Rabu, 16 November 2011

INI BENAR , YANG LAIN SALAH



Apa fakta itu sebenarnya ?
Apakah sesungguhnya yang mendasari fakta ?
Tentunya bukan ingatan kita.

Ada seorang profesor yang baru pensiun di Amerika serikat.Saat memberesi berkas – berkasnya,ia menemukan bahwa 34 tahun sebelumnya ia pernah melakukan survei statistik pada kelompok anak- anak mengenai situasi kehidupan mereka di rumah.Dalam survei itu ia menanyakan apakah mereka lebih sayang ibu atau ayah,apakah orang tua mereka memahami mereka,apakah mereka bahagia di rumah,bahkan hal – hal kecil,misalnya apakah orang tuamu menghukum secara fisik.

Ia memiliki semua informasi tentang 150 anak siswa berumur 14 tahun.Nah,ini terjadi 34 tahun lalu.Ia memutuskan untuk melihat berapa banyak dari siswa-siswa itu yang bisa ia lacak dan kembali menanyai mereka pertanyaan yang sama dan melihat apakah ingatan mereka akan masa kecil mereka sesuai dengan apa yang mereka tulis 34 tahun sebelumnya.

Yang luar biasa mengenai studi ini adalah tidak adanya korespondensi sebelumnya.Ia berhasil menemukan 90 dari 150 anak-anak itu yang sekarang telah dewasa,dan menanyakan pertanyaan yang sama,”Apakah anda bahagia di rumah ?”Begitu banyak anak-anak yang dulu mengatakan,”Ya,kami bahagia di rumah,” kini 34 tahun kemudian menjawab,” Saya memiliki masa kecil yang buruk.”

Banyak anak-anak yang mengatakan bahwa orangtua mereka memberi hukuman fisik,kini mereka menjawab,”tidak,mereka tidak memberi hukuman fisik.” Fakta sederhana sungguh bisa berubah selama 34 tahun.Hal ini menunjukkan bagaimana kita bisa bergantung pada ingatan kita.Harap di ketahui bahwa acap kali penyelidik kecelakaan jalan raya mengambil pernyataan dari saksi,mereka terpukau pada kesaksian  pada orang-orang yang menyaksikan kecelakaan itu,namun memiliki kesaksian yang berbeda mengenai apa yang terjadi,meski baru terjadi beberapa menit yang lalu.Ingatan sungguh tidak bisa di andalkan.

Jadi ketika kita memahami hal ini,setidaknya kita tidak akan bertengkar lagi mengenai siapa yang melakukan apa dan kapan.Kita menerima kenyataan bahwa meski saya yakin sekali saya yang melakukan,saya yang mengatakan ini,melakukan itu,namun keyakinan itu tidak pasti.Secara pribadi saya tidak tahu apa yang saya lakukan.Saya bahkan tidak tahu apa yang telah saya ucapkan minggu lalu.Ingatanku dan ingatanmu mungkin agak berbeda,sehingga kita bisa menoleransi perbedaan ingatan dan tidak membuatnya menjadi konflik.

Saya selalu terkena masalah beberapa tahun yang lalu.sebagai bhiksu saya memiliki peraturan yang sangat ketat untuk di taati.Misalnya sebagai bhiksu,saya harus selibat,sebagai buktinya,saya tidak boleh sendirian bersama perempuan.sama pula dengan bhiksuni ,mereka tidak tidak boleh sendirian bersama laki-laki,sebab orang-orang mungkin akan menyebarkan berita ketika melihat anda pergi bersama perempuan itu setiap kali.

Sebelum saya pernah  terpikir akan menjadi bhiksu,ayah saya sering menceritakan lelucon ini : Apa enaknya jadi biarawan ? jawabannya : tidak ada..! Jadi, saya harus sangat berhati-hati ---itulah yang di harapkan orang banyak.Anda harus sangat berhati-hati,sangat ketat.Suatu hari kami mendapat kunjungan seorang bhiksuni,ia memakai jubah cokelat tua dengan kepala tercukur.Nah,suatu hari setelah makan siang pada hari Sabtu,bhiksuni ini masuk ke mobil bersama perempuan lain untuk di antar berkeliling melihat-lihat kota Perth.Salah seorang nyonya Thai yang habis memberi derma keluar dari balairung dan melihat orang berkepala botak dan berjubah cokelat ini,duduk di mobil,di samping perempuan.Langsung ia berkata,” Ajahn Brahm ! Ajahn Brahm ! Dia pergi dengan perempuan !”

Dan saya pastikan akan terkena masalah besar jika saya tidak kebetulan sedang keluar dari balairung pada saat itu,hingga membuat kaget si perempuan Thai ini.Pasti akan sulit membuktikan bahwa itu bukan saya,soalnya ia berkata begini,” saya lihat anda tadi.....,” ia sangat yakin,” Tadi itu Ajahn Brahm ! Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri,ia ada dalam mobil.”

Ini menunjukkan kepada anda betapa mudahnya terjebak dalam perdebatan bahkan karena apa yang anda lihat,bahkan untuk apa yang anda dengar,anda tidak bisa menerima itu sebagai fakta.Bukan hanya itu,namun apapun yang kita alami kita selalu melenceng karena kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat,kita mendengar apa yang ingin kita dengar.Beberapa bhiksu mendatangi saya dan meminta izin khusus agar mereka bisa pergi keluar negeri dan mengunjungi Thailand.

Mereka datang dan bertanya,”Bolehkah saya pergi ke Thailand ?”

“Tidak,anda tidak boleh pergi ke Thailand.”
“Bolehkah saya pergi ke Thailand ?”
“Tidak,anda tidak boleh pergi ke Thailand.” Berkali-kali begitu,namun begitu saya mengatakan ,” Terserah.” Mereka berkata ,”Oh,terima kasih,saya dapat pergi ke Thailand.”

Mereka hanya perlu mendengar anda menyetujui sekali saja.Jadi mereka terus bertanya,bertanya,dan bertanya.Orang pasti akan bilang ya jika kita terus mendesak mereka.Inilah yang terjadi ketika kita bertanya dengan maksud ingin mendengar sesuatu.Kita ingin mendengar sesuatu dan itulah yang akan kita dengar.Kata-kata lainnya yang terucap tidak kita dengar.Ini adalah mekanisme penyaring yang terjadi dalam batin.sering kali itulah sumber pertengkaran,sebab kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat,mendengar apa yang ingin kita dengar.Orang lain pun demikian.Persepsi kita berbeda,kenyataan bagi kita berbeda.itulah bibit konflik.

Untuk bisa mengatasi konflik,kita harus memahami bahwa apa yang kupikirkan,apa yang kukatakan bukanlah faktanya.Aku tidak lantas benar hanya karena aku sudah melihatnya,aku tahu hal ini sebab aku ingat,bukan berarti bahwa itu memang benar demikian.ini juga tidak berarti bahwa dia pun salah.

Ini adalah sesuatu di antara benar dan salah,inilah yang kita persepsikan ketika kita melihatnya dengan cara ini.Itulah mengapa Buddha mengatakan berulang kali ,”Siapa pun yang mengatakan bahwa ini benar dan yang lain salah hanya mengundang konflik dan masalah.”

( AJAHN BRAHM )

Tidak ada komentar: