Oleh : Venerable
Ajahn Chah
"Latihan
kita disini bukanlah untuk menggengam apapun," Ajahn Chah memberitahu
seorang bhikkhu baru.
"Tapi
bukankah kadang-kadang kita perlu untuk memegang beberapa hal?", protes
bhikkhu itu.
"Dengan tangan,
ya, tapi tidak dengan hati" jawab Gurunya kembali.
"Ketika hati
menggenggam sesuatu yang menyakitkan, ia seperti terpatuk ular. Dan melalui
nafsu keinginan, ia menggenggam yang menyenangkan, itu sama halnya dengan
memegang ekor ular. Hanya butuh waktu sebentar bagi kepala ular untuk berbalik
dan mematukmu".
"Buatlah
ketiada-melekatan dan perhatian murni ini sebagai penjaga hatimu, seperti orang
tua. Kemudian kesukaan dan ketidak-sukaanmu akan memanggil-manggilmu seperti
anak-anak. Saya tidak suka itu Ma....Saya mau yang itu lagi Pa....Tersenyum
sajalah dan berkatalah, 'Tentu, nak....'. 'Tapi, Ma...saya benar-benar ingin
seekor gajah'. 'Tentu nak....'. 'Saya ingin permen.
Bolehkah kita
naik pesawat udara?' Tidak akan ada masalah bila Anda dapat membiarkan mereka
datang dan pergi tanpa menggenggam".
Sesuatu datang
pada indriya-indriya; suka atau tidak suka muncul; disanalah timbul khayalan.
Akan tetapi dengan perhatian murni, kebijaksanaan bisa muncul dari pengalaman
yang sama.
Jangan takut pada
tempat-tempat dimana banyak hal dapat mengadakan kontak dengan
indriya-indriyamu, jika Anda memang harus berada disitu. Mencapai penerangan,
tidak mesti bisu dan tuli. Dengan merafal japa setiap saat untuk mencegah
terjadinya suatu hal, Anda malahan bisa tertabrak mobil. Waspada saja dan
jangan terpedaya. Ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menyenangkan,
katakan pada diri sendiri, "Tidak benar". Ketika yang lain mengatakan
bahwa sesuatu itu lezat, katakan pada diri sendiri, "Tidak, itu tidak
benar". Jangan terperangkap dalam kemelekatan pada dunia ini atau pada
penilaian yang relatif.
Sumber Buku :
"Telaga Hutan Yang Hening"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar