oleh: YM. Sri Paññavaro Mahathera
Tanggal 11 Juli 1987, kita sekalian
umat Buddha memperingati hari yang amat bersejarah bagi kehidupan umat manusia,
tidak lain adalah hari suci Asadha. Tepat dua bulan setelah mencapai kebuddhaan
yaitu pada saat purnama sidhi di bulan Asadha, yang bersamaan dengan bulan
Juli; Sang Buddha mengajarkan Kebenaran Ariya untuk pertama kalinya. Peristiwa
yang dikenal juga dengan Kotbah Pertama ini terjadi di tamam rusa Isipatana,
dekat kota Benares. Lima orang petapa bekas teman berjuang yang dahulu
meninggalkan Beliau, merupakan orang-orang paling berbahagia yang mendengarkan
Kebenaran untuk pertama kalinya. Mereka itu adalah, Yang Mulia: Kondanna,
Bhaddiya, Vappa, Mahanama, dan Assaji.
Apakah sesungguhnya yang telah Beliau
kumandangkan kepada dunia, pada waktu Beliau
menyampaikan kotbah-Nya yang pertama? Hingga peristiwa itu mempunyai
arti yang amat penting, bahkan mempunyai nilai keramat bagi kemanusiaan. Dalam
kotbah pertama Beliau itulah Beliau menyampaikan hakekat kehidupan umat
manusia, dan tujuan kehidupan ini. Dan lebih dari pada itu, Beliau menunjukkan
Jalan Yang Agung, Yang Suci, untuk membebaskan manusia dari penderitaan dan kemelaratan
batin. Semuanya Beliau simpulkan dalam Empat Kebenaran Ariya yang sangat
terkenal; jantung dan sumber dari seluruh ajaran Beliau.
Sekarang marilah kita tinjau apakah
Kebenaran Ariya yang pertama itu. Kebenaran Ariya pertama adalah kebenaran
tentang adanya derita yang mencengkram kehidupan ini.
Dari lahir sampai akhir hayat kita,
proses jasmani yang melalui usia tua, melewati bermacam-macam penyakit;
semuanya adalah bentuk-bentuk dari derita. Inilah derita secara jasmaniah.
Semua aspek mental yang tidak menyenangkan; sedih, putus-asa, kegagalan,
dan 1001 macam gangguan batin, adalah bentuk-bentuk penderitaan mental kita.
Penderitaan jasmani dan mental ini merupakan penderitaan yang sangat terasa
menyengat hidup kita (dukkha-dukka).
Namun, sesungguhnya apapun juga yang
tunduk pada sifat ketidak-kekalan, yang senantiasa berubah-ubah, yang tidak
pernah memuaskan, adalah derita (viparinama-dukka).
Derita inilah yang pertama-tama
dihadapkan oleh Sang Buddha kepada kita, yang Beliau kumandangkan sebagai
jeritan umat manusia sepanjang masa. Kita tidak boleh menutup mata pada
kebenaran tentang adanya penderitaan dalam kehidupan. Kita harus menghadapi dan
menyadarinya.
Kebenaran Ariya yang kedua adalah
kebenaran tentang sebab timbulnya penderitaan itu. Sebab itu tidak lain adalah
nafsu-nafsu keinginan (tanha).
Nafsu keinginan untuk memuaskan
rangsangan pikiran dan lima pintu-indria kita, adalah sumber derita. Suatu
ketika kekayaan yang dikumpulkan dengan tekun, rumah yang megah bertingkat,
habis musnah, karena masuk ke mata, atau masuk ke mulut, atau ke indria-indria
lainnya. Inilah nafsu keinginnan indria (kama-tanha) yang sangat ganas pada
suatu ketika; merupakan sumber derita yang amat dasyat.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering
muncul nafsu keinginan untuk senang terus; untuk berbahagia terus, untuk muda
terus, untuk hidup terus; dengan bermacam-macam cara ditempuhnya keinginannya
itu. Inipun termasuk nafsu keinginan hidup terus (bhava-tanha), merupakan
sumber penderitaan juga.
Dan, kalau pada suatu ketika usaha
gagal, kalau keluarga tidak harmoni, kalau dikejar-kejar penyesalan; timbullah
keinginan untuk cepat-cepat meninggal, untuk bunuh diri, untuk memusnahkan
hidupnya sendiri; karena beranggapan sesudah kematian tidak ada lagi sesuatu di
baliknya. Ini adalah nafsu-keinginan untuk memuaskan hidup (vibhava-tanha),
yang menjadikan juga sebab timbulnya penderitaan pada kehidupan ini.
Bahkan penderitaan yang kecil-kecil
sampai yang amat mengerikan, seperti misalnya: cekcok rumah-tangga,
pertengkaran, penyelewengan,tindak pidana; sampai peperangan yang menelan
korban ribuan umat manusia. Apakah sebabnya? Dimanakah sumbernya? Tidak lain,
bersumber dari nafsu-nafsu keinginan. Inilah jawaban yang paling tepat.
Apakah yang Beliau sampaikan tentang
Kebenaran Ariya ketiga? Kebenaran Ariya ketiga adalah kebenaran tentang
Kebahagian Tertinggi yang mampu dicapai oleh setiap orang. Bila mereka mau, dan
mau berusaha dengan tekun, dengan penuh semangat, untuk melenyapkan sebab-sebab
penderitaan itu secara mutlak.
Kebenaran Ariya keempat menuntut
penghayatan dari setiap orang. Karena Kebenaran Ariya keempat ini adalah Jalan
Agung, Jalan Yang Ampuh untuk melenyapkan sebab-sebab penderitaan. Hingga
mereka yang menghayatinya pasti mencapai Kebahagian Tertinggi atau Nibbana.
Jalan Keramat itu sesungguhnya hanyalah satu, namun terdiri dari delapan unsur
yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu dari yang lainnya. Jalan berunsur delapan
ini disebut juga Jalan Tengah. Karena Jalan ini tidak berkompromi dengan
pendapat yang menganggap bahwa dengan memenuhi nafsu-nafsu indria kebahagian
sejati bisa dicapai; dan juga jalan ini tidak berkompromi dengan pendapat
yang mengatakan bahwa dengan menyakiti
atau menyiksa badan jasmani, kebahagiaan bisa dicapai.
Setiap orang yang melangkahkan kaki di
atas Jalan Tengah Keramat harus mengembangkan tiga latihan, yaitu:
1. SÎLA
Sila adalah latihan dari: Ucapan benar,
perbuatan benar, dan mata-pencaharian benar. Sila adalah menjaga dan
mengendalikan pintu-pintu indria kita. Bila Saudara hidup dengan mempunyai sila
yang baik, Saudara menjadi pengawas bagi hidup Saudara sendiri.
2. SAMÂDHI
Samadhi berarti: mengembangkan semua
perbuatan baik. Berusaha mengerjakan segala sesuatu yang bertalian dengan
kebaikan, dengan penuh perhatian dan kesadaran. Berjuang sungguh-sungguh
membangun keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. Inilah arti dari mengembangkan
latihan Samadhi. Dengan latihan Samadhi, Saudara akan menjadi manusia pembangun
yang sejati.
3. PAÑÑA
Mengembangkan Pañña berarti: mengembangkan
kebijaksanaan; yaitu dengan jalan memupuk pengertian yang benar tentang
kehidupan ini, dan menjaga pikiran dari timbulnya keserakahan, kekejaman, dan
kekerasan. Mengetahui antara yang benar dan yang tidak benar. Antara yang
berguna dan yang tidak berguna. Menyadari bahwa tugas kita belum selesai, kita
harus berjuang dengan tekun, dengan gigih, dan ulet. Inilah ynga disebut dengan
kebijaksanaan.
Latihan dari ketiganya: Sîla, Samâdhi,
dan Kebijaksanaan, adalah latihan melaksanakan Jalan Tengah Keramat yang
membawa terbebasnya hidup kita masing-masing dari cengkeraman derita, baik
lahir maupun batin.
Makna kotbah pertama yang disampaikan
oleh Sang Buddha pada hari suci Purnama Siddhi Asadha lebih dari 2500 tahun
yang lalu, tetap bergema, tetap segar dan menjiwai hidup kita, laksana
terbitnya matahari kemanusiaan.***
Sumber :
KUMPULAN DHAMMADESANA Jilid 1; Sri Paññavaro Thera; 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar