Dua khotbah mengenai berbagai pokok ajaran.
Pada bagian yang belakangan, Sang Buddha menguraikan kesederhanaan makanan dari
para pertapa, yang juga dilaksanakannya. Uraian ini terdapat pula pada No. 36
dalam cerita mengenai pengekangan-pengekangan sebelum beliau mencapai
penerangan agung.
(Cula Sihanada sutta)
Pada suatu ketika Sang Bhagava
berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava
berkata : "Para bhikkhu."
"Ya,
Bhante," jawab mereka. Selanjutnya Sang Bhagava berkata: "Para
bhikkhu, hanya di sini ada samana, hanya di sini ada samana kedua, hanya di
sini ada samana ketiga dan hanya di sini ada samana keempat. Dalam ajaran yang
lain tidak ada samana; beginilah hal itu harus diraungkan (sihanada).
(Dalam hal ini, kata
samana = sotapanna, samana kedua = sakadagami, samana ketiga = anagami, samana
keempat = arahat)
Mungkin para pertapa
dari sekte lain bertanya: 'Apakah sebabnya maka anda mengatakan demikian?'
Pertanyaan itu harus dijawab: 'Saudara, empat dhamma telah dinyatakan oleh Sang
Bhagava, yaitu:
Kami yakin pada guru (Sang Buddha).
Kami yakin kepada Dhamma.
Kami memiliki sila yang sempurna.
Kami mencintai saudara-saudara
pelaksana dhamma (sahadhammika) apakah mereka umat awam atau pabbaja.
Berdasarkan hal-hal itu kami
menyatakan begitu.'
Namun, para pertapa
dari sekte yang lain dapat berkata: 'Kami juga yakin kepada guru, yaitu guru
kami; kepada dhamma yaitu dhamma kami; sila kami sempurna, sesuai dengan sila
kami dan kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai
umat awam atau pabbaja. Apakah perbedaannya?'
Hal itu harus dijawab
dengan bertanya: 'Apakah tujuannya hanya satu atau banyak?' Mereka akan
menjawab dengan benar: 'Tujuan hanya satu.'
'Apakah tujuan itu
bebas nafsu, kebencian, kebodohan, keinginan dan kemelekatan?'
'Ya, tujuan itu bebas
dari nafsu ... kemelekatan.'
'Apakah tujuan itu
disertai penglihatan, tanpa pro dan kontra, maupun perbedaan?'
'Ya, tujuan itu
disertai penglihatan, tanpa pro dan kontra, maupun perbedaan,' jawab mereka
dengan benar.
Ada dua ditthi
(pandangan) yaitu bhava ditthi (pandangan tentang ada makhluk) dan vibhava
ditthi (pandangan tanpa ada mahluk).
Para samana atau brahmana yang
berpaham bhava ditthi menentang paham vibhava ditthi.
Para samana atau brahmana yang
berpaham vibhava ditthi menentang paham bhava ditthi.
Para samana dan
brahmana yang tidak mengerti sebagaimana apa adanya tentang asal mula,
lenyapnya, kesenangan, bahaya dan jalan keluar dari dua ditthi (pandangan) itu
adalah diliputi oleh nafsu, kebencian, kebodohan, keinginan, kemelekatan, tanpa
penglihatan, terlibat dalam pro dan kontra, menyenangi dan menikmati perbedaan.
Mereka tidak dapat bebas dari kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan,
ratap-tangis, kesakitan, duka-cita dan putus asa. Mereka tidak dapat terbebas dari dukkha (penderitaan).
Para samana dan
brahmana yang mengerti sebagaimana apa adanya tentang asal mula ... tidak
diliputi oleh nafsu ... berpenglihatan, tidak terlibat dalam pro dan kontra,
tidak menyenangi dan tidak menikmati perbedaan. Mereka dapat bebas dari kelahiran
... dan putus asa. Mereka dapat terbebas dari dukkha.
Ada empat macam
kemelekatan (upadana):
Kemelekatan
pada nafsu indera (kama-upadana).
Kemelekatan
pada pandangan salah (ditthi-upadana).
Kemelekatan
pada upacara dan ritual (silabbata-upadana).
Kemelekatan
pada pandangan adanya jiwa yang kekal (Artavada-upadana).
Ada samana dan
brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi
tidak rinci menerangkan 'pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan' itu.
Mereka menerangkan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera,
tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan
pada upacara dan ritual, maupun kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang
kekal. Karena mereka itu tidak mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya
tentang tiga kemelekatan itu. Akibatnya mereka itu menyatakan berpengetahuan
jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang
pengetahuan jelas yang berkenaan dengan nafsu indera, tanpa menerangkan tiga
kemelekatan yang lain.
Ada pertapa dan
brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, ...
Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu
indera dan kemelekatan pada pandangan salah, tetapi tanpa menerangkan tentang
kemelekatan pada upacara dan ritual serta kemelekatan apa pandangan adanya jiwa
yang kekal. Karena mereka tidak mengerti ....
Ada pertapa dan
brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, ...
Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu
indera, kemelekatan pada pandangan salah dan kemelekatan pada upacara serta
ritual, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan adanya jiwa
yang kekal. Karena mereka tidak mengerti ....
Dalam 'dhammavinaya'
seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma, namun
tidak terarah dengan benar; pelaksanaan sila sempurna tidak terarah dengan
benar; mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam
atau pabbaja juga tidak terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena
dhammavinaya itu salah diuraikan, salah dinyatakan, tanpa tujuan, tidak
mengarah ke kedamaian dan dibabarkan oleh bukan Samma Sambuddha. Ketika
Tathagata, Arahat Samma Sambuddha membabarkan pengetahuan jelas tentang semua
macam kemelekatan, ia dengan sempurna menguraikan semua macam kemelekatan,
yaitu: kemelekatan pada nafsu indera, pada pandangan salah, pada upacara dan
ritual serta adanya jiwa yang kekal.
Dalam 'dhammavinaya'
seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma yang
terarah dengan benar, pelaksanaan sila sempurna yang terarah dengan benar,
mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau
pabbaja yang terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena 'dhammavinaya' itu
benar diuraikan, benar dinyatakan, bertujuan, mengarah ke kedamaian dan
dibabarkan oleh Samma Sambuddha.
Apakah sumber, asal
mula, tempat kelahiran dan yang memproduksi empat kemelekatan?
Empat kemelekatan ini
bersumber pada keinginan (tanha), berasal mula dari keinginan, lahir dari
keinginan dan diproduksi oleh keinginan.
Apakah sumber
keinginan?
Keinginan bersumber
dari perasaan (vedana) ... diproduksi oleh perasaan.
Apakah sumber
perasaan?
Perasaan bersumber
mula dari kontak (phassa) ... diproduksi oleh kontak.
Apakah sumber kontak?
Kontak bersumber dari
enam indera (salayatana) ... diproduksi oleh enam indera.
Apakah sumber enam
indera?
Enam indera bersumber
dari batin dan jasmani (nama-rupa), berasal mula dari batin dan jasmani,
dilahirkan oleh batin dan jasmani, serta diproduksi oleh batin dan jasmani.
Apakah sumber batin
dan jasmani?
Batin dan jasmani
bersumber dari kesadaran (vinnana) ... diproduksi oleh kesadaran.
Apakah sumber
kesadaran?
Kesadaran bersumber
dari bentuk-bentuk kamma (sankhara) ... diproduksi oleh fenomena.
Apakah sumber
bentuk-bentuk kamma?
Bentuk-bentuk kamma
bersumber dari kebodohan (avijja), ... diproduksi oleh kebodohan.
Segera setelah
kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, maka ia tidak
lagi melekat pada nafsu indera, pandangan salah, pada upacara dan ritual serta
pandangan tentang adanya jiwa yang kekal. Ketika tidak ada kemelekatan, maka ia
tidak menderita. Ketika ia tidak menderita maka ia mencapai nibbana: kelahiran
telah lenyap, kehidupan suci telah dicapai, apa yang harus dikerjakan telah
dilaksanakan, tidak ada sesuatu melebihi ini.
(Maha
Sinahanda)
Pada suatu ketika Sang Bhagava
sedang berada di hutan kecil, yang terletak di sebelah barat dari kota Vesali.
Pada ketika itu
Sunakkhatta Licchaviputta baru saja meninggalkan Dhamma dan Vinaya. Ia membuat
pernyataan ini di hadapan kelompok orang Vesali: "Petapa Gotama tidak
memiliki nilai-nilai yang patut bagi pengetahuan maupun pandangan ariya suci
yang lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa (uttari manussadhamma).
Petapa Gotama mengajarkan Dhamma sekedar menjejali pikiran manusia, mengikuti
keingintahuan-Nya sendiri sebagaimana yang terjadi pada diri-Nya, siapapun yang
diajarkan Dhamma demi kepentingannya itu hanya membawa langsung pada
penghentian penderitaan dalam dirinya ketika ia melaksanakan-Nya, namun tidak
untuk hal-hal lainnya."
Kemudian, ketika
menjelang pagi, Bhikkhu Sariputta mengenakan jubah dan dengan membawa mangkok
serta jubah beliau menuju ke Vesali untuk menerima dana makanan. Kemudian
beliau mendengar tentang apa yang dikatakan oleh Sunakkhatta Licchaviputta.
Ketika beliau selesai
berpindapata di Vesali dan kembali dari menerima dana makanan, setelah
bersantap, beliau menemui pada Sang Bhagava, dan setelah memberi hormat
pada-Nya, beliau duduk pada satu sisi. Setelah melakukan hal itu, beliau
mengatakan pada Sang Bhagava apa yang telah terjadi.
"Sariputta, orang
bodoh bernama Sunakkhata sedang marah, dan kata-katanya diucapkan berdasarkan
pada kemarahan. Dengan berpikir untuk menghina Tathagata, namun ia sebenarnya
memuji Sang Tathagata; karena merupakan suatu pujian terhadap Sang Tathagata
dengan mengatakan tentang dirinya, karena siapapun yang diajari Dhamma adalah
bagi kepentingannya, ajaran itu (hanya) mengarah langsung pada penghentian
penderitaan dalam diri yang melaksanakannya.
Sariputta, orang bodoh
bernama Sunakkhatta ini tidak pernah akan dapat menjatuhkan martabat-Ku, karena
menurut Dhamma dengan: 'Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci, Yang Telah
Mencapai Penerangan Sempurna, Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya,
Sempurna menempuh Jalan, Pengenal segenap alam, Pembimbing manusia yang tiada
taranya, Guru para dewa dan manusia, Yang Sadar dan Yang Mulia.'
Juga ia tidak akan
pernah menjatuhkan martabat-Ku menurut Dhamma karena: 'Demikianlah Sang
Bhagava, sehingga beliau menikmati berbagai jenis kemampuan batin (iddhi); dari
satu Beliau menjadi banyak, dari banyak Beliau menjadi satu; Beliau muncul dan
lenyap; Beliau dapat menembus tembok, menembus dinding-dinding, menembus
gunung, bagaikan menembus ruang kosong; Beliau menyelam masuk dan keluar dari
tanah bagaikan di air; Beliau berjalan di atas air seolah-olah di atas tanah;
dengan duduk bersila Beliau melakukan perjalanan di angkasa bagaikan burung
bersayap; dengan tangan-Nya Beliau menyentuh dan mengusap bulan dan matahari
yang sangat perkasa dan berkuasa; Beliau ahli mengendalikan tubuh sehingga ia
dapat pergi dengan tubuhnya sejauh alam Brahma.'
Demikian pula, ia
tidak akan pernah menjatuhkan martabat-Ku karena sesuai Dhamma: 'Demikianlah
Sang Bhagava, sehingga dengan unsur telinga dewa (dibba sota), yang suci dan
melebihi kemampuan orang biasa, Beliau mendengar kedua jenis suara, suara para
dewa dan suara manusia, baik yang jauh maupun yang dekat.'
Ia pun tidak akan
pernah menjatuhkan martabat-Ku karena sesuai Dhamma: 'Demikianlah Sang Bhagava,
sehingga dengan kemampuan pikirannya Beliau dapat mengetahui pikiran makhluk
atau orang lain, Beliau mengerti pikiran yang dikuasai nafsu sebagai pikiran
yang dikuasai nafsu dan pikiran yang tidak dikuasai nafsu sebagai pikiran yang
tidak dikuasai nafsu; Beliau mengerti pikiran yang dikuasai kebencian sebagai
pikiran yang dikuasai kebencian dan pikiran yang tidak dikuasai kebencian
sebagai pikiran yang tidak dikuasai kebencian: Beliau mengerti pikiran yang
dikuasai kebodohan sebagai pikiran yang dikuasai kebodohan dan pikiran yang
tidak dikuasai kebodohan sebagai pikiran yang tidak dikuasai kebodohan; Beliau
mengerti pikiran yang terpusat sebagai yang terpusat dan pikiran yang
tercerai-berai sebagai pikiran yang tercerai-berai; Beliau mengerti pikiran yang
luhur sebagai yang pikiran luhur dan pikiran yang tidak luhur sebagai yang
tidak luhur; Beliau mengerti pikiran yang luar biasa sebagai pikiran yang luar
biasa dan pikiran yang biasa sebagai pikiran yang biasa; Beliau mengerti
pikiran yang terkonsentrasi sebagai pikiran yang terkonsentrasi dan pikiran
yang tidak terkonsentrasi sebagai yang tidak terkonsentrasi; Beliau mengerti
pikiran yang terbebas sebagai pikiran yang terbebas dan pikiran yang tidak
terbebas sebagai pikiran yang tidak terbebas.'
Dasa Tathagata Bala (Sepuluh
Kekuatan Tathagata)
Sariputa, Tathagata
memiliki Dasa Tathagata Bala (Sepuluh kekuatan dari seorang Tathagata), dengan
memiliki kekuatan-kekuatan ini (bala) Beliau menjadi pemimpin dari semua
pemimpin, mengaum auman singa-Nya di hadapan banyak orang dan memutar
roda-Brahma (brahmacakka) maju ke depan. Apakah kesepuluh kekuatan (Dasa Bala)?
Sang Tathagata mengerti, sebagaimana
apa adanya, yang mungkin sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai
yang tidak mungkin. Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata, dengan memiliki
kekuatan ini, Tathagata menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaum auman
singaNya di hadapan banyak orang dan memutar roda-Brahma.
Sang Tathagata mengerti, sebagaimana
apa adanya, matangnya kamma yang dilakukan di masa lampau, di masa mendatang
dan masa sekarang, dengan kemungkinan-kemungkinan dan sebab-sebabnya. Ini
merupakan kekuatan Sang Tathagata, dengan memiliki kekuatan ini, Tathagata
menjadi pemimpin dari semua pemimpin ....
Sang Tathagata, mengerti, sebagaimana
apa adanya, ke mana tujuan semua Jalan.
Ini merupakan kekuatan Sang
Tathagata ....
Sang Tathagata mengerti, sebagaimana
apa adanya, dunia ini dengan unsur-unsurnya yang hanyak dan berbeda-beda. Ini
merupakan kekuatan Sang Tathagata ....
Sang Tathagata mengerti, sebagaimana
apa adanya, bagaimana para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda.
Ini merupakan kekuatan Sang Tathagata ....
Sang Tathagata mengerti, sebagaimana
apa adanya, watak dari indera para makhluk lain dan orang-orang lain. Ini
merupakan kekuatan Sang Tathagata ....
Sang Tathagata mengerti, sebagaimana
apa adanya, kekotoran-kekotoran batin, cara membersihkan dan timbulnya jhana,
kebebasan, pemusatan pikiran dan pencapaian. Ini merupakan kekuatan Sang
Tathagata ...
Sang Tathagata mengingat banyak
kehidupan-Nya yang lampau, yakni, satu kelahiran, dua kelahiran ... lima
kelahiran, sepuluh kelahiran ... lima puluh kelahiran, seratus kelahiran,
seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, banyak kappa kehancuran alam semesta
(samvattakappa) dan banyak kappa pembentukan alam semesta (vivattakappa): Pada
kelahiran itu saya bernama, ber-ras, berkelas masyarakat anu, makan makanan
anu, mengalami susah dan senang, berusia sekian; setelah meninggal di sana,
saya terlahir kembali di tempat lain, dengan nama, ras, kelas masyarakat,
makanan, mengalami susah dan senang; setelah meninggal di tempat itu, saya
terlahir kembali di tempat lain dengan nama ...; akhirnya saya meninggal dan
terlahir kembali di sini. Demikianlah dengan rinci dan hal-hal khusus beliau
mengingat kembali banyak kehidupan-Nya yang lampau. Ini merupakan kekuatan Sang
Tathagata ....
Sang Tathagata dengan kemampuan
Dibba Cakkhu (mata dewa) yang suci dan melampaui kemampuan manusia biasa,
melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali, rendah atau mulia, baik
atau buruk, berkelakuan baik atau buruk; mengerti bagaimana makhluk-makliluk
meninggal berdasarkan pada kamma-kamma mereka, yakni: Makhluk-makhluk yang
berharga ini berprilaku buruk dengan tubuh, ucapan dan pikiran, mencaci maki
orang-orang suci, memiliki pandangan salah yang mengakibatkan kamma, setelah
meninggal, mereka lahir kembali di alam yang menyedihkan, ditakdirkan di alam
yang buruk, di alam menyakitkan, di alam neraka; namun makhluk-makhluk berharga
ini yang berprilaku baik dengan jasmani, ucapan dan pikiran, tidak mencaci
orang-orang suci, memiliki pandangan benar yang mengakibatkan kamma, setelah
meninggal, mereka lahir kembali di alam menyenangkan, di alam surga. Ini
merupakan kekuatan Tathagata ....
Sang Tathagata, pada kehidupan
sekarang dengan kemampuan batinnya merealisasi kebebasan batinnya, melenyapkan
kotoran batin (asava) dengan cara Cetovimutti (pembebasan melalui ketenangan
batin) dan Pannavimutti (pembebasan melalui kebijaksanaan). Ini merupakan
kekuatan Tathagata .....
Tathagata memiliki
sepuluh kekuatan Tathagata ini Beliau menjadi pemimpin dari semua pemimpin,
mengaum auman singa-Nya di hadapan banyak orang dan memutar roda-brahma.
Sariputta, apabila
seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: 'Petapa Gotama tidak
mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang
lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma
sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuan-Nya seperti yang terjadi
pada-Nya,' kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh
pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna
yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi,
saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan
tentang Saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh
pikirannya itu.
Cattaro Vesarajja (Empat Integritas
Diri)
Sariputta, Tathagata
memiliki empat macam Integritas Diri, dengan memilikinya Sang Tathagata menjadi
pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singa-Nya dihadapan banyak orang
dan memutar roda-Brahma.
Apakah empat
Integritas Diri itu?
Saya tidak melihat
alasan mengapa seorang bhikkhu, brahmana, dewa, mara atau dewa brahma di
seluruh alam semesta ini dapat menuduh saya, sesuai dengan Dhamma: 'Sementara
Anda menyatakan menemukan penerangan sempurna, tetapi Anda tidak menemukan
penerangan sempurna dalam dhamma-dhamma ini.' Karena tidak melihat alasan untuk
itu, maka Saya hidup dengan aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
Saya tidak melihat
alasan mengapa seorang bhikkhu ... dapat ... menuduh saya, sesuai dengan
Dhamma: 'Sementara Anda menyatakan telah melenyapkan noda-noda batin, tetapi
noda-noda batin belum dilenyapkan dari diri anda.' Karena tidak melihat alasan
untuk itu, maka Saya hidup dengan aman, ....
Saya tidak melihat
alasan mengapa seorang bhikkhu ... dapat ... menuduh saya, sesuai dengan
Dhamma: 'Dhamma-dhamma seperti itu yang Anda katakan bersifat obstruktif, namun
pada kenyataannya tidak bersifat obstruktif bagi mereka yang melaksanakannya.'
Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya hidup dengan aman, ....
Saya tidak melihat
alasan mengapa seorang bhikkhu ... dapat ... menuduh Saya, sesuai dengan
Dhamma: 'Bagi siapapun yang Anda ajarkan Dhamma bagi kepentingannya, hal ini
tidak langsung membawa pada lenyapnya penderitaan dalam dirinya ketika ia
melaksanakannya.' Karena tidak melihat alasan untuk itu, maka Saya dengan aman,
....
Inilah empat
Integritas Diri yang dimiliki oleh Tathagata, dengan memilikinya maka Tathagata
menjadi pemimpin dari semua pemimpin, mengaumkan auman singa ... memutar roda
brahma.
Sariputta, apabila
seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: 'Petapa Gotama tidak
mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang
lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma
.... ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa
oleh pikirannya itu.'
Attha Parisa (Delapan Kelompok)
Sariputta, ada delapan
kelompok. Apakah delapan kelompok itu? Kelompok kesatria, brahmana,
perumah-tangga, petapa, dewa Catummaharajika, dewa Tavatimsa, Mara dan Brahma.
Dengan memiliki empat Integritas Diri, seorang Tathagata mendekati dan memasuki
delapan jenis kelompok ini.
Saya telah memiliki
pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok
kesatria. Dulu, Saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya
tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan
untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas.
Saya telah memiliki
pengetahuan langsung, sebagai seorang pengunjung, dari beratus-ratus kelompok
brahmana ....
... kelompok
perumah-tangga ....
... kelompok petapa
....
... kelompok dewa
Catummaharajika ....
... kelompok dewa
Tavatimsa ....
... kelompok Mara ...
... kelompok para
Brahma. Dulu, Saya telah duduk, berbicara dan berdialog dengan mereka. Saya
tidak melihat alasan mengapa takut atau malu. Karena saya tidak melihat alasan
untuk itu, maka saya hidup aman, tanpa rasa takut dan penuh integritas diri.
Sariputta, apabila
seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: 'Petapa Gotama tidak
mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang
lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma
.... ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa
oleh pikirannya itu.'
Empat yoni (Cara Kelahiran)
Sariputta, ada empat
Cara Kelahiran. Apakah empat Cara Kelahiran itu? Kelahiran melalui telur
(andaja yoni), kandungan (jalabuja yoni), tempat lembab (samsedaja yoni) dan
kelahiran secara spontan (opapatika).
Apakah kelahiran
melalui telur? Ada makhluk-makhluk yang lahir dengan memecahkan kulit telur;
ini yang disebut kelahiran melalui telur.
Apakah kelahiran
melalui kandungan? Ada makhluk-makhluk yang lahir melalui kandungan; ini yang
disebut kelahiran melalui kandungan.
Apakah kelahiran pada
tempat lembab? Ada makhluk-makhluk yang lahir dalam ikan yang membusuk, mayat
yang membusuk, adonan yang membusuk, atau dalam jamban atau dalam saluran air
kotor; ini yang disebut kelahiran pada tempat lembab.
Apakah kelahiran
secara spontan? Ada dewa-dewa dan penghuni-penghuni neraka dan makhluk manusia
tertentu dan para penghuni tertentu dari alam yang tidak menyenangkan, yang
lahir (muncul) secara spontan; ini yang disebut kelahiran secara spontan.
Inilah empat Cara
Kelahiran.
Sariputta, apabila
seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: 'Petapa Gotama tidak
mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang
lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma
.... ia membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa
oleh pikirannya itu.'
Panca Gati (Lima Alam Tempat
Kelahiran) dan Nibbana
Sariputta, ada lima
alam tempat kelahiran. Apakah lima alam itu? Alam neraka (niraya), binatang
(tiracchana), alam setan (pittivisaya), dan manusia (manussa) serta dewa
(deva).
Saya mengerti tentang
alam neraka; jalan serta cara yang membawa ke neraka, bagi dia yang akan
memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan,
dalam alam yang tidak menyenangkan, dalam alam penderitaan, dalam neraka;
inipun saya mengerti.
Saya mengerti tentang
alam binatang; jalan serta cara yang membawa ke alam binatang, bagi dia yang
akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai binatang di alam
binatang; inipun saya mengerti.
Saya mengerti tentang
alam setan; jalan serta cara yang membawa ke alam setan, bagi dia yang akan
memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai setan di alam setan,:
inipun saya mengerti.
Saya mengerti tentang
alam manusia; jalan serta cara membawa ke alam manusia, bagi dia yang akan
memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai manusia di alam
manusia; inipun saya mengerti.
Aku mengerti tentang
alam para dewa; dan jalan serta cara membawa ke alam para dewa, bagi dia yang
akan memasukinya, setelah kematian, terlahir kembali sebagai dewa di alam dewa;
inipun saya mengerti.
Aku mengerti tentang
Nibbana; jalan serta cara untuk mencapai Nibbana, bagi dia yang akan
mencapainya, berdasarkan pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada
kehidupan ini juga dia sendiri merealisasikan pembebasan batin melalui
'pencapaian pembebasan batin' (cetovimutti) dan 'pembebasan berdasarkan
kebijaksanaan' (pannavimutti) serta 'melenyapkan semua kotoran batin' (asava); inipun
saya mengerti.
Dengan meliputi
pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa
'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa
setelah kematiannya, ia terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, dalam
alam yang tidak menyenangkan, alam penderitaan, dalam neraka.' Kemudian dengan
kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata manusia
biasa, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir
kembali di alam yang menyedihkan, alam tidak menyenangkan, alam penderitaan,
alam penderitaan, dalam neraka dan mengalami penderitaan yang amat sangat,
menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Seandainya ada sebuah
lobang yang dalamnya melebihi tinggi manusia, penuh dengan bara yang membara
tanpa nyala dan asap; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan
karena udara panas; kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan
satu arah dan menuju lobang bara tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika
melihatnya, akan berkata: 'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan
hidup demikian, ia akan mendatangi lobang bara tersebut'; kemudian orang itu
melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam lobang penuh bara itu dan mengalami
penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan sengsara. Demikian pula
dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiranku, Saya mengerti bahwa orang
ini berprilaku .... menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Dengan meliputi
pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa
'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa
setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam kandungan binatang'.
Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan
mata manusia biasa, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal,
ia terlahir kembali dalam kandungan binatang dan mengalami kesakitan, tersiksa
dan sengsara.
Seandainya ada sebuah
lobang kakus yang dalamnya melebihi tinggi manusia, penuh dengan tahi; kemudian
ada seseorang yang kepanasan dan kelelahan karena udara panas, kepayahan,
terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju lobang kakus
tersebut; maka seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata:
'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan
mendatangi lobang kakus tersebut'; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah
jatuh ke dalam lobang kakus itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat,
menyakitkan, tersiksa dan sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang
lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku ....
menyakitkan, tersiksa dan sengsara.
Dengan meliputi
pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa
'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa
setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam setan.' Kemudian
dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) yang suci dan melampaui kemampuan mata
manusia biasa, Saya melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia
terlahir kembali di alam setan dan mengalami kesakitan, tersiksa dan sengsara.
Seandainya ada
sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang tanah yang tidak rata, hanya sedikit
dedaunan dengan kerindangan yang terbatas; kemudian ada seseorang yang
kepanasan dan kelelahkan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan,
masuk melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka seseorang bermata
(yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: 'Orang ini berprilaku,
berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi pohon
tersebut'; kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah
pohon itu dan mengalami penderitaan yang amat sangat, menyakitkan, tersiksa dan
sengsara. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain dengan pikiran-Ku,
Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku .... menyakitkan, tersiksa dan
sengsara.
Dengan meliputi
pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa
'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa
setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam rahim ibu (manusia).'
Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) ..., Saya melihat bahwa setelah
orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di alam manusia dan
mengalami banyak kesenangan.
Seandainya ada
sebatang pohon yang tumbuh pada sebidang tanah yang rata, rimbun dengan
dedaunan dan rindang sekali; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan
kelelahan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk
melalui jalan satu arah dan menuju pohon tersebut; maka seseorang bermata (yang
baik), ketika melihatnya, akan berkata: 'Orang ini berprilaku, berpembawaan,
mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi pohon tersebut'; kemudian
orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di bawah pohon itu dan
mengalami banyak kesenangan. Demikian pula dengan meliputi pikiran orang lain
dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku .... mengalami
banyak kesenangan.
Dengan meliputi
pikiran orang (makhluk) tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa
'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, bahwa
setelah kematiannya, ia akan terlahir kembali dalam alam yang menyenangkan, di
alam dewa (deva).' Kemudian dengan kekuatan mata-dewa (dibbacakku) ..., Saya
melihat bahwa setelah orang (makhluk) itu meninggal, ia terlahir kembali di
alam dewa dan mengalami banyak kesenangan.
Seandainya ada rumah
peristirahatan yang sangat besar, di dalamnya sebuah ruang atas yang diplester
di bagian dalam dan luar, tertutup, diamankan dengan jeruji, dengan jendela
yang tertutup, di dalamnya ada sebuah sofa dengan karpet dan selimut serta
sarung, berpenutup dari kulit rusa, dipayungi, berbantal merah muda untuk
kepala dan kaki; kemudian ada seseorang yang kepanasan dan kelelahkan karena
udara panas, kepayahan, terpanggang dan kehausan, masuk melalui jalan satu arah
dan menuju rumah peristirahatan tersebut; maka seseorang bermata (yang baik),
ketika melihatnya, akan berkata: 'Orang ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai
jalan hidup demikian, ia akan mendatangi rumah peristirahatan tersebut';
kemudian orang itu melihat bahwa ia duduk atau berbaring di ruang atas dalam
rumah peristirahatan itu dan mengalami banyak kesenangan. Demikian pula dengan
meliputi pikiran orang lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini
berprilaku ... mengalami banyak kesenangan.
Dengan meliputi
pikiran orang (makhluk tertentu dengan pikiran-(KU), Saya mengerti bahwa 'Orang
ini berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, berdasarkan pada
kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri
merealisasikan pembebasan kotoran batin melalui 'pencapaian pembebasan batin'
(cetovimutti) dan 'pembebasan berdasarkan kebijaksanaan' (pannavimutti) serta
melenyapkan semua kotoran batin (asava). Kemudian Saya melihat bahwa berdasarkan
pada kemampuan batin (abhinna) di sini dan pada kehidupan ini juga dia sendiri
merealisasikan pembebasan kotoran batin melalui 'pencapaian pembebasan batin'
dan 'pembebasan berdasarkan kebijaksanaan' serta melenyapkan semua kotoran
batin dan mengalami banyak kesenangan.
Seandainya ada sebuah
kolam yang bersih, menyenangkan, berair sejuk, bening, bertepi yang halus dan
menyenangkan, di dekat pepohonan yang lebat; kemudian ada seseorang yang
kepanasan dan kelelahan karena udara panas, kepayahan, terpanggang dan
kehausan, masuk melalui jalan satu arah dan menuju ke kolam tersebut; maka
seseorang bermata (yang baik), ketika melihatnya, akan berkata: 'Orang ini
berprilaku, berpembawaan, mempunyai jalan hidup demikian, ia akan mendatangi
kolam tersebut'; kemudian orang itu melihat bahwa ia telah pergi ke kolam,
mandi, minum dan menghilangkan semua kepenatan, kelelahan serta kepanasannya,
lalu ia keluar dari kolam serta duduk atau berbaring di bawah pepohonan yang
lebat dan mengalami banyak kesenangan. Demikian pula dengan meliputi pikiran
orang lain dengan pikiran-Ku, Saya mengerti bahwa orang ini berprilaku ....
mengalami banyak kesenangan.
Inilah lima macam alam
kelahiran dan nibbana.
Sariputta, apabila
seseorang mengetahui dan melihat Aku lalu berkata: 'Petapa Gotama tidak
mempunyai perbedaan yang berharga tentang pengetahuan dan pandangan ariya yang
lebih tinggi daripada kemampuan manusia biasa. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma
sekedar menjejali pikiran, mengikuti keingintahuan-Nya seperti yang terjadi
pada-Nya," kecuali ia membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta
ia membetulkan pandangan itu, ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh
pikirannya itu. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki sila, samadhi dan panna
yang sempurna, pada kehidupan sekarang akan menikmati pengetahuan tertinggi,
saya nyatakan; namun sesuatu akan terjadi bilamana ia (orang yang mengatakan
tentang Saya) tidak membatalkan pernyataan dan pikiran seperti itu serta ia
membetulkan pandangan itu, maka ia akan lahir di neraka karena terbawa oleh
pikirannya itu.
Sariputta, Saya
memiliki pengalaman sendiri tentang empat faktor Brahma Vihara karena telah
melaksanakannya. Saya pernah melaksanakan cara bertapa yang sangat ekstrim
(paramatapa), keras (paramalukha), teliti (paramajegucchi) dan pengasingan
(paramapavivitta).
Beginilah
pertapaan-Ku, Saya hidup telanjang, menolak berkumpul (dengan orang lain,
menjilati tangan-tangan-Ku, tidak memenuhi undangan, tidak berhenti walaupun
ditanya; Saya tidak menerima sesuatu yang dibawakan, sesuatu yang khusus dibuat
atau suatu undangan; Saya tidak menerima apapun dari panci, dari mangkok,
melalui nampan, melalui tongkat, melalui penumbuk padi, dari dua orang yang
makan bersama, dari wanita yang berputra, dari wanita yang menyusui, dari
(tempat) wanita berbaring bersama seorang pria, dari tempat di mana makanan
diiklankan untuk disebarkan, dari tempat di mana seekor anjing sedang menunggu,
dari tempat di mana lalat-lalat mendengung; Saya tidak menerima ikan atau
daging, Saya tidak menimum minuman keras, anggur atau minuman yang memabukkan.
Saya hanya menerima sesuap makanan secara tetap dari satu rumah; Saya hanya
menerima dua suap makanan secara tetap dari dua rumah; .... Saya hanya menerima
tujuh suap makanan dari tujuh rumah. Saya makan sepiring makanan sehari, ...
sepiring makanan tiap dua hari, ... sepiring makanan tiap tujuh hari; Saya
makan sekali sehari, ... makan sekali tiap dua hari, ... makan sekali tiap
tujuh hari dan seterusnya hingga makan sekali tiap dua minggu; Saya melatih
diri hanya makan pada waktu-waktu tersebut. Saya hanya makan yang hijau atau
biji-bijian, nasi kasar, makanan dihaluskan, tumbuh-tumbuhan kecil, dedak,
kismis, tepung sesamum, rumput, atau kotoran sapi. Saya hidup di bawah pohon
dan makan buah-buahan yang jatuh dari pohon karena angin. Saya mengenakan
pakaian dari rami, ... pakaian rami dicampur dengan kain, kain membungkus mayat
(pamsukula), kain bekas, kulit pohon, kulit rusa, kain dari rumput kusa, kain
dari serat kulit kayu, kain dari sayatan kayu, wol rambut, wol bulu binatang,
dari sayap burung hantu. Saya mencabut rambut janggut, hidup dengan
melaksanakan pencabutan rambut dan janggut. Saya berdiri terus dan menolak
untuk duduk. Saya jongkok terus serta berusaha untuk tetap jongkok. Saya
menggunakan kasur berpaku; saya membuat tikar paku untuk tempat tidur. Saya
melatih mandi tiga kali di sungai menjelang malam. Demikianlah cara Saya
bertapa.
Beginilah
kekasaran-Ku, bagaikan kulit batang pohon besar yang telah bertahun-tahun
dilekati oleh debu dan telah bergumpal-gumpal; demikian pula, telah beberapa
tahun debu dan daki terkumpul serta melekati tubuh-Ku, debu telah berbentuk
gumpalan pula. Tak pernah terpikirkan oleh-Ku bahwa, 'Saya akan mengosok debu
dan daki agar terlepas dari tubuhku atau meminta orang lain menggosok debu dan
daki ini'. Demikianlah kekasaran-Ku.
Beginilah
ketelitian-Ku, Saya selalu waspada ketika melangkah maju dan melangkah mundur;
begitu pula, Saya dipenuhi dengan belas kasihan walaupun hanya pada setetes air,
dengan pikiran: 'Semoga Saya tidak menyakiti makhluk-makhluk kecil dalam air.'
Demikianlah ketelitian-Ku.
Beginilah
pengasingan-Ku: Saya masuk ke dalam hutan dan tinggal di sana. Apabila saya
melihat pengembala atau kawanan sapi, orang pengumpul rumput atau kayu, Saya
akan lari dari hutan ke hutan, dari belukar ke belukar, dari goa ke goa, dari
bukit ke bukit. Mengapa demikian? Dengan begitu mereka tidak akan melihat-Ku
atau Aku melihat mereka. Bagaikan seekor kijang hutan ketika melihat manusia
akan berlari dari hutan ke hutan, dari belukar ke belukar, dari goa ke goa,
dari bukit ke bukit, begitulah saya ketika melihat .... Demikianlah
pengasingan-Ku.
Saya merangkak ke
kandang-kandang ketika ternak dan lembu-lembu itu telah pergi, Saya makan kotoran
anak sapi yang masih menyusu. Selama kotoran dan air kencing-Ku masih ada, saya
makan dan minum kotoran dan air kencing-Ku sendiri. Begitulah cara makan-Ku
yang menyimpang.
Saya pergi ke hutan
yang menyeramkan dan menetap di sana. Suatu hutan kecil menyeramkan yang
biasanya menyebabkan bulu kuduk orang berdiri karena ia belum bebas dari nafsu.
Ketika udara dingin pada malam-malam di musim dingin tiba, selama delapan hari
yang bersalju, maka pada malam hari saya menetap di tempat terbuka, sedangkan di
waktu siang Saya berada di hutan. Di akhir bulan pada musim panas, Saya menetap
di tempat terbuka di siang hari, sedangkan di malam hari saya berada di hutan.
Pada waktu itu secara spontan muncul syair yang sebelumnya tak pernah
terdengar:
Kedinginan di malam hari dan
terpanggang di siang hari,
Sendirian di dalam hutan yang
menyeramkan,
Bertelanjang, tanpa api untuk
menghangatkan tubuh,
Petapa tetap mengejar cita-citanya.
Saya membuat
pembaringan di tanah tempat kremasi dengan tulang-tulang sebagai bantal.
Anak-anak pengembala sapi menghampiri meludahi dan mengencingi-Ku, melemparkan
kotoran pada-Ku, dan menusukkan ranting ke telinga-Ku. Namun Saya tidak pernah
tahu munculnya pikiran buruk terhadap mereka. Demikianlah keseimbangan batin
(upekha)-Ku.
Sariputta, ada
beberapa pertapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: 'Kesucian dicapai
melalui makanan', dan mereka berkata: 'Marilah kita hidup dengan makan buah
kola (Zizyphus jujuba)', maka mereka makan buah kola, bubuk buah kola, meminum
air buah kola dan mereka membuat berbagai macam adonan dari buah Kola. Karena
itu saya memiliki pengalaman hanya makan sebuah kola sehari.
Sariputta, tetapi
engkau mungkin berpikir bahwa buah kola pada saat itu lebih besar, namun
janganlah menganggapnya demikian: buah kola pada saat itu umumnya sama
ukurannya dengan sekarang. Dengan makan sebuah kola sehari, tubuh-Ku menjadi
kurus sekali. Karena hanya sedikit sekali, maka anggota tubuh-Ku menjadi
seperti batang tumbuhan merambat atau batang bambu. Karena hanya makan sedikit,
maka punggung-Ku bagaikan punuk Unta. Karena makan sedikit, maka susunan tulang
belakangku bagaikan untaian manik-manik ... tulang-tulang rusuk-Ku menonjol
keluar bagaikan balok penglari atap dari gudang yang tak beratap .... cahaya mata-Ku
tenggelam jauh dalam lobang mata bagaikan cahaya air yang berada jauh di sumur
yang dalam .... tempurung kepalaku berkerut dan mengisut: bagaikan sebuah labu
yang berkerut dan mengisut karena angin dan matahari .... jika Saya menyentuh
kulit perutKu, maka Saya dapat menyentuh tulang belakang-Ku juga; jika saya
menyentuh tulang punggung-Ku, maka saya menyentuh kulit perut-Ku pula; jika
Saya membuang air kecil atau air besar, saya terjatuh dengan wajahku
mengenainya . ... jika Saya melemaskan tubuh-Ku dengan mengusap anggota
tubuh-Ku, maka bulu-bulu tubuh-Ku tercabut sampai ke akar-akar, jatuh dari
tubuh-Ku ketika saya mengusap.
Sariputta, ada
beberapa pertapa dan brahmana yang berteori dan berpandangan: 'Kesucian dicapai
melalui makanan', dan mereka berkata: 'Marilah kita hidup dengan makan
kacang-kacangan', ....
'Marilah kita hidup
dengan makan Sesame', ....
'Marilah kita hidup
dengan makan beras', maka mereka makan beras, makan tepung beras, minum air
beras dan mereka membuat berbagai macam adonan beras. Karena itu saya memiliki
pengalaman hanya makan sebutir beras sehari.
Sariputta, tetapi
engkau mungkin berpikir bahwa butir beras pada saat itu lebih besar, namun
janganlah menganggapnya demikian: butir beras pada saat itu umumnya sama
ukurannya dengan sekarang. Dengan makan sebutir beras sehari, tubuh-Ku menjadi
kurus sekali. Karena hanya sedikit sekali ... jika Saya melemaskan tubuh-Ku
dengan mengusap anggota tubuh-Ku, maka bulu-bulu tubuh-Ku tercabut sampai ke
akar-akar, jatuh dari tubuh-Ku, ketika saya mengusap.
Sariputta, namun
dengan menyiksa diri, praktik dan melaksana perbuatan seperti itu, Saya tidak
mencapai sesuatu yang bermanfaat untuk mencapai pengetahuan serta pengalaman
sebagai orang suci yang melebihi keadaan manusia biasa. Mengapa begitu? Karena
Saya tidak mencapai Kebijaksanaan Ariya (Panna-Ariya) yang bila tercapai
menjadi suci, cara ini merupakan jalan ke luar yang mengarah pada pelenyapan
penderitaan (dukkha), bagi yang mempraktikkannya.
Sariputta, ada beberapa
pertapa dan brahmana tertentu yang berteori dan pandangannya: 'Kesucian dicapai
melalui proses lingkaran kelahiran kembali (samsara).' Namun tidak mungkin
untuk menemukan putaran kelahiran kembali yang Saya belum lalui selama dalam
perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali bagi dewa Suddhavasa; andaikan
Saya telah melalui lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai dewa
Suddhavasa, Saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.
Sariputta, ada
beberapa pertapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan:
'Kesucian dicapai melalui (beberapa jenis tertentu dari) kelahiran kembali.'
Namun tidak mungkin untuk menemukan jenis kelahiran kembali yang Saya belum
lalui selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, kecuali bagi dewa Suddhavasa;
andaikan Saya telah melalui lingkaran kelahiran kembali dan terlahir sebagai
dewa Suddhavasa, Saya tidak akan terlahir kembali ke dunia ini.
Sariputta, ada
beberapa pertapa ... 'Kesucian dicapai melalui alam (tertentu)'. Namun tidak
mungkin untuk menemukan jenis alam kelahiran kembali yang Saya belum lalui ....
kecuali sebagai dewa di Suddhavasa; ... tidak akan terlahir kembali ke dunia
ini.
... 'Kesucian dicapai
dengan pengorbanan.' Namun tidak mungkin menemukan jenis pengorbanan yang belum
pernah Saya sajikan selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik
sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana yang kaya raya.
... 'Kesucian dicapai
melalui pemujaan api.' Namun tidak mungkin menemukan jenis api yang belum
pernah Saya puja selama dalam perjalanan kehidupan yang panjang ini, baik
sebagai raja kesatria atau sebagai brahmana yang kaya raya.
Sariputta, ada
beberapa pertapa dan brahmana tertentu yang berteori dan berpandangan: 'Selama
orang ini masih muda, seorang pemuda berambut hitam yang diberkahi keremajaan,
dalam kehidupan pada masa pertama ini, ia memiliki kesempurnaan dalam
kebijaksanaannya. Tetapi apabila orang baik ini menjadi tua, berusia lanjut,
dibebani tahun-tahun, maju dalam kehidupan, mencapai tahap terakhir, berusia
delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun atau seratus tahun, maka
kebijaksanaannya hilang.' Tetapi tidaklah seharusnya menganggap begitu.
sekarang, saya telah tua, berusia lanjut, dibebani tahun-tahun, maju dalam
kehidupan dan mencapai pada tahap terakhir, usia-Ku sudah mendekati delapan
puluh tahun. Sekarang seandainya Saya memiliki empat siswa yang berusia seratus
tahun, mempunyai masa seratus tahun, sempurna dalam kesadaran, perhatian,
pandangan dan kebijaksanaan, bagaikan seorang pemanah yang dibekali peralatan
yang lengkap, terlatih, melaksanakan dan terpuji, dapat dengan mudah melepaskan
anak panah yang ringan melalui bayangan tangan: demikian pula mereka yang
sempurna dalam kewaspadaan, perhatian, pandangan dan kebijaksanaan -- andaikata
mereka terus menerus menanyakan tentang Empat Dasar Perhatian (Satipathana) dan
Saya menjawabnya, maka mereka mengingat setiap jawaban-Ku dan tidak pernah
menanyakan pertanyaan lainnya atau berhenti kecuali untuk makan, minum,
mengunyah, mengecap, buang air kecil atau air besar, dan istirahat untuk
menghilangkan ngantuk dan keletihan; tetapi Tathagata tetap menguraikan Dhamma,
menerangkan faktor-faktor Dhamma, menjawab pertanyaan-pertanyaan dan Ia tidak
kepayahan.
Sariputta, namun
sementara itu empat siswa-Ku dengan yang berusia seratus tahun itu, telah
meninggalkan pada akhir seratus tahun tersebut. Sariputta, walaupun engkau
harus menggotong-Ku ditandu, tetap tidak ada perubahan dalam kebijaksanaan
(panna) Sang Tathagata.
Suatu pertanyaan benar
bilamana seseorang mengucapkan: 'Sesosok Makhluk yang bebas dari kebodohan
(moha) telah muncul di dunia ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang
banyak, karena kasih sayang-Nya pada dunia demi kepentingan, kesejahteraan dan
kebahagiaan para dewa dan manusia'. Untuk sayalah pernyataan benar itu
diucapkan."
Ketika itu Bhikkhu
Nagasamala sedang berdiri di belakang Sang Bhagava dan mengipasi Beliau.
Kemudian ia berkata pada Sang Bhagava: "Bhante menakjubkan sekali, luar
biasa! Sewaktu aku mendengarkan khotbah ini bulu-buluku berdiri. Bhante, apakah
nama khotbah Dhamma ini?"
"Nagasamala,
sehubungan dengan hal ini, engkau dapat mengingat khotbah tentang Dhamma ini
sebagai 'Khotbah yang mendirikan Bulu Roma' (Lomahamsanapariyaya)."
Itulah yang dikatakan
Sang Bhagava Bhikkhu Nagasamala merasa puas dan bergembira mengenai kata-kata
Sang Bhagava.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar