Jumat, 29 Juni 2012

RUANG BERNAPAS



Kita mempunyai ruang untuk segala sesuatu – makan, tidur,menonton tv-, tetapi kita tidak mempunyai ruang untuk sati(penyadaran). Saya menganjurkan agar kita menyediakan ruang kecil di rumah kita dan menamainya “ruang bernapas”, di mana kita bisa menyendiri dan hanya berlatih bernapas dan tersenyum,paling tidak pada saat-saat sulit. Ruang yang kecil itu harus dianggap sebagai Kedutaan Besar dari Kerajaan Kedamaian. Ia
harus dihargai dan tidak diganggu dengan kemarahan, teriakan atau hal-hal semacam itu. Ketika seorang anak hampir dibentak,
ia bisa berlindung di ruang itu. Baik ayah maupun ibu tidak bisa
membentaknya lagi. Ia aman di dalam daerah Kedutaan Besar
itu. Orangtua kadang-kadang juga perlu berlindung di ruang itu,
duduk bernapas, tersenyum dan memulihkan diri mereka. Oleh
karena itu, ruang tersebut digunakan untuk kebaikan seluruh keluarga.
Saya sarankan agar ruang bernapas itu ditata dengan sangat
sederhana dan jangan terlalu terang. Anda mungkin ingin
mempunyai sebuah genta kecil, dengan suara yang merdu.
Beberapa alas duduk atau kursi, dan mungkin satu pot bunga
untuk mengingatkan kita tentang sifat sejati kita. Anda atau anakanak
anda bisa menata bunga dalam kesadaran, tersenyum.
Setiap kali anda merasa agak sedih, anda tahu bahwa hal terbaik
yang harus dikerjakan adalah pergi ke ruang itu, perlahan-lahan
buka pintunya, duduk, membunyikan gentanya – di negara saya
kami tidak mengatakan “memukul” atau “menabuh” genta – dan
mulai bernapas. Genta itu tidak hanya akan menolong orang-orang
yang berada di ruang bernapas, tetapi juga kepada yang lainnya di rumah.
Seandainya suami anda sedang jengkel. Karena ia sudah
mempelajari latihan bernapas, ia tahu hal yang terbaik adalah
masuk ke ruang itu, duduk dan berlatih. Anda mungkin tidak
menyadari kemana ia pergi, anda sibuk memotong wortel di dapur.
Tetapi anda juga anda menderita, karena anda dan dia sedang
berselisih. Anda memotong wortel dengan sedikit kasar, karena
energi kemarahan itu diterjemahkan ke dalam gerakan. Tiba-tiba
anda mendengar genta, dan anda tahu apa yang harus dilakukan.
Anda berhenti memotong, lalu anda menarik dan menghembuskan
napas. Anda merasa lebih baik, dan anda mungkin tersenyum.
Memikirkan tentang suami anda, yang mengetahui apa yang harus
dilakukan ketika ia marah. Ia sekarang duduk di ruang bernapas,
bernapas dan tersenyum. Itu sungguh indah, tidak banyak orang
yang melakukan hal ini. Tiba-tiba, perasaan lembut, dan anda
merasa jauh lebih baik. Setelah tiga kali pernapasan anda mulai
memotong wortel lagi, tetapi kini sudah sangat berbeda.
Anak anda yang menyaksikan adegan itu, mengetahui bahwa akan
terjadi semacam badai. Ia masuk ke kamarnya, menutup pintu
dan diam-diam menunggu. Tetapi bukannya badai, ia mendengar
genta dan ia memahami apa yang terjadi. Ia merasa begitu ringan,
dan ia ingin, menunjukkan penghargaannya kepada ayahnya. Ia
pelan-pelan pergi ke ruang bernapas, membuka pintu dan diamdiam
masuk serta duduk di sebelahnya untuk menunjukkan dukungannya. 
Hal itu sangat membantunya. Ia sudah merasa siap
untuk keluar, ia mampu tersenyum sekarang tetapi karena putrinya
di situ, ia ingin membunyikan genta lagi agar putrinya bisa bernapas.
Di dapur, anda mendengar genta yang kedua dan anda tahu bahwa
memotong wortel bukanlah hal terbaik untuk dikerjakan saat ini.
Jadi anda meletakkan pisau dan pergi ke ruang bernapas. Suami
anda menyadari bahwa pintunya terbuka dan anda masuk. Jadi
walaupun sekarang ia sudah baik, karena anda datang, ia
melanjutkan lebih lama lagi dan membunyikan genta bagi anda
untuk bernapas. Ini merupakan adegan yang indah. Jika anda
sangat kaya, anda bisa membeli lukisan berharga karya Van Gogh
dan menggantungnya di ruang tamu anda. Tetapi ia tidak seindah
daripada adegan di ruang bernapas. Praktik dari kedamaian dan
perdamaian merupakan perbuatan manusia yang sangat penting dan artistik.
Saya mengenal keluarga yang anak-anaknya pergi ke ruang
bernapas setelah sarapan, duduk dan bernapas,”masuk-keluarsatu”,
“masuk-keluar-dua”, “masuk-keluar-tiga”, dan seterusnya
sampai sepuluh, lalu mereka pergi ke sekolah. Jika anak anda
tidak ingin bernapas sepuluh kali, mungkin tiga kali cukup.
Mengawali hari dengan cara ini sangatlah indah dan berguna bagi
segenap keluarga. Jika anda penuh kesadaran di pagi hari dan
berusaha memelihara kesadaran sepanjang hari, anda bisa
kembali ke rumah dengan senyuman di penghujung hari, yang
membuktikan bahwa kesadaran tetap berada di sana.
Saya yakin bahwa setiap rumah sebaiknya memiliki satu ruang
bernapas. Praktik sederhana seperti bernapas dan tersenyum
sangatlah penting. Mereka dapat mengubah peradaban kita.

Thich Nhat Hanh
(DAMAI DI SETIAP LANGKAH)


Tidak ada komentar: