Kelompok Sebelas
207. Meditasi Keturunan Murni
Pada
suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Natika di Aula Batu Bata. Kemudian Y.M.
Sandha menghampiri Yang Terberkahi … dan Yang Terberkahi berkata kepadanya:
“Bermeditasilah
dengan perenungan yang dilakukan oleh kuda keturunan murni, Sandha. Janganlah
bermeditasi dengan perenungan kuda jantan liar.”
“Dan
bagaimana, Sandha, kuda jantan liar bermeditasi? Ketika diikat di dekat palung
makanan, seekor kuda jantan liar merenung, ‘Makanan! Makanan!’ Karena apa?
Karena pada saat seekor kuda jantan liar diikat di dekat palung makanan, tidak
muncul di dalam pikirannya, ‘Tugas apa yang akan diberikan oleh pelatihku hari
ini, dan apa yang dapat kulakukan untuknya sebagai balasan?’ Dia hanya
merenung: ‘Makanan! Makanan!’ Demikian juga, Sandha, manusia yang seperti kuda
jantan liar, ketika pergi ke hutan, ke bawah pohon atau ke gubug kosong, dia
berdiam dengan pikiran yang dikuasai dan dihimpit oleh nafsu sensual. Dan dia
tidak memahami bahwa meditasi memang benar-benar merupakan jalan keluar dari
nafsu sensual. Dengan memupuk nafsu sensual di dalam diri, dia bermeditasi
hilir mudik, bermeditasi ke sana kemari.1 Seperti itu juga, dia
berdiam dengan pikiran yang dikuasai dan dihimpit oleh niat jahat, kelambanan
dan kemalasan, kegelisahan dan kecemasan, serta keraguan, dan tidak memahami
jalan keluar dari semua itu. Dengan memupuk semua itu di dalam diri, dia
bermeditasi hilir mudik, bermeditasi ke sana kemari. Dia bermeditasi bergantung
pada tanah, bergantung pada air, bergantung pada api, bergantung pada udara,
bergantung pada landasan ketakterbatasan ruang, bergantung pada landasan
ketakterbatasan kesadaran, bergantung pada landasan ketiadaan, bergantung pada
landasan bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi, bergantung pada dunia ini,
bergantung pada dunia lain, bergantung pada apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, disadari, diraih, dicari dan diperiksa oleh pikiran.2 Demikianlah
meditasi manusia yang seperti kuda jantan liar.
“Dan
bagaimana, Sandha, manusia yang seperti kuda keturunan murni bermeditasi?
Ketika seekor kuda keturunan murni yang baik diikat di dekat palung makanan,
dia tidak merenung, ‘Makanan! Makanan!’ Karena apa? Karena pada saat seekor
kuda keturunan murni diikat di dekat palung makanan, muncul di dalam
pikirannya, ‘Tugas apa yang akan diberikan oleh pelatihku hari ini, dan apa
yang dapat kulakukan untuknya sebagai balasan?’ Dia tidak merenung, ‘Makanan!
Makanan!’ Karena itu, kuda keturunan murni yang bagus menganggap penggunaan
tongkat sebagai hutang, ikatan, denda dan kerugian. Demikian juga, Sandha,
manusia yang seperti kuda keturunan murni, ketika pergi ke hutan, ke bawah
pohon atau ke gubug kosong, dia tidak berdiam dengan pikiran yang dikuasai dan
dihimpit oleh nafsu sensual. Dan dia memahami sebagaimana adanya jalan keluar
dari nafsu sensual yang muncul. Seperti itu juga, dia tidak bermeditasi dengan
pikiran yang dikuasai dan dihimpit oleh niat jahat, kelambanan dan kemalasan,
kegelisahan dan kecemasan, serta keraguan, dan dia memahami sebagaimana adanya
jalan keluar dari semua itu. Dia tidak bermeditasi bergantung pada tanah …
bergantung pada apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disadari, diraih, dicari
dan diperiksa oleh pikiran, namun dia toh tetap bermeditasi.3
“Ketika
dia bermeditasi seperti ini, para dewa bersama dengan Indra, Brahma dan
Pajapati memujanya dari jauh, dan berkata:4
Hormat
bagimu, O manusia keturunan murni!
Hormat bagimu, O manusia agung!
Kami sendiri tidak memahami Engkau bermeditasi bergantung pada apa. “‘Ketika Yang Terberkahi selesai berbicara, Y.M. Sandha berkata pada Beliau: “Tetapi bagaimana, Bhante, manusia keturunan murni yang baik bermeditasi? Jika dia tidak bermeditasi bergantung pada tanah atau pada apa pun namun dia toh tetap bermeditasi, bagaimana dia bermeditasi sehingga para dewa memujanya dari jauh?”
Hormat bagimu, O manusia agung!
Kami sendiri tidak memahami Engkau bermeditasi bergantung pada apa. “‘Ketika Yang Terberkahi selesai berbicara, Y.M. Sandha berkata pada Beliau: “Tetapi bagaimana, Bhante, manusia keturunan murni yang baik bermeditasi? Jika dia tidak bermeditasi bergantung pada tanah atau pada apa pun namun dia toh tetap bermeditasi, bagaimana dia bermeditasi sehingga para dewa memujanya dari jauh?”
“Di
sini, Sandha, bagi manusia keturunan murni yang baik, persepsi tentang tanah
telah hilang sehubungan dengan tanah,5 persepsi tentang air
telah hilang sehubungan dengan air, persepsi tentang api telah hilang
sehubungan dengan api, persepsi tentang udara telah hilang sehubungan dengan
udara, persepsi tentang landasan ketakterbatasan ruang … landasan
ketakterbatasan kesadaran … landasan ketiadaan … landasan
bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi telah hilang sehubungan dengan landasan
bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi … persepsi tentang dunia ini telah
hilang sehubungan dengan dunia ini … persepsi tentang dunia lain telah hilang
sehubungan dengan dunia lain … persepsi tentang apa pun yang dilihat, didengar,
dirasakan dan disadari telah hilang di sana. Dengan bermeditasi seperti ini,
Sandha, manusia keturunan murni yang baik tidak bermeditasi bergantung pada
tanah atau bergantung pada hal-hal lain, namun dia toh tetap bermeditasi. Dan
karena dia bermeditasi dengan cara ini, para dewa bersama Indra, Brahma dan
Pajapati memujanya dari jauh, dengan berkata:
Hormat
bagimu, O manusia keturunan murni!
Hormat bagimu, O manusia agung!
Kami sendiri tidak memahami Engkau bermeditasi bergantung pada apa. “‘
Hormat bagimu, O manusia agung!
Kami sendiri tidak memahami Engkau bermeditasi bergantung pada apa. “‘
(XI, 10)
208. Berkah-berkah Cinta
Kasih
Jika, O
para bhikkhu, pembebasan pikiran dengan cinta kasih dikembangkan dan
ditumbuhkan, sering dilatih, dijadikan kendaraan dan landasan seseorang,
ditegakkan dengan mantap, disatukan, dan dijalankan dengan tepat, maka sebelas
berkah bisa diharapkan. Apakah yang sebelas itu?
Dia
tidur dengan tenang; dia tidak bermimpi buruk; dia dicintai oleh manusia; dia
dicintai oleh makhluk bukan-manusia; dia akan dilindungi oleh para dewa; api,
racun dan senjata tidak bisa melukainya; pikirannya mudah terkonsentrasi; kulit
wajahnya jernih; dia akan meninggal dengan tidak bingung; dan jika tidak
menembus lebih tinggi, dia akan terlahir kembali di alam Brahma.6
(XI,
16)
Catatan
1 Lihat Teks 125 dan
Bab VI, no. 21. Lima hal yang “dipupuk di dalam diri” adalah lima penghalang.
2 AA berkata bahwa
untuk bermeditasi “bergantung pada” (nissaya) sesuatu berarti
bermeditasi dengan kemelekatan pada pencapaian meditasi. Deretan hal-hal yang
ada ini sesuai dengan Teks 184, yang ditegaskan oleh pengulangan “apa yang
dilihat, didengar, dirasakan, disadari”. Semuanya dikelompokkan menjadi satu
untuk memperoleh sebelas hal yang dibutuhkan untuk bab ini.
3 AA: “‘Dia tidak
bermeditasi bergantung pada tanah’: dia tidak bermeditasi dengan persepsi empat
jhana yang mengambil tanah sebagai objeknya, karena tidak adanya kemelekatan
pada kenikmatan pencapaian. ‘Tetapi toh dia tetap bermeditasi’: dia bermeditasi
di dalam pencapaian buah yang mempunyai Nibbana sebagai objeknya.”
4 Indra, Brahma dan
Pajapati adalah dewa-dewa Veda tua yang diambil menjadi kelompok dewa Buddhis.
Di sini mereka ditunjukkan sebagai makhluk di bawah Arahat, dan mereka tidak
dapat memahami pikiran Arahat.
5 Pathaviyam
pathavisañña vibhuta hoti. AA menjelaskan vibhuta di sini berarti ‘jelas’ (pakata).
Dikatakan: “Persepsi tentang empat jhana yang muncul dengan tanah, dsb. sebagai
objek telah menjadi jelas karena semuanya telah dilihat dengan pandangan terang
sebagai tidak kekal, menderita, dan tanpa diri; transendensi ini terjadi karena
praktek pandangan terang. Jadi dia bermeditasi di dalam pencapaian buah yang
telah dicapai lewat rangkaian kebijaksanaan.”
Penjelasan
ini meragukan, karena di dalam semua Nikaya tampaknya vibhuta selalu
berarti “lenyap, hilang”. Lihat ekpresi vibhutasaññi di Sn
874, dan vibhutarupasaññissa di Sn 1113; di dua contoh ituvibhuta hanya
dapat berarti “lenyap”, dan tampaknya tidak ada alasan yang memaksa untuk
mengartikannya secara lain. Lagi pula, terjemahan ini secara sempurna konsisten
dengan pengertian Teks 184.
6 Manfaat-manfaat ini
dijelaskan di Vism IX, 59-76
Tidak ada komentar:
Posting Komentar