Heart and Mind
Hati dan Pikiran
30
Only one book is worth reading: the
heart.
Hanya ada satu buku yang patut
dibaca: hati.
31
The Buddha taught us that whatever
makes the mind distressed in our practice hits home. Defilements are
distressed. It’s not that the mind is distressed! We don’t know what our minds
and defilements are. Whatever we aren’t satisfied with, we just don’t want
anything to do with it. Our way of life is not difficult. What’s difficult is
not being satisfied, not agreeing with it. Our defilements are the difficulty.
Buddha mengajarkan kita bahwa apapun
yang membuat pikiran kita menderita di dalam
latihan artinya mengenai sasaran.
Kekotoran batin adalah penderitaan. Bukan pikiran
yang menderita! Kita tidak tahu apa
isi pikiran dan kekotoran batin kita. Terhadap
apapun yang kita rasa tidak puas,
kita tidak akan mau berurusan lagi dengan hal itu.
Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah
sulit. Yang sulit adalah menjadi orang yang tidak
puas, tidak bisa menerima. Kekotoran
batin adalah kesulitan yang sebenarnya.
32
The world is in a very feverish state.
The mind changes from like to dislike with the feverishness of the world. If we
can learn to make the mind still, it will be the greatest help to the world.
Dunia berada dalam bagian yang
sangat tergesa-gesa. Pikiran berubah dari suka
menjadi tidak suka dengan segala
tergesa-gesaan yang ada di dunia. Jika kita bisa
belajar untuk membuat pikiran
tenang, itu akan menjadi bantuan yang sangat hebat bagi dunia.
33
If your mind is happy, then you are
happy anywhere you go. When wisdom awakens within you, you will see Truth
wherever you look. Truth us all there is. It’s like when you’ve learned how to
read - you can then read anywhere you go.
Bila pikiran Anda senang, maka Anda
pun akan senang kemana pun Anda pergi. Ketika
kebijaksanaan muncul dalam diri
Anda, Anda akan menemukan kebenaran kemana pun
Anda melihat. Kebenaran itu ada
dimana-mana. Sama halnya bila Anda telah belajar
membaca,
Anda dapat membaca dimana saja
34
If you’re allergic to one place, you’ll
be allergic to every place. But it’s not the place outside you that’s causing
you trouble. It’s the "place" inside you.
Jika Anda merasa alergi pada ke
suatu tempat, Anda akan merasa alergi di semua
tempat. Namun bukan tempat di luar
Anda yang menyebabkan masalah, melainkan
“tempat” di dalam Anda.
35
Look at you own mind. The one who
carries things thinks he’s got things, but the one who looks on only sees the
heaviness. Throw away things, lose them, and find lightness.
Lihatlah pikiran Anda sendiri. Orang
yang membawa benda mengira dia mempunyai
benda, tetapi orang yang melihatnya
hanya melihat beban berat. Buanglah seluruh
benda, hilangkan, dan temukan
keringanan.
36
The mind is intrinsically tranquil. Out
of this tranquility, anxiety and confusion are born. If one sees and knows this
confusion, then the mind is tranquil once more.
Pada hakikatnya, pikiran itu tenang.
Di luar ketenangan ini, kegelisahan dan keraguan
muncul. Jika seseorang melihat dan
mengetahui adanya keraguan, maka pikiran
menjadi tenang lagi.
37
Buddhism is a religion of the heart.
Only this. One who practices to develop the heart is one who practices
Buddhism.
Agama Buddha adalah agama hati.
Hanya itu. Seseorang yang melatih hatinya adalah
orang yang melatih ajaran Buddha.
38
When the light is dim, it isn’t easy to
see the old spider webs in the corners of the room. But when the light is
bright, you can see them clearly and then be able to take them down. When your
mind is bright, you’ll be able to see your defilements clearly, too, and clean
them away.
Ketika cahaya redup, tidaklah mudah
untuk menemukan jaring laba-laba tua di sudut
ruangan. Tetapi ketika cahaya
terang, Anda dapat melihatnya dengan jelas dan dapat
membersihkannya. Ketika pikiran Anda
terang, Anda akan dapat melihat kekotoran
batin dengan jelas, dan juga
membersihkannya.
39
Strengthening the mind is not done by
making it move around as is done to strengthen the body, but by bringing the
mind to a halt, bringing it to rest.
Menguatkan pikiran tidak dapat
dilakukan dengan mengerakkannya seperti menguatkan
tubuh, tetapi dengan membuatnya
diam, beristirahat.
40
Because people don’t see themselves,
they can commit all sorts of bad deeds. They don’t look at their own minds.
When people are going to do something bad, they have to look around first to
see if anyone is looking: "Will my mother see me?" "Will my
husband see me?" "Will my children see me?" "Will my wife
see me?" If there’s no one watching, then they go right ahead and do it.
This is insulting themselves. They say no one is watching, so they quickly
finish their bad deed before anyone will see. And what about themselves? Aren’t
they a "somebody" watching?
Karena orang tidak melihat dirinya
sendiri, mereka bisa melakukan segala jenis
perbuatan buruk. Mereka tidak
melihat pikirannya sendiri. Ketika orang akan
melakukan perbuatan buruk, mereka
akan memastikan ke sekeliling dahulu untuk
melihat apakah ada orang lain yang
melihat: “Apakah ibu saya akan melihat?” “Apakah
suami saya akan melihat?” “Apakah
anak-anak akan melihat?” “Apakah istri saya akan
melihat?” Bila tidak ada yang
melihat, maka mereka akan melakukan perbuatan
buruknya. Ini namanya mempermalukan
diri sendiri. Mereka mengatakan tidak ada
yang melihat, jadi mereka segera
menyelesaikan perbuatan buruknya sebelum orang
lain melihat. Dan bagaimana dengan
dirinya sendiri?
Bukankah ada “seseorang” yang memperhatikan?
41
Use your heart to listen to the
Teachings, not your ears.
Gunakan hatimu untuk mendengarkan
ajaran, bukan telingamu.
42
There are those who do battle with
their defilements and conquer them. This is called fighting inwardly. Those who
fight outwardly take hold of bombs and guns to throw and to shoot. They conquer
and are conquered. Conquering others is the way of the world. In the practice
of Dhamma we don’t have to fight others, but instead conquer your own minds,
patiently resisting all our moods.
Ada orang yang melakukan perang
terhadap kekotoran batinnya sendiri dan
menaklukkannya. Ini namanya perang
batin. Mereka yang berperang secara fisik,
mengambil bom dan pistol untuk
dilempar dan ditembak. Mereka menaklukkan dan
ditaklukkan. Menaklukkan orang lain
adalah jalan dunia ini. Dalam melaksanakan
Dhamma kita tidak perlu berperang
dengan orang lain, melainkan menaklukkan pikiran
sendiri, dengan sabar menyingkirkan
semua suasana hati.
43
Where does rain come from? It comes
from all the dirty water that evaporates from the earth, like urine and the
water you throw out after washing your feet. Isn’t it wonderful how the sky can
take that dirty water and change it into pure, clean water? Your mind can do
the same with your defilements if you let it.
Dari mana hujan datang? Hujan datang
dari semua air kotor yang menguap dari bumi,
seperti air seni dan air yang Anda
buang setelah membersihkan kaki. Bukankah
mengagumkan, bagaimana langit dapat
mengambil air kotor dan mengubahnya menjadi
air murni, air bersih? Pikiran Anda
dapat melakukan hal yang sama terhadap kekotoran
batin bila Anda membiarkannya
bertindak.
44
The Buddha said to judge only yourself,
and not to judge others, no matter how good or evil they may be. The Buddha
merely points out the way, saying, "The truth is like this." Now, is
our mind like that or not?
Sang Buddha berkata untuk hanya
menilai diri sendiri dan tidak menilai orang lain,
tidak peduli seberapa pun baik atau
buruknya orang tersebut. Sang Buddha
menunjukkan hal ini dengan berkata,
“Kebenaran adalah seperti ini.” Sekarang, apakah
pikiranmu seperti itu atau tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar