Rabu, 02 November 2011

Berkah Dan Nasib





1. Bagaimana pendapat agama Buddha mengenai jimat dan ramalan nasib?
Sang Buddha menganggap praktik seperti peramalan nasib, pemakaian jimat perlindungan, pernujuman, penentuan hari baik, penentuan lokasi bangunan secara magis, dan sebangsanya, sebagai ketakhayulan yang tak bermanfaat. Beliau tidak pernah menganjurkan para siswa-Nya untuk melakukan praktik semacam itu. Beliau menamakan hal-hal di atas sebagai "Seni Rendah".
"Banyak orang beragama mengandalkan penghidupannya dari budaya-budaya rendah, dengan mata pencaharian yang salah, seperti meramalkan nasib orang, meramalkan pertanda-pertanda, menafsirkan mimpi... membawa nasib baik atau nasib buruk..., memohon-mohon pada dewi keberuntungan..., menentukan temoat keberuntungan untuk mendirikan bangunan, pertapa Gotama menolak seni rendah semacam ini, menilainya sebagai cara penghidupan yang salah"(DI 9-12) 

2. Mengapa orang kadang-kadang mempraktikkan, bahkan mempercayai hal-hal tersebut?
Karena ketamakan, ketakutan dan kebodohan batin. Begitu seseorang memahami ajaran Buddha, dia akan sadar bahwa kesucian pikiran dapat menjadi pelindung yang lebih baik dibandingkan secarik kertas, sebutir peluru, serangkaian tulisan, dan dia tidak lagi menggantungkan nasibnya pada hal-hal semacam itu. Dalam ajaran Buddha, adalah ketulusan, kebajikan, pengertian, kesabaran, kemurahan hati, kesetiaan, dan kebijaksanaan, yang benar-benar dapat memberikan kesejahteraan sejati.

3. Tapi ada jimat keberuntungan yang terbukti khasiatnya.
Saya tahu ada orang yang pencahariannya menjual jimat keberuntungan. Dia bilang bahwa jimatnya dapat membawa berjah dan kemakmuran. Tapi kalau yang dikatakannya benar, mengapa dia tidak menjadikan dirinya sendiri seorang multi jutawan? Klaau jimatnya benar berkhasiat, mengapa dia tidak menang undian setiap minggu? Keberuntungan yang dia miliki hanyalah bahwa ternyata ada orang-orang bodoh yang mau membeli jimatnya.

4. Tadi, apakah ada yang disebut keberuntungan?
Keberuntungan didefinisikan sebagai kepercayaan bahwa apapun yang terjadi pada seseorang dalam suatu peristiwa baik atau buruk disebabkan karena kebetulan, nasib atau untung-untungan. Sang Buddha sama sekali menyangkal kepercayaan tersebut. Segala sesuatu yang terjadi pasti ada mempunyai satu atau lebih penyebab, dan pasti ada hubungan antara penyebab dan akibatnya. Sebagai contoh, jatuh sakit pasti punya sebab tertentu, salah satu kemungkinan seseorang telah dimasuki kuman dan tubuhnya harus cukup lemah bagi si kuman untuk bisa berkembang di situ. Ada hubungan tertentu antara penyebab (kuman dan tubuh yang lemah) dan akibat (jatuh sakit). Kita tahu bahwa kuman menyerang bagian tubuh orang itu dan menimbulkan sakit. Tapi bukankah tidak ada hubungan sebab-akibat antara penggunaan selembar kertas yang bertulisan di atasnya (kertas jimat) dan keadaan menjadi kaya atau lulus ujian.

Agama Buddha mengajarkan bahwa apapun yang terjadi pasti karena suatu sebab atau sebab-sebab, dan tidak disebabkan karena kebetulan, nasib, atua ungung-untungan. Orang yang tertarik pad keberuntungan selalu mencoba untuk mendapatkan sesuatu, biasanya banyak rezeki atau kesehatan. Sang Buddha mengajarkan bahwa mengembangkan hati dan pikiran adalah jauh lebih bermanfaat. Dalam salah satu kotbahNya yang terkenal, Sang Buddha melantunkan:

"Memiliki pengetahuan luas dan kepiawaian,
terlatih baik dalam tata tertib,
ramah tamah dalam berucap;
inilah Berkah Utama.

Merawat ayah ibu,
menyokong anak dan istri,
bekerja tak terbengkalai;
inilah Berkah Utama.

Berdana, berperilaku sesuai dengan Dhamma,
menyokong sanak keluarga,
berkarya tanpa cela;
inilah Berkah Utama.

Berpantang berbuat kejahatan,
menghindari barang memabukkan,
bertekun melaksanaan Dhamma;
inilah Berkah Utama.

Menghormat, bersikap rendah hati,
merasa puas, tahu kebajikan orang lain,
mendengarkan Dhamam tepat pada waktunya;
inilah Berkah Utama.

Bersemangat, menjalani hidup suci,
melihat Kesunyataan Mulia,
menembus Nibbana;
inilah Berkah Utama.

Kendati berhubungan dengan hal-hal duniawi,
batin tak tergoyahkan,
batin tak bersedih, tak bernoda, merasa aman;
inilah Berkah Utama.

Dengan melaksanakan hal-hal ini
makhluk hidup dak akan terkalahkan di manapun,
dan pergi kemanapun niscaya selamat;
inilah Berkah Utama bagi mereka." (Sn 261-268)

Tidak ada komentar: