Rabu, 02 November 2011

DIGHA NIKAYA 14 – MAHAPADANA SUTTA ~ KHOTBAH PANJANG TENTANG SILSILAH (1/3)





1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.(1)

Suatu ketika, Sang Bhagava sedang menetap di Savatthi, di tamanAnathapindika di hutan Jeta, dalam kawasan gubuk Kareri. 

Dan di antara sejumlah bhikkhu yang berkumpul di sana setelah makan,setelah menerima makanan, duduk di Paviliun Kareri, terjadi suatu diskusiserius tentang kehidupan lampau, mereka berkata: ‘ Beginilah terjadinya dimasa lampau,’ atau ‘Begitulah yang terjadi di masa lampau,’ 

2. Dan Sang Bhagava, dengan indria telinga dewa yang melampaui kekuatan manusia, mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Bangkit dari duduk-Nya, Beliau datang ke Paviliun Kareri, duduk di tempat yang telah disediakan, dan berkata: 

‘Para bhikkhu, apakah pembicaraan kalian ketika kalian berkumpul? Diskusi apakah yang terhenti karena-Ku? 

3. ‘Baiklah, para bhikkhu, maukah kalian mendengarkan ceramah mengenai kehidupan lampau?’ 

‘Bhagava, sekarang adalah waktunya untuk itu! Yang Sempurna menempuh Sang Jalan, sekarang adalah waktunya untuk itu!Jika Bhagava membabarkan khotbah tentang kehidupan lampau, para bhikkhu akan mendengarkan dan mengingatnya!’ 

‘Baiklah, para bhikkhu, dengarkan, perhatikanlah dengan baik, dan Aku akan berbicara.’ 

‘Baik, Bhagava,’ para bhikkhu menjawab, 

dan Sang Bhagava berkata: 

4. ‘Para bhikkhu, Sembilan puluh satu kappa yang lalu, Sang Bhagava, Sang Arahat, Buddha Vipassi yang telah mencapai Penerangan Sempurna muncul di dunia. 

Tiga puluh satu kappa yang lalu, Buddha Sikhi muncul, pada kappa yang sama muncul Buddha Vessabhu, dan dalam kappa yang menguntungkan saat ini(2), para Buddha, Kakusandha, Konagamana, dan Kassapa muncul di dunia. 

Dan para bhikkhu, dalam kappa yang menguntungkan ini, Aku juga muncul di dunia ini sebagai seorang Buddha yang mencapaiPenerangan Sempurna.’ 

Dan mereka menceritakan kepada Beliau. 

5. ‘Buddha Vipassi terlahir dari kasta Khattiya, dan dibesarkan dalam keluarga Khattiya; Buddha Sikhi juga demikian; Buddha Vessabhu juga demikian; 

Buddha Kakusandha terlahir dari kasta Brahmana, dan dibesarkan dalam keluarga Brahmana; Buddha Konagamana juga demikian, Buddha Kassapa juga demikian, 

dan Aku, para bhikkhu, yang adalah seorang Arahat dan Buddha yang‘mencapai Penerangan Sempurna, terlahir dari kasta Khattiya, dan dibesarkan dalam keluarga Khattiya.’ 

6. ‘Buddha Vipassi berasal dari marga Kondanna; Buddha Sikhi juga demikian; Buddha Vessabhu juga demikian; 

Buddha Kakusandha berasal dari marga Kassapa; Buddha Konagamana juga demikian; Buddha Kassapa juga demikian; 

Aku yang sekarang adalah seorang Arahat dan Buddha yang mencapaiPenerangan Sempurna, berasal dari marga Gotama,’ 

7. ‘Pada masa Buddha Vipassi, umur kehidupan manusia adalah delapan puluh ribu tahun; pada masa Buddha Sikhi, tujuh puluh ribu; pada masa Buddha Vessabhu, enam puluh ribu; pada masa Buddha Kakusandha, empat puluh ribu; pada masa Buddha Konagamana, tiga puluh ribu; pada masa Buddha Kassapa, dua pulug ribu. Pada masa-Ku, umur kehidupan sangat singkat, terbatas, dan cepat dilalui;jarang sekali bagi siapa pun yang hidup sampai seratus tahun.’ 

8. ‘Buddha Vipassi mencapai Penerangan Sempurna di bawah pohon bunga-trompet; Buddha Sikhi di bawah pohon-mangga-putih; Buddha Vessabhu di bawah pohon-sal; Buddha Kakusandha di bawah pohon Akasia; Buddha Konagamana di bawah pohon banyan; dan Aku mencapai Penerangan Sempurna di bawah pohon-assattha’.(3) 

9. ‘Buddha Vipassi memiliki sepasang Siswa-Utama, Khandha dan Tissa;Buddha Sikhi memiliki Abhibhu dan Sambhava; Buddha Vessabhu memiliki Suna dan Uttara; Buddha Kakusandha memiliki Vidhura dan Sanjiva; Buddha Konagamana memiliki Bhiyyosa dan Uttara; Buddha Kassapa memiliki Tissa dan Bharadvaja; Aku sendiri sekarang memiliki sepasang Siswa-Utama Sariputta dan Moggallana.’ 

10. ‘Buddha Vipassi memiliki tiga kelompok siswa: satu terdiri dari enam juta delapan ratus ribu, satu terdiri dari seratus ribu dan satu terdiri dari delapan puluh ribu bhikkhu, dan ketiga kelompok ini semuanya Arahat; 

Buddha Sikhi memiliki tiga kelompok siswa: satu terdiri dari seratus ribu, satu terdiri dari delapan puluh ribu, dan satu terdiri dari tuluh puluh ribu bhikkhu, semuanya Arahat; 

Buddha Vessabhu memiliki tiga kelompok: satu terdiri dari delapan puluh ribu, satu terdiri dari tujuh puluh ribu, dan satu terdiri dari enam puluh ribu bhikkhu,semuanya Arahat; 

Buddha Kakusandha memiliki satu kelompok: empat puluh ribu bhikkhu,semuanya Arahat; 

Buddha Konagamana memiliki satu kelompok: tiga puluh ribu bhikkhu,semuanya Arahat; 

Buddha Kassapa memiliki satu kelompok: dua puluh ribu bhikkhu,semua Arahat; 

Aku, para bhikkhu, memiliki satu kelompok, seribu dua ratus lima puluh bhikkhu, dan satu kelompok ini hanya terdiri dari para Arahat saja.’ 

11. ‘Pelayan pribadi Buddha Vipassi adalah bhikkhu Asoka; Buddha Sikhi adalah Khemankara; Buddha Vessabhu adalah Upasannaka; Buddha Kakusandha adalah Vuddhija; Buddha Konagama adalah Sotthija; Buddha Kassapa adalah Sabbamitta; pelayan pribadi-Ku saat ini adalah Ananda.’ 

12. ‘Ayah dari Buddha Vipassi adalah Raja Bandhuma, ibu-Nya adalah Ratu Bandhumati, dan ibu kota kerajaan Raja Bandhuma adalah Bandhumati. 

Ayah dari Buddha Sikhi adalah Raja Aruna, ibu-Nya adlah Ratu Pabhavati; ibu kota kerajaan Raja Aruna adalah Arunavati. 

Ayah dari Buddha Vessabhu adalah Raja Suppatita, ibu-Nya adalah Ratu Yasabati, ibu kota kerajaan Raja Suppatita adalah Anopama. 

Ayah dari Buddha Kakusandha adalah Brahmana Aggidatta, ibu-Nya adalah seorang Brahmana perempuan Visakha. Raja pada masa itu adalah Khema; ibu kota kerajaannya adalah Khemavati. 

Ayah dari Buddha Konagamana adalah Brahmana Yannadatta, ibu-Nya adalah seorang Brahmana perempuan Uttara. Raja pada masa itu adalah Sobha; ibu kota kerajaannya adalah Sobhavati. 

Ayah dari Buddha Kassapa adalah Brahmana Brahmadatta, ibu-Nya adalah Brahmana perempuan Dhanavati. Raja pada masa itu adalah Kiki; ibu kota kerajaannya adalah Varanasi. 

Dan sekarang, para bhikkhu, ayah-Ku adalah Raja Suddhodana, ibu-Ku adalah Ratu Maya, dan ibu kota kerajaan adalah Kapilavatthu.’ 

Demikianlah Sang Bhagava berkata, dan Yang sempurna menempuh SangJalan kemudian bangkit dari duduk dan pergi ke tempat tinggal-Nya. 

13. Segera setelah Sang Bhagava meninggalkan tempat itu, terjadi diskusi lagidi antara para bhikkhu:(4) 

‘Sungguh menakjubkan, Teman-teman, sungguh luar biasa, kekuatan dankemampuan Sang Tathagata – bagaimana Beliau mengingat para Buddhamasa lampau yang telah mencapai Parinibbana, setelah memotong rintanganrintangan, memotong jalan (Kemelekatan), mengakhiri lingkaran penjelmaan,mengatasi semua penderitaan. Beliau mengingat kelahiran Mereka, nama Mereka, suku Mereka, umur kehidupan Mereka, para siswa dankelompok yang berhubungan dengan Mereka: “Terlahir demikian, para Bhagava ini adalah begini dan begitu, nama mereka adalah ini dan itu,suku Mereka, disiplin Mereka, Dhamma Mereka, kebijaksanaan Mereka,pembebasan Mereka.” 

Teman-teman, bagaimanakah Tathagata dengan pengetahuan penembusanmengingat semua ini? Apakah para dewa mengungkapkan pengetahuan inikepada Beliau?’ 

Demikianlah pembicaraan para bhikkhu yang kemudian terhenti. 

14. Kemudian Sang Bhagava, keluar dari pengasingan-Nya selama waktuistirahat, mendatangi Paviliun Kareri dan duduk di tempat yang telahdisediakan. Beliau berkata:
‘Para bhikkhu, apakah pembicaraan kalian ketika kalian berkumpul? Diskusi apakah yang terhenti karena-Ku?’ 

dan mereka menceritakan kepada Beliau. 

15. ‘Tathagata mengalami hal-hal ini … melalui penembusan prinsip Dhamma;dan para dewa, juga, telah memberitahukan kepadaNya. Baiklah, para bhikkhu,apakah kalian ingin mendengar lagi mengenai kehidupan lampau?’ 

‘Bhagava, sekarang adalah waktunya untuk itu! Yang Sempurna menempuh Sang Jalan, sekarang adalah waktunya untuk itu!Jika Bhagava membabarkan khotbah kehidupan lampau, para bhikkhu akanmendengarkan dan mengingatnya!’ 

‘Baiklah, para bhikkhu, dengarkan, perhatikanlah dengan baik, dan Aku akan berbicara.’ 

‘Baik, Bhagava,’ para bhikkhu menjawab, 

dan Sang Bhagava berkata: 

16. ‘Para bhikkhu, Sembilan puluh satu kappa yang lalu, Bhagava, Sang Arahat, Buddha Vipassi yang telah mencapai Penerangan Sempurnamuncul di dunia ini. 

Beliau terlahir dari kasta Khattiya dan dibesarkan dalam keluarga Khattiya. 

Beliau berasal dari suku Kondanna. Umur kehidupan-Nya adalah delapan puluh ribu tahun. 

Beliau mencapai Penerangan Sempurna di bawah pohon bunga-trompet. 

Ia memiliki sepasang siswa utama, Khanda dan Tissa. 

Beliau memiliki tiga kelompok siswa: satu terdiri dari enam juta delapan ratus ribu, satu terdiri dari seratus ribu, dan satu terdiri dari delapan puluh ribu bhikkhu, semuanya Arahat. 

Ayah-Nya adalah Raja Bandhuma, ibu-Nya adalah Ratu Bandhumati. Ibu kota kerajaannya adalah Bandhumati.’ 

17. (5)‘Dan demikianlah, para bhikkhu, Bodhisatta Vipassi turun dari alam surga Tusita, penuh perhatian dan berkesadaran jernih, masuk ke dalam rahim ibu-Nya. Ini, para bhikkhu, adalah peraturan.(6)’ 

‘Ini adalah peraturan, para bhikkhu, bahwa ketika seorang Bodhisatta turun dari surga Tusita dan masuk ke dalam rahim ibu-Nya, muncullah di dunia iniyang meliputi para dewa, mara dan Brahma, para petapa dan Brahmana, para Raja dan umat manusia, suatu cahaya terang tidak terukur, megahmelampaui kecemerlangan para dewa yang paling luhur. 

Dan tempat gelap mana pun yang terletak melampaui ujung dunia, kacau, buta dan hitam, sehingga tidak terjangkau oleh cahaya matahari dan bulan,juga diterangi oleh cahaya megah tidak tertandingi ini, yang melampauikecemerlangan para dewa yang paling luhur. 

Dan makhluk-makhluk yang terlahir di sana(7) saling mengenal satu sama lain dan mengetahui: “Makhluk-makhluk lain, juga, telah terlahir di sini!” dan sepuluh ribu alam semesta gempa dan berguncang dan bergetar. 

Dan cahaya tidak tertandingi ini bersinar. Ini adalah peraturan.’ 

‘Adalah peraturan bahwa sejak seorang Bodhisatta telah memasuki rahim ibu-Nya, empat dewa(8) datang untuk melindunginya di empat penjuru,mengatakan: 

“Tidak ada seorang pun, manusia atau bukan manusia, tidak ada apa pun yang boleh mencelakai Bodhisatta ini atau ibu Sang Bodhisatta!” Ini adalah peraturan.’ 

18. ‘Adalah peraturan bahwa sejak seorang Bodhisatta telah memasuki rahim ibu-Nya, ibunya akan, secara alami menjadi lebih berbudi, menghindari pembunuhan, dari mengambil apa yang tidak diberikan, dari melakukan hubungan seksual yang salah, dari berbohong, atau dari meminum minuman keras dan obat-obatan yang dapat melemahkan kesadaran. Ini adalah peraturan.’ 

19. ‘Adalah peraturan bahwa sejak seorang Bodhisatta telah memasuki rahim ibu-Nya, sang ibu tidak memiliki pikiran indriawi sehubungan dengan laki-laki, dan ia tidak dapat dikuasai oleh laki-laki mana pun yang berpikiranpenuh nafsu. Ini adalah peraturan.’ 

20. ‘Adalah peraturan bahwa sejak seorang Bodhisatta telah memasuki rahim ibu-Nya, sang ibu menikmati lima kenikmatan indria dan bergembira,karena memilikinya. Ini adalah peraturan.’ 

21. Adalah peraturan bahwa sejak seorang Bodhisatta telah memasuki rahim ibu-Nya, sang ibu tidak akan mengalami penyakit apa pun. Ia selalu merasa nyaman dan tidak merasakan keletihan pada tubuhnya, dan ia dapat melihat Sang Bodhisatta di dalam rahimnya, lengkap denganseluruh anggota tubuh dan indria-Nya. 

Para bhikkhu, ini seperti sebutir permata, sebutir beryl, murni, indah, dipotong dengan baik dalam delapan sisi, jernih, cemerlang, tanpa cacat, dan sempurna dalam segala sudut, diikat dengan rantai biru, kuning, merah,putih, atau jingga. Dan seorang yang berpandangan baik, memegangnya ditangannya akan dapat menjelaskan demikian. 

Demikianlah ibu Sang Bodhisatta, tanpa penyakit, melihat Beliau, lengkap dengan seluruh anggota tubuh dan indria-Nya. Ini adalah peraturan.’ 

22. ‘Adalah peraturan bahwa ibu Sang Bodhisatta akan meninggal dunia tujuh hari setelah melahirkan Sang Bodhisatta dan terlahir kembali di alamsurga Tusita. Ini adalah peraturan.’ 

23. ‘Adalah peraturan bahwa sementara perempuan lain mengandung anaknya, selama Sembilan bulan atau sepuluh bulan dalam kandungansebelum dilahirkan, namun tidak demikian dengan ibu seorang Bodhisatta,yang mengandung Beliau selama tepat sepuluh bulan. Ini adalah peraturan.’ 

24. ‘Adalah peraturan bahwa sementara perempuan lain melahirkan dalamposisi duduk atau bebaring, tidak demikian dengan seorang ibu Bodhisatta,yang melahirkan dalam posisi berdiri. Ini adalah peraturan.’ 

25. ‘Adalah peraturan bahwa ketika Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibu-Nya, para dewa adalah yang pertama menyambut-nya, dan kemudian manusia. Ini adalah peraturan.’ 

26. ‘Adalah peraturan bahwa ketika Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibu-Nya, kaki-Nya tidak menginjak tanah. Empat dewa(9) menerima-Nya dan meletakkan-Nya di depan ibu-Nya, berkata: 

“Gembiralah, Yang Mulia, seorang putra yg berkuasa telah engkau lahirkan!”Ini adalah peraturan.’ 


27. ‘Adalah peraturan bahwa ketika Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibu-Nya, ia keluar tanpa noda, tidak dikotori oleh air, lendir, darah, atau kotoran apa pun, murni, dan tanpa noda. Bagaikan sebuah permata yangdiletakan di atas sehelai kain tipis dari Kasi,(10) permata itu tidak mengotorikain, atau kain itu mengotori permata. Mengapa tidak? Karena kemurniankeduanya. Demikian pula Sang Bodhisatta keluar tanpa noda … Ini adalah peraturan.’ 
28. ‘Adalah peraturan bahwa ketika Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibu-Nya, dua pancuran air muncul dari angkasa, yang satu dingin dan yanglainnya hangat, yang kemudian memandikan Sang Bodhisatta dan ibu-Nya. Ini adalah peraturan.’ 

29. ‘Adalah peraturan bahwa segera setelah lahir, Sang Bodhisatta berdiritegak menghadap ke utara, kemudian berjalan tujuh langkah, di bawah payung putih,(11) ia menatap ke empat penjuru kemudian menyatakan dengan suara menyerupai banteng: 

“Aku adalah pemimpin dunia, yang tertinggi di dunia, yang tertua di dunia. Ini adalah kelahiran-Ku yang terakhir, tidak ada kelahiran lagi bagi-Ku.(12) Ini adalah peraturan.’ 

30. ‘Adalah peraturan bahwa ketika Sang Bodhisatta keluar dari rahim ibu-Nya,di dunia ini muncul … cahaya terang yang tidak terukur … (seperti paragraf 17.) Ini adalah peraturan.(13)’ 

31. ‘Para bhikkhu, ketika Pangeran Vipassi lahir, mereka memperlihatkannyakepada Raja Banduma dan berkata: 

“Baginda, putramu telah lahir. Silahkan, baginda melihatnya.” 

Raja melihat putranya dan berkata kepada para Brahmana yang mahir dalammelihat tanda-tanda: 

“Kalian, tuan-tuan, ahli dalam hal tanda-tanda, periksalah sang pangeran.” 

Para Brahmana memeriksa sang pangeran & berkata pada Raja Bandhuma: 

”Baginda, gembiralah, seorang putra yang penuh kekuasaan telah lahir. Ini adalah keuntungan bagimu, Baginda, ini adalah keuntungan besar bagimu, Baginda, bahwa putra seperti ini telah lahir dalam keluargamu. Baginda, pengeran ini memiliki tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa.Orang yang memiliki tanda-tanda ini hanya memiliki dua kemungkinan. Jika ia mengalami kehidupan rumah tangga, ia akan menjadi raja penguasa,raja pemutar roda hukum kebajikan, penakluk empat penjuru, yg menegakkankeamanan negerinya dan memiliki tujuh pusaka. Yaitu: Pusaka Roda, Pusaka Gajah, Pusaka Kuda, Pusaka Permata, Pusaka Perempuan, Pusaka Perumah-tangga, dan ke tujuh, Pusaka Penasihat.Ia memiliki lebih dari seribu putra yang adalah pahlawan-pahlawan bersosokkuat, penakluk bala tentara musuh. Ia berdiam setelah menaklukkan tanah yang dikelilingi oleh lautan, tanpa menggunakan tongkat atau pedang, melainkan dengan hukum. 

Tetapi jika ia meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalanikehidupan tanpa rumah, maka ia akan menjadi seorang Arahat, seorang Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna, seorang yang menarik selubung dunia.”’ 

32. ‘”Dan apakah, Baginda, tiga puluh dua tanda…?(14) 

1. Beliau memiliki telapak kaki yang rata.2. Di telapak kakinya terdapat gambar roda-roda dengan seribu jeruji.3. Tumitnya menonjol.4. Memiliki jari-jemari tangan dan kaki yang panjang.5. Memiliki tangan dan kaki yang lunak dan lembut.6. Tangan dan kakinya menyerupai Jaring.7. Pergelangan kakinya agak lebih tinggi.8. Kakinya menyerupai kaki rusa.9. Berdiri tanpa membungkuk, beliau dapat menyentuh lututnya dengan tangannya.10. Alat kelaminnya terselubung.11. Kulitnya cerah, berwarna keemasan.12. Kulitnya sangat halus dan licin sehingga tidak ada debu yang menempel.13. Bulu-bulu badannya terpisah, satu untuk masing-masing pori-pori.14. Bulu-bulu badannya tumbuh ke atas, hitam kebiruan bagaikan collyrium,tumbuh bergelung ke arah kanan.15. Tubuhnya tegak.16. Memiliki tujuh bagian yang menggembung. 

17. Bagian depan tubuhnya bagaikan bagian depan tubuh singa.18. Tidak ada cekungan antara bahu-bahunya.19. Tubuhnya proporsional bagaikan pohon banyan.20. Dadanya bundar.21. Memiliki indria pengecap yang sempurna.22. Rahangnya seperti rahang singa.23. Memiliki empat puluh gigi.24. Giginya rata.25. Tidak ada celah antara giginya.26. Gigi taringnya putih cemerlang.27. Lidahnya sangat panjang.28. Memiliki suara menyerupai Brahma.29. Matanya biru dalam.30. Bulu matanya menyerupai bulu mata sapi.31. Rambut di antara alis matanya berwarna putih dan lembut sepeti kapas.32. Kepalanya menyerupai serban kerajaan. 

33. ‘”Baginda, pangeran ini memiliki tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa.Baginya, hanya ada dua kemungkinan. Jika ia menjalani kehidupan rumahtangga, ia akan menjadi penguasa, Raja Pemutar-Roda hukum kebajikan… 

Tetapi jika ia meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalanikehidupan tanpa rumah, maka ia akan menjadi seorang Arahat, seorang Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna, yang menarik selubung dunia.”’ 

‘Kemudian Raja Bandhuma, setelah mempersembahkan pakaian-pakaian baru kepada para Brahmana itu, puas atas ramalan mereka.’ 

34. ‘Dan Raja Bandhuma memilih para pengasuh untuk pangeran Vipassi.Beberapa menyusuinya, beberapa memandikannya, beberapa menggendongnya, beberapa bermain dengannya. 

Sebuah payung putih memayunginya siang dan malam, agar ia tidak menderita karena dingin atau panas atau rumput atau debu. Dan Pangeran Vipassi sangat disayangi oleh semua orang. Seperti halnya semua orang menyenangi bunga teratai biru, kuning, atau putih,demikian pula semua orang menyayangi Pangeran Vipassi. Demikianlah ia digendong dari satu pangkuan ke pangkuan lainnya.’ 

35. ‘Dan Pangeran Vipassi memiliki suara yang merdu, suara yang indah,menarik, dan menyenangkan. Seperti halnya di pegunungan Himalaya, terdapat burung karavika yang memiliki suara yang lebih merdu, lebih indah,menarik, dan menyenangkan dari pada semua burung lainnya. Demikian pulasuara Pangeran Vipassi adalah yang paling merdu. 

36. ‘Dan berkat kamma masa lampaunya, Pangeran Vipassi memiliki Mata-batin, sehingga ia dapat melihat hingga sejauh satu liga siang mau pun malam.’ 

37. ‘Dan Pangeran Vipassi memiliki pandangan mata yang sangat tajam,seperti Tiga Puluh Tiga Dewa. Dan karena pandangan matanya yang sangattajam, maka ia disebut ‘Vipassi’.(15)  

Ketika Raja Bandhuma sedang memimpin suatu sidang pengadilan, ia memangku Pangeran di atas lututnya dan menginstruksikan kepadanyadalam kasus itu. Kemudian setelah menurunkannya dari lututnya, sang ayah mampu menjelaskan permasalahan-permasalahan dengan teliti. Dan karena alasan itu, ia semakin dikenal dengan Vipassi.’(?) 

38. ‘Kemudian Raja Bandhuma membangun tiga istana untuk PangeranVipassi, satu untuk musim hujan, satu untuk musim dingin, dan satu untukmusim panas, untuk memenuhi lima kenikmatan-indria. 

Pangeran Vipassi menetap di istana musim hujan selama empat bulan musim hujan, tanpa pelayan laki-laki, dikelilingi oleh para musisi perempuan,dan ia tidak pernah meninggalkan istana tersebut.’
[Akhir dari bagian pembacaan pertama] 

1. ‘Kemudian para bhikkhu, setelah banyak tahun berlalu, beberapa ratus danbeberapa ribu tahun berlalu,(16) Pangeran Vipassi berkata kepada kusirnya: 

“Siapkan kereta-kereta yang indah, kusir! Kita akan pergi ke taman rekreasi untuk memeriksanya,” 

Kusirnya melakukan apa yang diperintahkan, kemudian melaporkan kepada Sang pangeran: 

“Tuanku, kereta-kereta indah telah siap, sekarang waktunya untuk melakukan apa yang engkau inginkan.” 

Dan Pangeran naik ke salah satu kereta dan berangkat beriringan ke taman-rekreasi.’ 

2. ‘Dan ketika sedang berada dalam perjalanan menuju taman-rekreasi,Pangeran Vipassi melihat seorang tua, bungkuk bagaikan balok atap, usang, bersandar pada sebatang tongkat, berjalan terhuyung-huyung, sakit, kemudaannya lenyap. 

Melihat pemandangan itu, ia berkata kepada sang kusir: 

“Kusir, ada apa dengan orang itu? Rambutnya tidak seperti rambut orang lain, badannya tidak seperti badan orang lain.”“Pangeran, itu disebut orang tua.” 

“Tetapi mengapa ia disebut orang tua?”“Ia disebut tua, Pangeran, karena ia hidup dalam waktu yang tidak lama lagi.” 

“Tetapi apakah aku akan menjadi tua, dan tidak terbebas dari usia tua?”“Engkau dan aku pasti menjadi tua, dan tidak terbebas dari usia tua.” 

“Baiklah, kusir, taman rekreasi sudah cukup untuk hari ini. Kembalilah ke istana.”“Baik, Pangeran,” sang kusir berkata, dan membawa Pangeran kembali ke istana.(17) 

Sesampainya di istana, Pangeran Vipassi merasa sedih dan patah hati, ia berteriak: 

“Sungguh menyakitkan kelahiran ini, karena bagi mereka yang dilahirkan, ketuaan pasti terjadi!”’ 

3. ‘Kemudian Raja Bandhuma memanggil sang kusir dan berkata: “Tidakkah Pangeran bersenang-senang di taman-rekreasi? Tidakkah ia merasa gembira di sana?”“Baginda, Pangeran tidak bersenang-senang, ia tidak gembira di sana.” 

“Apa yang ia lihat dalam perjalanan ke sana? 

Maka sang kusir menceritakan semua yang terjadi.’ 

4. ‘Kemudian Raja Bandhuma berpikir: “Pangeran Vipassi tidak boleh meninggalkan tahta, ia tidak boleh meninggalkankehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah – kata-katapara Brahmana yang terpelajar dalam tanda-tanda tidak boleh terjadi!” 

Maka Raja memberikan lebih banyak lagi lima kenikmatan-indria kepadaPangeran Vipassi, agar ia kelak memerintah kerajaan dan tidak meninggalkankehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah …. 

Demikianlah Pangeran melanjutkan kehidupannya dalam kenikmatan duniawi,dan ketagihan akan lima kenikmatan-indria.’ 

5. ‘Setelah beberapa ratus dan beberapa ribu tahun berlalu, Pangeran Vipassi memerintahkan kusirnya untuk membawanya ke taman-rekreasi (seperti paragraph 2.1). 

6. ‘Dan ketika ia sedang berada dalam perjalanan menuju taman-rekreasi,Pangeran Vipassi melihat seorang sakit, menderita, sangat sakit, terjatuh di atas air kencing dan kotorannya sendiri, dan beberapa orangmengangkatnya, dan yang lain meletakkannya ke tempat tidur. 

Melihat pemandangan itu, ia berkata kepada kusirnya: 

“Ada apa dengan orang itu? Matanya tidak seperti mata orang lain, kepalanya(18) tidak seperti kepala orang lain.”“Pangeran, itu disebut orang sakit,” 

“Tetapi mengapa ia disebut orang sakit?”“Pangeran, ia disebut demikian karena ia sulit sembuh dari penyakitnya.” 

“Tetapi apakah aku bisa sakit, dan tidak terbebas dari penyakit?”“Engkau, dan aku, Pangeran, bisa sakit, dan tidak terbebas dari penyakit.” 

“Baiklah, kusir, kembalilah sekarang ke istana.” 

Sesampainya di istana, Pangeran Vipassi merasa sedih dan patah hati, ia berteriak: 

“Sungguh menyakitkan kelahiran ini, karena bagi mereka yang dilahirkan, pasti mengalami penyakit!”’ 

7. ‘Kemudian Raja memanggil sang kusir, yang menceritakan apa yang terjadi.’ 

8. ‘Kemudian Raja memberikan lebih banyak lagi lima kenikmatan-indriakepada Pangeran Vipassi, agar ia kelak memerintah kerajaan dan tidakmeninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah ….’ 

9. Setelah beberapa ratus dan beberapa ribu tahun berlalu, Pangeran Vipassi memerintahkan kusirnya untuk membawanya ke taman-rekreasi.’ 

10. ‘Dan ketika ia sedang berada dalam perjalanan menuju taman-rekreasi,Pangeran Vipassi melihat kerumunan besar, berpakaian warna-warni, dan membawa tandu jenazah. 

Melihat pemandangan itu, ia berkata kepada kusirnya: 

“Apa yang dilakukan orang-orang itu?”“Pangeran, itu yang disebut orang mati.” 

“Bawa aku ke tempat orang mati tersebut.”“Baik, Pangeran,” jawab sang kusir dan melakukan apa yang diperintahkan. 

Dan Pangeran Vipassi menatap mayat orang mati tersebut. Kemudian ia berkata kepada sang kusir: 

“Mengapa ia disebut orang mati?”“Pangeran, ia disebut orang mati karena sekarang orang tuanya dan sanak saudaranya tidak akan melihatnya lagi, dan sebaliknya.” 

“Tetapi, apakah Aku akan mengalami kematian, tidak terbebas dari kematian?”“Engkau dan aku pasti mengalami kematian, tidak terbebas darinya.” 

“Baiklah, kusir, taman rekreasi sudah cukup untuk hari ini. Kembalilah ke istana …. 

Sesampai di istana, Pangeran Vipassi merasa sedih dan patah hati, ia berteriak: 

“Sungguh menyakitkan kelahiran ini, karena bagi mereka yang dilahirkan, kematian pasti terjadi!”’ 

11. ‘Kemudian Raja memanggil sang kusir, yang menceritakan apa yang terjadi.’ 

12. ‘Kemudian Raja memberikan lebih banyak lagi lima kenikmatan-indria ….’ 

13. Setelah beberapa ratus dan beberapa ribu tahun berlalu, Pangeran Vipassi memerintahkan kusirnya untuk membawanya ke taman-rekreasi.’ 

14. ‘Dan ketika ia sedang berada dalam perjalanan menuju taman-rekreasi,Pangeran Vipassi melihat seorang gundul, seorang yang meninggalkankeduniawian,(19) mengenakan jubah kuning. 

Dan ia berkata kepada kusirnya: 

“Ada apa dengan orang itu? Kepalanya tidak seperti kepala orang lain, dan pakaiannya tidak seperti pakaian orang lain.”“Pangeran, ia disebut seorang yang telah meninggalkan keduniawian.” 

“Mengapa ia disebut seorang yang telah meninggalkan keduniawian?”“Pangeran, yang dimaksud dengan seorang yang telah meninggalkan keduniawian adalah seorang yang sungguh-sungguh mengikuti Dhamma,(20) yang sungguh-sungguh hidup dalam ketenangan, melakukan perbuatan baik,melakukan kebajikan, tidak melukai, dan sungguh-sungguh berbelas kasihterhadap makhluk-makhluk hidup.” 

“Kusir, ia tepat sekali disebut sebagai seorang yang telah meninggalkankeduniawian … bawa aku kepadanya.”“Baik, Pangeran,” jawab si kusir dan melakukan apa yang diperintahkan. 

Dan Pangeran Vipassi menanyai orang yang telah meninggalkan keduniawian tersebut. 

“Pangeran, sebagai seorang yang telah meninggalkan keduniawian, aku sungguh-sungguh mengikuti Dhamma … dan berbelas kasih terhadap makhluk-makhluk hidup.”“Engkau memang tepat sekali disebut sebagai seorang yang telahmeninggalkan keduniawian ….”’ 

15. ‘Kemudian Pangeran Vipassi berkata kepada kusirnya: 

“Engkau bawalah kereta itu dan kembalilah ke istana. Tetapi aku akan tinggal di sini dan mencukur rambut dan janggutku,mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah.”“Baik, Pangeran,” jawab sang kusir, dan kembali ke istana. 

Dan Pangeran Vipassi, mencukur rambut dan janggutnya dan mengenakanjubah kuning, pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalanikehidupan tanpa rumah.’ 

16. ‘Dan sekelompok besar orang dari ibu kota kerajaan, Bandhumati, delapan puluh empat ribu orang,(21) mendengar bahwa Pangeran Vipassitelah meninggalkan keduniawian untuk menjalani kehidupan tanpa rumah. Dan mereka berpikir: 

“Ini tentu bukan ajaran dan disiplin biasa, bukan pelepasan biasa, yang karenanya Pangeran Vipassi mencukur rambut dan janggutnya,mengenakan jubah kuning dan meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah. 

Jika Sang Pangeran bisa melakukan hal itu, mengapa kita tidak?” 

Dan demikianlah, para bhikkhu, sekelompok besar orang berjumlah delapan puluh empat ribu, mencukur rambut dan janggut mereka danmengenakan jubah kuning, mengikuti Bodhisatta Vipassi(22) menjalanikehidupan tanpa rumah. Dan dengan para pengikutnya ini, Sang Bodhisattamelakukan perjalanan melewati desa-desa, pasar, dan kota-kota.’ 

17. ‘Kemudian Bodhisatta Vipassi, setelah pergi ke tempat sunyi, muncul pikiran: 

“Tidaklah pantas bagiku untuk hidup bersama-sama sekelompok besar orangseperti ini. Aku harus menetap sendirian, menarik diri dari kerumunan ini.” 

Maka tidak lama kemudian, ia meninggalkan kerumunan itu dan menetapsendirian. Delapan puluh empat ribu orang mengambil satu arah, Sang Bodhisatta mengambil arah lainnya.’ 

18. ‘Kemudian, ketika Sang Bodhisatta telah memasuki tempat pengasingannya sendiri, di tempat yang sunyi, ia berpikir: 

“Dunia ini, aduh! Dalam keadaan yang sangat menyedihkan: ada kelahiran dan kerusakan,(23) ada kematian dan terjatuh dalam kondisi-kondisi lainnyadan terlahir kembali. Dan tidak seorang pun yg mengetahui jalan membebaskandiri dari penderitaan ini, usia-tua dan kematian ini. 

Kapankah kebebasan dari penderitaan ini, dari usia-tua dan kematian ini,ditemukan?”’ 

‘Dan kemudian, para bhikkhu, Sang Bodhisatta berpikir: 

“Dengan apakah yang ada, yang mengakibatkan usia-tua-dan-kematian terjadi?Apakah yang mengkondisikan usia-tua-dan-kematian?” 

Dan kemudian, para bhikkhu, sebagai akibat dari kebijaksanaan yang munculdari perenungan mendalam,(24) perlahan-lahan pencapaian muncul dalamdirinya: 

“Karena kelahiran ada, maka usia-tua-dan-kematian terjadi, kelahiran mengkondisikan usia-tua-dan-kematian.”(25) 

‘Kemudian ia berpikir: “Apakah yang mengkondisikan kelahiran?” 

dan perlahan-lahan pencapaian muncul dalam dirinya: “Penjelmaan(26) mengkondisikan kelahiran” … 

“Apakah yang mengkondisikan penjelmaan?” … “Keinginan mengkondisikan kemelekatan” … “Perasaan mengkondisikan keinginan” … “Kontak(27) mengkondisikan perasan” … “Enam landasan indria mengkondisikan kontak” …“Batin-dan-jasmani mengkondisikan enam-landasan-indria” … “Kesadaran mengkondisikan batin-dan-jasmani” … 

Dan kemudian, para bhikkhu, Bodhisatta Vipassi berpkir: 

“Dengan apakah yang ada, yang mengakibatkan kesadaran terjadi? Apakah yang mengkondisikan kesadaran?” 

Dan kemudian, sebagai akibat dari kebijaksanaan yang muncul dariperenungan mendalam, perlahan-lahan pencapian muncul dalam dirinya: 

“Batin-dan-jasmani mengkondisikan kesadaran”.’ 

19. ‘Kemudian, para bhikkhu, Bodhisatta Vipassi berpikir: 

“Kesadaran ini kembali kepada batin-dan-jasmani, tidak pergi lebih jauhlagi.(28) Hingga sejauh ini, ada kelahiran dan kerusakan, ada kematian danterjatuh dalam kondisi-kondisi lainnya dan kelahiran kembali, yaitu: 

batin-dan-jasmani mengkondisikan kesadaran dan kesadaran mengkondisikan batin-dan-jasmani, batin-dan-jasmani mengkondisikan enam-landasan-indria, enam-landasan-indria mengkondisikan kontak, kontak mengkondisikan perasaan, perasaan mengkondisikan keinginan, keinginan mengkondisikan kemelekatan, kemelekatan mengkondisikan penjelmaan, penjelmaan mengkondisikan kelahiran, kelahiran mengkondisikan usia-tua-dan-kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesusahan. 

Dan demikianlah keseluruhan penderitaan ini berasal-mula.” 






Dan pada pikiran: “Asal-mula, asal-mula”, muncullah dalam diri Bodhisatta,pandangan terang ke dalam hal-hal yang belum pernah dicapai sebelumnya,pengetahuan, kebijaksanaan, kesadaran, dan cahaya.’






20. ‘Kemudian ia berpikir:






“Dengan tidak adanya apakah, maka uisa-tua-dan kematian tidak terjadi?Dengan lenyapnya apakah, maka usia-tua-dan-kematian lenyap?”






Dan kemudian, sebagai akibat dari kebijaksanaan yang muncul dariperenungan mendalam, perlahan-lahan muncul dalam dirinya:






“Dengan tidak adanya kelahiran, maka usia-tua-dan-kematian tidak terjadi.Dengan lenyapnya kelahiran, maka usia-tua-dan-kematian lenyap” …






“Dengan lenyapnya apakah, maka kelahiran lenyap?”“Dengan lenyapnya penjelmaan, maka kelahiran lenyap” … “Dengan lenyapnya kemelekatan, maka penjelmaan lenyap” … “Dengan lenyapnya keinginan, maka kemelekatan lenyap” … “Dengan lenyapnya perasaan, maka keinginan lenyap” … “Dengan lenyapnya kontak, maka perasaan lenyap” … “Dengan lenyapnya enam-landasan-indria, maka kontak lenyap” … “Dengan lenyapnya batin-dan-jasmani, maka enam-landasan-indria lenyap” …“Dengan lenyapnya kesadaran, maka batin-dan-jasmani lenyap” … “Dengan lenyapnya batin-dan-jasmani, maka kesadaran lenyap” …’






21. ‘Kemudian Bodhisatta Vipassi berpikir:






“Aku telah menemukan jalan pandangan terang (vipassana)(29) menuju pencerahan, yaitu:






‘Dengan lenyapnya batin-dan jasmani, maka kesadaran lenyap;Dengan lenyapnya kesadaran, maka batin-dan-jasmani lenyap;Dengan lenyapnya batin-dan-jasmani, maka enam-landasan-indria lenyap;Dengan lenyapnya enam-landasan-indria, maka kontak lenyap;Dengan lenyapnya kontak, maka perasan lenyap;Dengan lenyapnya perasaan, maka keinginan lenyap;Dengan lenyapnya keinginan, maka kemelekatan lenyap;Dengan lenyapnya kemelekatan, maka penjelmaan lenyap;Dengan lenyapnya penjelmaan, maka kelahiran lenyap;Dengan lenyapnya kelahiran, maka usia-tua-dan-kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan kesusahan lenyap.






Dan demikianlah keseluruhan penderitaan itu lenyap”






Dan pada pikiran: “Lenyapnya, lenyapnya”, muncullah dalam diri BodhisattaVipassi, pandangan terang ke dalam hal-hal yang belum pernah dicapaisebelumnya, pengetahuan, kebijaksanan, kesadaran, dan cahaya.’






22. ‘Kemudian, para bhikkhu, pada waktu lain, Bodhisatta Vipassi berdiammerenungkan muncul dan lenyapnya lima gugus kemelekatan:






“Demikianlah badan ini, demikianlah munculnya, demikianlah lenyapnya;demikianlah perasaan …; demikianlah persepsi …; demikianlah bentukanbentukan batin …; demikianlah kesadaran, demikianlah munculnya,demikianlah lenyapnya.”






Dan sewaktu ia merenungkan muncul dan lenyapnya lima gugus kemelekatan,tidak lama kemudian batinnya bebas dari kekotoran tanpa sisa.(30)’


1. ‘Kemudian, para bhikkhu, Sang Bhagava, Sang Arahat, Buddha Vipassi yang telah mencapai Penerangan Sempurna berpikir: “Bagaimana jika aku mengajarkan Dhamma?”






Dan kemudian ia berpikir:






“Aku telah menembus Dhamma ini yang sangat dalam, sulit dilihat, sulit ditangkap, damai, luhur, melampaui logika,(31) halus, untuk dipahami oleh para bijaksana.






Tetapi generasi ini gembira dalam kemelekatan,(32) senang di dalamnya dan bersukaria di dalamnya. Bagi mereka yang bergembira, senang danbersukaria di dalam kemelekatan, hal ini sulit dilihat, yaitu, sifat berkondisi dari segala sesuatu,(33) atau sebab-akibat yang saling bergantungan.(34) Sama sulitnya dengan melihat, bagaimana menenangkan bentukan-bentukanbatin,(35) meninggalkan semua endapan kelahiran,(36) meluruhkan keinginan,kebosanan, lenyapnya, dan Nibbana.






Dan jika Aku mengajarkan Dhamma kepada orang lain dan mereka tidakmemahami-Ku, itu hanya akan melelahkan dan menyulitkan-Ku saja.”’





2. ‘Dan dalam diri Buddha Vipassi, muncul syair berikut ini secara spontan,yang tidak pernah terdengar sebelumnya:






“Ini yang telah kucapai, mengapakah harus Kuajarkan?Mereka yang penuh nafsu dan kebencian tidak akan mampu menangkapnya.Mengangkat Dhamma ini, yang halus, dalam, sulit dilihat, tak ada seorang pundari mereka yang dibutakan oleh nafsu, dapat melihatnya.”






Sewaktu Buddha Vipassi merenungkan demikian, pikiran-Nya cenderung padatidak berbuat apa-apa daripada mengajarkan Dhamma. Dan, para bhikkhu,pikiran Buddha Vipassi diketahui oleh Maha Brahma tertentu.(37) Dan ia berpikir:






“Aduh! Dunia akan binasa, akan hancur karena pikiran Vipassi, Yang Terberkahi, Sang Arahat, Buddha yang telah mencapai PeneranganSempurna, cenderung pada tidak berbuat apa-apa daripada mengajarkanDhamma!”’






3. ‘Maka Maha Brahma ini, secepat seorang kuat merentangkan tangannya,atau melipatnya lagi, lenyap dari alam Brahma dan muncul kembali di hadapanBuddha Vipassi. Merapikan jubahnya di bahunya dan berlutut dengan lututkanannya, ia memberi hormat kepada Buddha Vipassi dengan merangkapkantangannya dan berkata:






“Bhagava, sudilah Bhagava mengajarkan Dhamma, sudilah Yang Sempurnamenempuh Sang Jalan mengajarkan Dhamma! Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka yang akan binasa, karena tidakmendengar Dhamma; mereka dapat memahami Dhamma!”(38)






4. ‘Kemudian Buddha Vipassi menjelaskan (seperti parafgraf 1-2 sebelumnya), Mengapa ia cenderung tidak melakukan apa-apa daripada mengajarkanDhamma.’






5-6. ‘Dan Sang Maha Brahma memohon untuk ke dua dan ke tiga kalinyakepada Sang Buddha Vipassi untuk mengajarkan …… kemudian Sang Buddha Vipassi, menerima permohonan Sang Brahma dan tergerak oleh belas kasih-Nya terhadap makhluk-makhluk, memeriksadunia ini dengan Mata-Buddha,(39) dan melihat makhluk-makhluk dengansedikit debu di mata mereka dan banyak debu, yang berindria tajam dantumpul, berwatak baik dan buruk, yang mudah dan sulit diajari, dan beberapadari mereka hidup dalam perasaan takut akan pelanggaran dan akan alamkelahiran berikutnya.






Dan Bagaikan di sebuah kolam, terdapat bunga teratai biru, merah, atau putihyang muncul dalam air, tumbuh dalam air, dan tanpa meninggalkan air,berkembang dalam air; beberapa tumbuh dalam air dan mencapai permukaan;sedangkan beberapa tumbuh dalam air dan setelah mencapai permukaan,berkembang di luar air dan tidak dikotori olehnya.






Demikianlah, para bhikkhu, Buddha Vipassi, memeriksa dunia ini dengan Mata-Buddha, melihat makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka ….’






7. ‘Kemudian, mengetahui pikiran-Nya, Maha Brahma berkata kepada Buddha Vipassi dalam syair berikut:






“Bagaikan dari atas puncak-gunung, seorang pengamat memerhatikan orang-orang di bawah, demikian pula, Sang Bijaksana,(40) melihat semuanya, melihat ke bawah dari ketinggian Dhamma!Bebas dari kesengsaraan, melihat mereka yang tenggelam dalam kesedihan, tertekan oleh kelahiran dan usia-tua.






Muncul, pahlawan, pemenang dalam pertempuran, pemimpin pengembara, melewati dunia!Ajarkanlah, O, Bhagava, Dhamma, dan mereka akan memahami.”






Dan Buddha Vipassi menjawab Maha Brahma dalam syair:






“Terbuka bagi mereka pintu keabadian!Semoga mereka yang mendengarkan mengembangkan keyakinan.(41)






Karena takut akan kesulitan, Aku ragu untuk mengajarkan Dhamma yang mulia bagi manusia, Brahma!”






Kemudian Maha Brahma berpikir: “Aku telah menyebabkan Buddha Vipassi membabarkan Dhamma”, bersujud kepada Sang Buddha, dan, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Buddha, dan lenyap dari sana.’






8. ‘Kemudian Buddha Vipassi berpikir:






“Kepada siapakah pertama kali Aku mengajarkan Dhamma ini? Siapakah yang dapat dengan cepat memehaminya?”






Kemudian Beliau berpikir:






“Ada Khanda, putra Raja(42) dan Tissa, putra Brahmana kerajaan(43), yang menetap di ibu kota Bandhumati.






Mereka bijaksana, terpelajar, berpengalaman, dan sejak lama memiliki sedikitdebu di mata mereka. Jika aku sekarang mengajarkan Dhamma pertama kalikepada Khanda dan Tissa, mereka akan memahaminya dengan cepat.”






Dan demikianlah, Buddha Vipassi, secepat seorang kuat merentangkan tangan-Nya, atau melipatnya lagi, lenyap dari bawah pohon Penerangan, dan muncul kembali di ibu kota kerajaan Bandhumati, di taman rusa Khema.’






9. ‘Dan Buddha Vipassi bekata kepada penjaga-taman:






“Penjaga, pergilah ke Bandhumati dan katakan kepada Pangeran Khanda dan putra Brahmana kerajaan, Tissa:






‘Tuanku, Vipassi Yang Terberkahi, Sang Arahat, Buddha yang telah mencapaiPenerangan Sempurna, telah datang ke Bandhumati di taman-rusa Khema.Beliau ingin bertemu denganmu.’”






“Baiklah, Bhagava,” jawab di penjaga-taman, dan pergi menyampaikan pesan.’






10. ‘Kemudian Khanda dan Tissa, setelah mempersiapkan kereta yang bagus,berkendara keluar dari Bandhumati menuju taman rusa Khema. Mereka berkendara sejauh yang dimungkinkan oleh kereta, kemudian turun dan melanjutkan dengan berjalan kaki hingga tiba di tempat Sang BuddhaVipassi. Ketika mereka sampai, mereka bersujud kepada Beliau dan duduk di satu sisi.’






11. ‘Dan Buddha Vipassi membabarkan khotbah bertingkat tentangkedermawanan, tentang moralitas dan tentang surga,(44) menunjukkanbahaya, penurunan dan kekotoran dari kenikmatan-indria, dan manfaat darimeninggalkan keduniawian.






Dan ketika Buddha Vipassi mengetahui bahwa batin Khanda dan Tissa telah siap, lunak, bebas dari rintangan, gembira, dan tenang, kemudian Beliau membabarkan khotbah istimewa para Buddha secara ringkas: tentang penderitaan, tentang asal-mulanya, lenyapnya, dan sang jalan.






Dan bagaikan kain yang bersih yang semua nodanya telah dihilangkan, akan dapat diwarnai dengan sempurna, demikian pula Pangeran Khanda dan Tissa, putra Brahmana kerajaan, saat mereka duduk di sana, muncul Mata-Dhamma yang murni dan tanpa noda, dan mereka mengetahui:






“Segala sesuatu yang mempunyai asal-mula pasti akan lenyap.”’






12. ‘Dan mereka, setelah melihat, mencapai, mengalami, dan menembusDhamma, setelah melampaui keragu-raguan, setelah mendapatkan keyakinansempurna dalam Ajaran Sang Guru tanpa bergantung pada yang lain, berkata:






“Sungguh indah, Bhagava, sungguh menakjubkan! Bagaikan seorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada disana. Demikian pula Bhagava telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara.






Kami berlindung pada Bhagava, dan kepada Dhamma. Semoga kami menerima pelepasan dari tangan Bhagava, semoga kami menerima penahbisan!”’






13. ‘Dan demikianlah Pangeran Khanda dan Tissa, putra Brahmana kerajaan,menerima pelepasan dari tangan Sang Bhagava, dan mereka menerimapenahbisan.






Kemudian Buddha Vipassi memberikan instruksi dengan khotbah Dhamma,menginspirasi mereka, memicu semangat mereka, dan menggembirakanmereka, menunjukkan bahaya, penurunan dan kekotoran dari segala sesuatuyang berkondisi(45) dan manfaat dari Nibbana.(46)






Dan karena terinspirasi, terpicu semangatnya, gembira mendengat khotbah ini,tidak lama kemudian, batin mereka terbebas dari kekotoran tanpa sisa.’






14. ‘Dan kelompok besar berjumlah delapan puluh empat ribu orang dariBandhumati mendengar bahwa Buddha Vipassi sedang berada di taman-rusaKhema, dan bahwa Khanda & Tissa telah mencukur rambut & janggut mereka,mengenakan jubah kuning, dan pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga,untuk menjalani kehidupan tanpa rumah.






Dan mereka berpikir:






“Ini pasti bukan ajaran dan disiplin biasa … yang karenanya Pangeran Khandadan Tissa, putra Brahmana kerajaan, meninggalkan kehidupan rumah tangga,untuk menjalani kehidupan tanpa rumah.






Jika mereka dapat melakukan hal ini di hadapan Buddha Vipassi, mengapa kita tidak?”






Dan demikianlah kelompok besar delapan puluh empat ribu orang itu, meninggalkan Bandhumati menuju taman-rusa Khema di mana Buddha Vipassi berada. Ketika mereka sampai di sana, mereka bersujud kepada Beliaudan duduk di satu sisi.’






15. ‘Dan Buddha Vipassi membabarkan khotbah bertingkat tentang kedermawanan, tentang moralitas dan tentang surga, menunjukkan bahaya,penurunan dan kekotoran dari kenikmatan-indria, dan manfaat darimeninggalkan keduniawian.






Dan bagaikan kain yang bersih … dapat diwarnai dengan sempurna, demikianpula dalam diri delapan puluh empat ribu orang itu, saat mereka duduk di sana,muncul Mata-Dhamma yang murni dan tanpa noda, dan mereka mengetahui:






“Segala sesuatu yang mempunyai asal-mula pasti akan lenyap.”’






16. (seperti paragraph 12)






17. ‘Dan demikianlah delapan puluh empat ribu orang itu menerima pelepasandari tangan Sang Bhagava, dan mereka menerima penahbisan.






Kemudian Buddha Vipassi memberikan instruksi dengan khotbah Dhamma …(seperti paragraph 13) dan tidak lama kemudian, batin mereka terbebas darikekotoran tanpa sisa.’






18. ‘Kemudian kelompok pertama yang berjumlah delapan puluh empat ribuorang yang telah meninggalkan keduniawian mendengar:






“Buddha Vipassi telah datang ke Bandhumati dan berada di taman-rusaKhema, mengajarkan Dhamma.”’






19-21. ‘Dan semuanya terjadi seperti sebelumnya …. Dan tidak lama kemudian,batin mereka terbebas dari kekotoran tanpa sisa.’






22. ‘Dan saat itu, di ibu kota kerajaan Bandhumati, ada kelompok besarberjumlah enam juta delapan ratus ribu(47) bhikkhu.






Dan ketika Buddha Vipassi masuk ke dalam pengasingan, ia berpikir:






“Sekarang ada kelompok besar para bhikkhu di ibu kota. Bagaimana jika Aku memberikan izin kepada mereka:






‘Mengembaralah, para bhikkhu, demi kebaikan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, karena belas kasihan terhadap dunia, demi kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia.






Jangan pergi berdua, para bhikkhu, ajarkan Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, dalam kata dan maknanya, dan tunjukkanlah kehidupan suci secara lengkap dan sempurna.






Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka, yg akan binasakarena tidak mendengar Dhamma; mereka akan memahami Dhamma.






Tetapi di akhir dari tepat enam tahun, kalian harus datang bersama-sama ke ibu kota Bandhumati, untuk membacakan peraturan-peraturan disiplin.”’






23. ‘Kemudian satu Maha Brahma, mengetahui pikiran Buddha Vipassi, secepat seorang kuat merentangkan tangannya, atau melipatnya lagi, lenyap dari alam Brahma dan muncul kembali di hadapan Buddha Vipassi.Merapikan jubahnya di bahunya dan memberikan hormat kepada BuddhaVipassi dengan merangkapkan tangannya dan berkata:






“Demikianlah, O, Bhagava, demikianlah, O, Yang telah sempurna menempuhSang jalan! Izinkanlah kelompok besar ini pergi mengembara, demi kebaikanbanyak makhluk … karena belas kasihan terhadap dunia … Ada makhlukmakhluk dengan sedikit debu di mata mereka, yang akan binasa karena tidakmendengar Dhamma dan mereka akan memahami Dhamma.






Dan kami juga akan melakukan hal yang sama seperti para bhikkhu:di akhir dari enam tahun, kami akan datang bersama-sama ke ibu kotaBandhumati untuk membacakan peraturan disiplin.”’






Setelah mengatakan demikian, Brahma itu bersujud kepada Sang Buddha,berbalik dengan sisi kanannya menghadap Sang Buddha, kemudian lenyap dari sana.’






24-25. ‘Demikianlah Buddha Vipassi, keluar dari pengasingan-Nya di selawaktu istirahat, memberitahukan para bhikkhu tentang apa yang Beliaupikirkan.’






26. ‘”Aku mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk mengembara, demi kebaikanbanyak orang, demi kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia.






Jangan pergi berduaan, para bhikkhu, ajarkanlah Dhamma yang indah di awal,indah di pertengahan dan indah di akhir, dalam kata dan maknanya, dan tunjukkan kehidupan suci yang lengkap dan sempurna.






Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debu di mata mereka yang akan binasakarena tidak mendengarkan Dhamma: mereka akan memahami Dhamma.






Tetapi pada akhir dari enam tahun tepat, kalian harus datang bersamaan ke ibu kota Bandhumati, untuk membacakan peraturan disiplin.”’






Dan sebagian besar dari para bhikkhu tersebut pergi pada hari itu juga,mengembara di seluruh negeri.’






27. ‘Pada waktu itu, terdapat delapan puluh empat ribu tempat kediamanreligius di Jambudipa.(48) Dan di akhir dari tahun pertama, para dewa berseru:






“Tuan-tuan, satu tahun telah berlalu, lima tahun lagi. Di akhir dari lima tahun lagi kalian harus kembali ke Bandhumati, untuk membacakan peraturan disiplin.”






Dan hal yang serupa terjadi di akhir tahun ke dua, ke tiga, ke empat, ke lima.Dan ketika enam tahun telah berlalu, para dewa mengumumkan:






“Tuan-tuan, enam tahun telah berlalu, sekarang waktunya untuk pergi ke ibu kota Bandhumati untuk membacakan peraturan disiplin!”






Dan para bhikkhu tersebut, beberapa dengan kekuatan batinnya sendiri dan beberapa dengan bantuan para dewa, semuanya dalam satu hari, datang ke Bandhumati untuk membacakan peraturan disiplin.’






28. ‘Dan kemudian Buddha Vipassi memberikan peraturan berikut, kepada kelompok para bhikkhu:






“Kesabaran adalah pengorbanan tertinggi,Nibbana adalah yang tertinggi,Demikianlah yang disabdakan oleh Para Buddha.Ia yang masih menyakiti makhluk lain bukanlah‘seorang yang telah meninggalkan keduniawian’,Ia yang melukai makhluk lain bukanlah seorang petapa.(49)Tidak melakukan kejahatan, namun melakukan kebaikan,menyucikan pikiran, inilah yang diajarkan Para Buddha.(50)






Tidak menghina, tidak mencelakai, mengendalikan diri sesuai peraturan,makan secukupnya, menetap dalam pengasingan,melatih konsentrasi, inilah yang diajarkan Para Buddha.”(51)






29. ‘Suatu ketika, para bhikkhu, Aku sedang menetap di Ukkattha(52) di hutan Subhaga di bawah pohon sal.






Dan ketika Aku berdiam di sana, muncul dalam pikiran-Ku:






“Tidak ada alam makhluk-makhluk yang dengan mudah dapat Kucapai yangbelum Kukunjungi sedemikian lama seperti para dewa di Alam Murni.(53) Bagaimana jika Aku mengunjunginya sekarang?”






Dan kemudian, secepat seorang kuat merentangkan tangan-Nya, ataumelipatnya lagi, Aku lenyap dari Ukkattha dan muncul di antara para dewaAviha. Dan beberapa ribu dari mereka mendekati-Ku, memberi hormat danberdiri di satu sisi. Kemudian mereka berkata:






“Tuan(54), sudah Sembilan puluh satu kappa berlalu sejak Buddha Vipassimuncul di dunia ini.”






“Buddha Vipassi terlahir dari kasta Khattiya, dan dibesarkan dalam keluarga Khattiya. Beliau berasal dari suku Kondanna.






Pada masa-Nya, umur kehidupan manusia adalah delapan puluh ribu tahun.Beliau mencapai Penerangan Sempurna di bawah pohon bunga-trompet. Ia memiliki sepasang siswa utama, Khanda dan Tissa; Beliau memiliki tiga kelompok siswa: satu terdiri dari enam juta delapan ratus ribu, satu terdiri dari seratus ribu, dan satu terdiri dari delapan puluh ribu bhikkhu, semuanya Arahat; pelayan pribadi-Nya adalah Bhikkhu Asoka, ayah-Nya adalah Raja Bandhuma, ibu-Nya adalah Ratu Bandhumati, dan ibu kota kerajaan ayah-Nya adalah Bandhumati.






Pelepasan Buddha Vipassi adalah seperti ini, Pertapaan-Nya adalah seperti ini,usaha-Nya adalah seperti ini, Penerangan Sempurna-Nya adalah seperti ini; pemutaran roda-Nya adalah seperti ini.”






“Dan kami, Tuan, yang menjalani kehidupan suci di bawah Buddha Vipassi,setelah membebaskan diri dari kenikmatan-indria, kami muncul di sini.”(55)






30.’Demikian pula beberapa ribu dewa datang … (merujuk pada cerita yangserupa atas Buddha Sikhi dan para Buddha lainnya seperti paragraph 1.12). Mereka berkata:






“Tuan, dalam kappa yang menguntungkan ini, Sang Buddha telah muncul di dunia.






Beliau terlahir dari kasta Khattiya …; Beliau bermarga Gotama; pada masa-Nya, umur kehidupan manusia sangat singkat, terbatas dan cepat dilalui, jarang ada yang hidup hingga umur seratus tahun. Beliau mencapai Penerangan Sempurna di bawah pohon assattha; Beliau memiliki sepasang Siswa Utama, Sariputta dan Moggallana; Beliau memiliki sekelompok siswa berjumlah seribu dua ratus lima puluhbhikkhu yang semuanya adalah Arahat; pelayan pribadi-Nya adalah Ananda; ayah-Nya adalah raja Suddhodana, ibu-Nya adalah Ratu Maya, dan ibu kota kerajaannya adalah Kapilavatthu.






Pelepasan-Nya adalah seperti ini, Pertapaan-Nya adalah seperti ini, usaha-Nya adalah seperti ini, Penerangan Sempurna-Nya adalah seperti ini; pemutaran roda-Nya adalah seperti ini.






Dan kami,Tuan, yang menjalani kehidupan suci di bawah Bhagava, setelah membebaskan diri dari kenikmatan-indria, muncul di sini.”’






31-32. ‘Kemudian Aku bersama para dewa Aviha pergi mengunjungi para dewaAtapa, dan bersama mereka, Aku pergi mengunjungi para dewa Sudassa, dan bersama mereka, Aku pergi mengunjungi para dewa Sudassi, dan bersama semua dewa ini, Aku pergi mengunjungi para dewa Akanittha.






Dan di sana, beberapa ribu dewa mendekati-Ku, memberi hormat dan berdiri di satu sisi. Kemudian mereka berkata:






“tuan, sudah Sembilan puluh satu kappa berlalu sejak Buddha Vipassi muncul di dunia ini ….”’






33. ‘Dan demikianlah, para bhikkhu, dengan penembusan dasar-dasarDhamma,(56) Sang Tathagata mengingat para Buddha masa lampau yang telah mencapai Nibbana akhir, memotong berbagai macam kelahiran(57), pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi oleh siapa pun, memadamkan lingkaran,(58) telah melewati semua penderitaan;






Beliau mengingat kelahiran-kelahiran Mereka, nama Mereka, suku Mereka, umur kehidupan Mereka, sepasang siswa utama Mereka, kelompok siswa Mereka:






“Buddha ini terlahir begini, bernama ini, dari suku ini, demikianlah moralitas-Nya, Dhamma-Nya, kebijaksanaan-Nya, tempat tinggal-Nya, demikianlah pembebasan-Nya.”’(59)






Demikianlah Sang Bhagava bercerita, dan para bhikkhu, merasa senang,gembira mendengar kata-kata Beliau.






Catatan :






1. Sutta ini, Mahapadana Sutta, menandai awal dari bagian ke dua dan suatuatmosfer baru. Bagian ini disebut ‘besar’ mungkin hanya karena sebagian besarSutta di sini mengandung kata maha ‘besar’ pada judulnya. Mahapadana = Maha-apadana. Apadana (yang juga merupakan judul dari buku dalamKhuddaka Nikaya) berarti ‘legenda, riwayat hidup’:






di sini dari tujuh Buddha dengan mengambil contoh Buddha Vipassi, sedangkan dalam Khuddaka Nikaya berisi kisah-kisah para Arahat. Sutta ini jelas adalah salah satu Sutta terakhir, meskipun dengan beberapa unsur awal.






2. Kappa menguntungkan adalah kappa yang terdapat satu atau lebih Buddha muncul. Kappa sekarang adalah kappa dengan lima Buddha, empat di antaranya telah muncul.






3. Ficus religiosa. Turunan dari pohon aslinya dilestarikan di Bodhi gaya dan Anuradhapura (Sri Lanka).






4. Cf. MN 123.4.






5. Serupa, kecuali pada ‘bagian ulangan’, dengan MN 123.8-habis (MLS iii, pp.165-169).






6. Dhammata: yaitu yang sesuai dengan Dhamma sebagai hukum universal.






7. Ini dikatakan sebagai satu dari alam neraka.






8. Empat Raja Dewa (DA) (cf. DN 11.69).






9. Juga, Empat Raja Dewa.






10. Varanasi (Benares).






11. Lambang kerajaan.






12. Semua hal ini adalah simbolis, menurut DA. Berdiri di atas tanah,melambangkan empat ‘jalan menuju kekuatan’ (iddhipadani). Menghadap ke utara melambangkan banyak makhluk yang dimenangkan.Tujuh langkah melambangkan tujuh factor penerangan sempurna (bojjhanga).Payung melambangkan kebebasan. Menatap ke empat penjuru melambangkan pengetahuan tanpa halangan.Suara banteng melambangkan Pemutaran Roda. Dan pernyataan kelahiran terakhir-Nya ‘auman singa’ melambangkanpencapaian Kearahatan.






13. Demikianlah cahaya ini muncul dua kali, saat memasuki rahim dan saat kelahiran Sang Bodhisatta.






14. Tanda-tanda ini dijelaskan secara terperinci dalam DN 30.14ff






15. Berhubungan dengan vipassana ‘pandangan terang’ (juga sebagai praktik meditasi cf. DN 22).






16. Ingat bahwa umur kehidupan manusia pada masa itu adalah 80.000 tahun (I.7) yang selanjutnya disebutkan, sehubungan dengan BuddhaGotama, dalam pendahuluan (nidanakatha) dari Jataka. Cf. Warren, BT, pp. 56ff.






17. Antepuram: secara harfiah, ‘tempat tinggal dalam’, biasanya berarti ‘harem’,dan menurut 1.38 Vipassi sesungguhnya dilayani hanya oleh perempuan. DA mengatakan bahwa ia membubarkan mereka dan duduk menyendiribersedih, ‘seolah-olah tertembak di jantungnya oleh anak panah pertama ini’.






18. Tertulis siro ‘kepala’. RD mengikuti MSS yang berbeda yang tertulis saro‘suara’.






19. Pabbajita: kita dapat mengatakan, yang paling menyerupai seorang bhikkhuBuddhis. Dalam nidanakatha, di mana seluruh empat pertanda disebutkandiutus oleh para dewa, ini masuk akal: ‘Walaupun tidak ada Buddha pada masaitu, dan si kusir tidak memiliki pengetahuan akan bhikkhu atau kualitas baiknya,namun dengan kekuatan para dewa, Ia menjadi terinspirasi untuk mengatakan:“Tuanku, ini adalah seorang yang telah meninggalkan keduniawian.”’(terjemahan Warren).






20. Ini dapat dianggap sebagai ‘hukum universal’ atau, dengan sedikitanakronisme sebagai ajaran Buddha.’Baik dan benar’ mengartikan sadhu.‘Melakukan perbuatan baik’ mengartikan kusala-kiriya secara harfiah berarti‘melakukan perbuatan terampil’, yang jelas memiliki makna Buddhis.






21. Konvensi untuk menggambarkan ‘jumlah yang sangat besar’.






22. Vipassi di sini disebut sebagai Bodhisatta untuk yang pertama kalinya,setelah meninggalkan keduniawian.






23. Terdapat permainan kata-kata di sini: jayati ca (ada kelahiran), jiyati ca (ada kerusakan), miyati ca (ada kematian);






dua istilah pertama dihubungkan dengan pengulangan huruf pertama, ke dua dan ke tiga dihubungkan dengan rima.






24. Yoniso manasikara: yoni berarti ‘rahim’, karenanya ‘sumber, asal-mula’. Frasa ini sebenarnya berarti ‘kembali ke akar persoalan’ – di sini, denganpenembusan sempurna bagi makhluk yang kurang abadi, sampai tingkat yang bersesuaian.






25. Penembusan sebab-akibat yang bergantungan (patica-samuppada): baca pendahuluan, di sini dan dalam DN 15, hanya mata rantai 3-12 dari urutan biasanya yang dijelaskan di sini.






26. Bhava: proses ‘menjelang kemunculan’. Ini juga berhubungan dengan kedua mata rantai yang tidak dijelaskan di sini,yang mewakili proses ‘menjelang kemunculan’ dalam kehidupan lampau.






27. Phassa.






28. DA menjelaskan bahwa perenungan Vipassi hanya sampai pada awalkehidupan ini.






29. RD mengomentari: ‘Karena ini bukan frasa biasa … tidak diragukan mengandung suatu permainan pada nama Vipassi’.






30. Ia menjadi Arahat.






31. Atakkavacaro: melampaui alam pikiran logis. Yang hanya dapat ditembus melalui pandangan terang, bukan dengan pemikiran saja.






32. Alaya-rama: ‘bergembira dalam suatu dasar’ (yaitu, sesuatu yang dapat dilekati).






33. Ida-paccayata: ‘karena kondisi oleh ini (yaitu, fakta bahwa segala sesuatu memiliki kondisi khusus).






34. Pativva-samuppada.






35. Sankhara: di sini mungkin bermakna ‘emosi’






36. Upadhi: semua factor yang mendukung pada kemelekatan, dan karenanya menimbulkan kelahiran-kembali.






37. Dalam versi lain, ia disebut Brahma Sahampati (suatu gelar misterius), dan dikenal dengan Brahma tertinggi (walaupun dalam pandangan Buddhiskeagungannya adalah relative: cf. DN 11).






38. Bhavissanti dhammassa annataro ti. Makna ini cukup jelas, tetapi I.B. Horner, dengan patuh mengikuti buah pikir (ke dua) dari gurunya Mrs. Rhys Davids, menerjemahkan: ‘(tetapi jika) merekaadalah pelajar dhamma, mereka akan berkembang’(MN 26 = MLS I, p. 212), dengan demikian memberikan bhavissanti makna berlebih atas ‘penjelmaan(lebih)’ yang oleh Mrs. Rhys Davids secara sembrono menuliskannya di mana pun dimungkinkan.






Mrs Bennet dalam versinya membuat kesalahan berbeda:’tidak akan diberitahukan tentang kebenaran’, menganggap annataro sebagai penambahan awalan negative.






39. Ini, tentu saja, lebih unggul daripada semua mata lainnya.






40. Sumedho: Nama dari Brahmana yang meninggalkan keduniawian di bawahBuddha Dipankara, yang kelak menjadi Buddha Gotama.






41. Pamuncantu saddham: ini telah salah interpretasikan dengan aneh, seperti, ‘lepaskan keyakinan kosongmu’ (Mrs. RD) dan ‘tinggalkan kepercayaan membutamu’ (bennet), karena salah membaca DA. Sub-Komentar menerjemahkan: Biarkan mereka menyatakan keyakinan mereka’.






42. Saudara sepupu Vipassi.






43. Cf. DN 6 n.5.






44. Alam surga telah terbuka bagi manusia sebelum kemunculan seorang Buddha.






45. Ini adalah pandangana terang yang lebih dalam daripada yang disebut dalam paragraph 11.






46. Pencapaian Nibbana (‘keabadian’) sekarang terbuka bagi manusia yang mengikuti Ajaran-Buddha.






47. Jumlah ini, tentu saja, lebih tidak masuk akal daripada 84.000 yangsebelumnya. Ini didasarkan pada pernyataan bahwa Vipassi memiliki‘kelompok’ yang sejumlah itu.






48. ‘tanah Jambu’, yaitu, India.






49. = Dhp.18450. = Dhp.18351. = Dhp.18552. Cf. DN. 3.1.1.






53. Alam dimana Yang-Tidak-Kembali dilahirkan.






54. Marisa: ‘Tuan’. Mereka tidak mengenali sebagai Sang Bhagava.






55. Sebagai Yang-Tidak-Kembali.






56. Dhammadhatu:’Unsur-Dhamma’.






57. Papanca. Menurut YM. Nanananda, Concept and Reality (BPS 1971) ini berarti ‘kecenderungan manusia kearah perkembangan di alam konsep’.






58. Lingkaran kelahiran kembali






59. Naskah Burma dan Thai menambahkan pernyataan bahwa Sang Buddha juga diberitahu tentang persoalan ini oleh para dewa.










Semoga bermanfaat.Semoga semua makhluk berbahagia.

Tidak ada komentar: