada, secara langsung dan sederhana.
Ketika dua langkah pertama, kebajikan dan pandangan benar, telah terlengkapi, lalu
cara ketiga mengatasi kekotoran batin akan terjadi secara alami tanpa pertimbangan.
Ketika cahaya dihasilkan, kita tidak lagi kuatir melewati kegelapan, tidak juga ingin
tahu kemana kegelapan pergi. Kita hanya tahu bahwa ada cahaya.


152
Following the precepts has three levels. The first is to undertake them as training rules given to us by our teachers. The second arises when we undertake and abide in them by ourselves. But for those at the highest level, the Noble Ones, it is not necessary to speak of precepts, of right and wrong. This true virtue comes from wisdom that knows the Four Noble Truths in the heart and acts from this understanding.

Ada tiga tingkatan dalam mempraktekan sila. Pertama, mengerjakan sebagai peraturan
latihan yang diberikan guru kepada kita. Yang kedua muncul ketika kita mengerjakan
dan mematuhi sila oleh kita sendiri. Tetapi untuk mereka yang ada di tingkat tertinggi,
para siswa utama, adalah tidak penting untuk membicarakan sila, baik dan buruk.
Kebajikan sejati datang dari kebijaksanaan yang mengetahui Empat Kebenaran Mulia
dalam hati dan bertingkah laku atas pemahaman ini.


153
Some monks disrobe to go to the front where bullets fly past them every day. They prefer it like that. They really want to go. Danger surrounds them on all sides and yet they’re pre3pared to go. Why don’t they see the danger? They’re prepared to die by the gun but nobody wants to die developing virtue. This is really amazing, isn’t it?

Beberapa bhikkhu lepas jubah untuk pergi ke garis depan dimana peluru berterbangan
melewatinya setiap hari. Mereka lebih memilih hal itu. Mereka benar-benar ingin pergi.
Mara bahaya menyergap di sekitar mereka dan mereka tetap saja bersedia untuk pergi.
Mengapa mereka tidak melihat bahaya? Mereka siap mati dengan senjata api tetapi
tidak ada yang mau mati untuk mengembangkan kebajikan. Hal ini benar-benar
mengherankan, iya kan?



Tidak ada komentar: