Kamis, 17 November 2011

Mengapa Kita disini



Cuplikan dari ceramah YM Ajahn Chah

Tanyalah pada diri sendiri, " Mengapa Aku dilahirkan? "
Beberapa orang tidak tahu, mereka ingin bahagia tetapi penderitaan tidak berhenti, mengapa?
Kaya atau miskin, tua atau muda, semuanya sama-sama menderita, semua itu adalah penderitaan, mengapa?
Karena mereka tidak memiliki kebijaksanaan.
Yang miskin menderita karena kekurangan, yang kaya tidak bahagia karena mereka khawatir tentang hartanya.
Dulu sebagai samanera muda saya memberikan ceramah.
Saya membicarakan tentang kebahagiaan memiliki kekayaan, mempunyai banyak pembantu, dan sebagainya...
100 pembantu pria, 100 pembantu wanita, 100 ekor gajah, 100 ekor sapi, dan 100 ekor kerbau... 100 segalanya.
Umat awam benar-benar terhanyut akan itu. Tidak dapatkah kamu bayangkan merawat semua itu tadi?
Apakah juga akan menyenangkan?
Orang tidak mempertimbangkan sisi yang ini, mereka mempunyai napsu keinginan untuk memiliki sapi, kerbau, pembantu, ... ratusan.
Tetapi saya katakan bahwa punya 50 pun sudah terlalu banyak, hanya untuk menyediakan tali pengikat bagi sapi-sapi itupun sudah melelahkan.
Hanya saja orang tidak mempertimbangkan segi yang ini, mereka hanya mau memikirkan sisi baiknya saja, yaitu memiliki.
Mereka tidak mempertimbangkan persoalan-persoalan yang timbul karenanya.
Kalau kita tidak memiliki kebijaksanaan, segala di sekeliling kita dapat menjadi sumber penderitaan, sebaliknya jika kita bijaksana, hal-hal semacam ini akan dapat membantu kita terbebas dari penderitaan.

Mata, telinga, hidung, tubuh, dan pikiran... mata, sebenarnya tidak selalu merupakan sesuatu yang baik, bukan?
Misalnya jika kamu sedang dalam suasana hati yang tidak baik, maka melihat seseorang dapat membuatmu menjadi marah dan tidak dapat tidur atau dapat membuatmu jatuh cinta.
Cinta juga merupakan penderitaan, kalau kamu tidak dapat memperoleh yang kamu inginkan, baik cinta maupun benci, keduanya adalah penderitaan, karena ini merupakan napsu keinginan.
Keinginan untuk mendapatkan sesuatu... Bahkan jika kamu mendapatkannya pun kamu tetap akan menderita karena rasa takut kehilangan.
Hanya ada penderitaan....
Jadi bagaimana kamu bisa hidup bila demikian?
Kamu mungkin mempunyai rumah yang besar dan mewah, tetapi jika hatimu tidak  baik, maka selamanya keadaan itu tidak akan benar.
Karena itu kamu harus melihat dirimu sendiri, Mengapa kita dilahirkan?
Apakah kita benar-benar pernah mencapai sesuatu di dalam kehidupan?
Di desa ini orang mulai bercocok tanam sejak mereka masih kecil
Ketika mereka berusia 17 atau 18 tahun mereka cepat-cepat menikah, takut tidak punya cukup waktu untuk mengumpulkan kekayaan.
Mereka mulai bekerja dari usia muda karena berpikir dengan begitu mereka dapat menjadi kaya.
Mereka menanam padi sampai umur kira-kira 70 atau 80 tahun. Saya bertanya pada mereka, " Kalian telah bekerja dari saat kalian dilahirkan, sekarang hampir saatnya kalian pergi. Apa yang akan kalian bawa bersamamu?"
Mereka tidak bisa menjawab, yang bisa mereka katakan adalah " Tidak Tahu. "
Karena jawaban " Tidak Tahu. " inilah orang tidak berada di masa manapun.
Saat masih muda kamu berkata " Hidup seorang diri tidaklah menyenangkan. " Kamu akan merasa kesepian. Jadi kamu mencari pasangan hidup. Setelah hidup bersama lalu timbul keretakan .
Hidup sendiri terlalu sepi, hidup bersama timbul keretakan. Ketika anak-anak masih kecil orang tua berpikir " Nanti kalau anak-anak sudah dewasa pekerjaan kita akan lebih ringan. "
Mereka membesarkan anak-anak mereka, tiga, empat atau bahkan lima dengan pikiran bahwa saat anak-anak itu dewasa beban mereka akan menjadi ringan.
Tetapi ketika anak-anak itu sudah menjadi dewasa, hidup bahkan bertambah berat.
Bagaikan ada dua batang kayu dan kalian membuang yang kecil, mengambil yang besar dengan berpikir bahwa yang besar itu akan lebih ringan.

Tentu tidak demikian saudara-saudara, ketika anak-anak kalian masih kecil, mereka tidak terlalu mengganggu. Yang dibutuhkan hanyalah semangkuk bubur atau kadang-kadang pisang.
Ketika mereka dewasa, yang mereka inginkan adalah sepeda motor atau mobil.
Nah, karena kalian sayang anak, maka kalian tidak dapat menolak.
Jadi kamu mencoba memberikan apa yang mereka minta. Mulai timbul masalah baru....
Terkadang orang tua tidak setuju dan harus berdebat dengan anak-anak mereka, " Jangan beli mobil, uang kita tidak cukup! "
Tetapi karena kamu cinta anak , akhirnya kamu menuruti permintaannya, walau kamu harus berhutang, bahkan kadang ada orang tua yang harus mencuri untuk anak mereka.
Kemudian pendidikan, " Saat anak-anak nanti sudah selesai sekolah, tugas kita akan selesai. " Pendidikan tidak ada akhirnya saudaraku!
Apa yang akan selesai?
Hanya di dalam Ajaran Buddha-lah ada titik  penyelesaian, ilmu-ilmu yang lain hanyalah berputar-putar.
Pada akhirnya hanya menimbulkan sakit kepala, jika ada rumah tangga dengan empat atau lima orang anak, maka orang tua akan bertengkar setiap hari.
Penderitaan yang ada dihadapan kita luput dari perhatian, karena kita mengira bahwa penderitaan tidak akan pernah datang.
Ketika terjadi, kita baru tahu penderitaan yang ada dalam diri sulit untuk dilihat.
Ketika saya masih kecil, sambil memelihara kerbau saya mengambil batu bara dan menggosoknya pada gigi untuk membuatnya putih.
Saat di rumah saya berkaca melihat betapa putihnya gigi-gigi itu dan berbangga karenanya.... saya tertipu begitu saja oleh tulang saya sendiri, saat saya berusia 50 atau 60 tahun gigi saya mulai tanggal.
Saat itu kamu akan merasakan penderitaan, baik saat makan ataupun tidak, saya sudah mengalaminya. Jadi saya pergi ke dokter gigi untuk mencabut semua gigi yang tertinggal. Sekarang saya menggunakan gigi palsu.
Gigi saya yang asli telah menimbulkan masalah. jadi saya harus mencabut ke 16 gigi yang tersisa. Dokter gigi itu keberatan mencabut 16 gigi sekaligus, tetapi saya katakan padanya " Sudahlah cabut saja, saya yang akan menanggung konsekuensinya."
Jadi dicabutlah 16 gigi tersebut, benar-benar seperti memahami dan melepaskannya. Setelah itu saya tidak dapat makan selama dua atau tiga hari.
Sebelumnya, sebagai penggembala kerbau saya biasa berpikir bahwa memoles gigi adalah sesuatu hal yang hebat.
Saya mencintai gigi saya, menyangka mereka adalah barang bagus. Tetapi pada akhirnya semuanya harus pergi. Rasa sakit itu hampir membunuh saya.
Saya menderita sakit berbulan-bulan kadang bertahun karena gigi, terkandang gusi saya bengkak karenanya.
Beberapa dari kalian mungkin akan berkesempatan untuk mengalami hal yang sama suatu saat nanti.

Jika saat ini gigi Anda masih indah dan mengagumkan Anda masih suka menggosok agar putih dan bersih, tetapi hati-hatilah gigi-gigi itu akan mempermalukan Anda pada akhirnya nanti.
Saat ini saya hanya mencoba menggambarkan penderitaan yang berasal dari diri kita sendiri, tidak ada sesuatupun di dalam diri kita ini yang dapat diandalkan.
Memang saat kita masih muda, keadaan tubuh ini tidaklah terlalu buruk, tetapi dengan bertambahnya usia, bagian-bagian tubuh itu akan mulai rusak. Kondisi berjalan secara alami, walaupun kita dalam keadaan susah maupun senang, mereka tetap berjalan apa adanya.
Bagaimana reaksi kita? Hal itu tidak akan mengubah keadaan. Apakah kita berada di dalam kesakitan atau kesulitan, apakah kita hidup atau mati, tidak jadi soal bagi proses alami ini. Dan tidak ada pengetahuan atau ilmu yang dapat menahan proses alami ini.

Kamu mungkin dapat menyuruh dokter gigi merawat gigi kalian, tetapi pada akhirnya gigi itu juga harus pergi sesuai dengan proses alam. Pada akhirnya bahkan gigi dokter gigi itupun mengalami masalah yang sama, pada akhirnya semua akan hancur.
Hal-hal semacam inilah yang harus kita renungkan selagi kita masih punya kekuatan, kita harus berlatih selagi kita masih muda.
JIka kita ingin melakukan persembahan, bergegas dan lakukanlah.
Jangan hanya memasrahkan kepada orang tua.
Banyak orang yang menunggu menjadi tua sebelum mereka pergi ke vihara dan mempraktekkan Dhamma, mereka mengatakan hal yang sama...

Nah kalau sudah tua, " Saya tidak mengerti mengapa mereka berkata seperti itu? "
Apakah orang tua masih punya banyak energi?
Biarkan mereka berlomba dengan yang muda dan lihat perbedaannya dan hasilnya.
Mengapa harus menanti sampai tua dulu? Sepertinya mereka tidak akan mati.
Ketika mereka berusia 60 atau 70 tahun... cucunya berkata: " Ayo KeK! Kita pergi ke vihara? "
" Kalian pergilah sendiri, pendengaran kakek sudah tidak begitu jelas lagi. "
Kalian lihat maksud saya?
Ketika pendengarannya masih bagus, apa yang didengarnya? " Tidak tahulah? " dan ketika pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi barulah ia pergi ke vihara, percuma!
Dia mendengarkan, tetapi tidak tahu apa yang dibicarakan.
Untuk mempraktekkan Dhamma, sementara orang menunggu sampai dirinya sudah usang dan lapuk.
Percakapan hari ini akan berguna bagi mereka yang mengerti. Hal-hal semacam inilah yang harus mulai diperhatikan, mereka adalah warisan bagi kita, mereka akan menjadi beban yang makin lama makin bertambah berat bagi kita.
Pada masa yang lalu kaki yang kuat ini dapat membawaku berlari, sekarang hanya untuk berjalan saja sudah terasa berat.
Sebelumnya kaki ini yang membawa saya, sekarang sayalah yang harus membawanya. Ketika saya masih kecil, saya melihat orang-orang tua berdiri dengan kursi mereka dengan mengeluh " Ahh... " Bahkan sampai pada tahap inipun mereka masih belum belajar dan mengerti.
Ketika duduk kembali, mereka mengeluh " Ahh... " Selalu ada " Ahh... " ini.
Tetapi mereka belum mengerti apa yang membuat mereka mengeluh seperti itu.
Bahkan sampai pada tahap ini mereka tidak dapat melihat masalah yang ditimbulkan oleh tubuh ini. Semua yang menyebabkan penderitaan ini adalah kondisi yang sesuai dengan proses alami.
Orang mempunyai reumatik, sakit tulang, dan sebagainya dan dokter menulis resep obat,yang tentu tidak dapat menyembuhkan sepenuhnya.
Pada akhirnya semua hancur termasuk dokternya sendiri! Ini adalah kondisi yang berjalan sesuai dengan prose salami. Begitulah jalannya, prosesnya.
Sekarang amatilah hal tersebut , jika kalian dapat melihat jauh, kalian akan dapat menjadi lebih baik.
Sama halnya bila kalian melihat seekor ular berbisa yang ada dihadapanmu, jika kalian melihatnya, kalian dapat memilih jalan yang lain, kalau kalian tidak melihat ular tersebut, kemungkinan kalian akan terus berjalan dan menginjak ular tersebut, maka kalian akan digigitnya.
Pada saat penderitaan timbul,orang tidak tahu harus berbuat apa?
Kemana harus pergi. Mereka ingin menghindar dari penderitaan, mereka ingin bebas tetapi tidak tahu bagaimana harus menghadapinya bila hal itu terjadi.

Dan begitulah mereka hidup sampai mereka tua, sakit dan mati.
Pada masa yang silam dikatakan bahwa bila ada saudara yang sakit, maka saudara dekat mereka membisikkan " Buddho, Buddho " di telinga mereka.
Apa yang akan mereka lakukan dengan " Buddho? " Apa manfaatnya?
Mengapa mereka tidak mempelajarinya saat mereka masih muda dan sehat?
Sekarang dengan nafasnya yang tersenggal-senggal kalian maju dan membisikkan "Buddho, Buddho! "
Orang tidak tahu bagaimana memecahkan masalah dalam diri mereka sendiri, mereka tidak punya perlindungan.
Mereka dengan mudah menjadi marah dan punya banyak keinginan.
Kenapa demikian?
Karena mereka tidak memiliki tempat untuk berlindung.
Ketika orang baru saja menikah, mereka dapat mengerti satu sama lain dengan baik.
Tetapi saat mencapai usia 50, mereka tidak dapat lagi melakukan hal itu.
Apapun yang dikatakan oleh di istri tidak dapat diterima suami. Dan apapun yang dikatakan suami tidak didengar oleh si istri., mereka saling menolak.
Di sini saya hanya berkata demikian karena saya tidak pernah punya rumah tangga sebelumnya.
Kenapa tidak? Cukup dengan melihat struktur kata " Haouse Hold" ( Ikatan rumah tangga) saya tahu seperti apa itu. Apakah House Hold?
Ini adalah suatu " Hold" ( ikatan ).
Jika seseorang mengambil tali dan mengikat kita pada kursi, bagaimana rasanya? Inilah yang disebut " diikat ".
Bagaimanapun kelihatannya, " diikat " ya seperti itu, ada lingkaran batas yang pria hidup dalam batas-batas tertentu, demikian pula wanita.
Ketika saya membaca kata "Ikatan rumah tangga. " Wah... ini adalah suatu hal yang berat. Ini tidak sembarangan, benar-benar dapat membunuh. Kata "Ikatan " ini adalah symbol dari penderitaan.
Kamu tidak dapat pergi kemanapun, kamu harus hidup di dalam batas-batas tertentu.


Sekarang kita beralih pada kata " House " yang berarti sesuatu yang mengganggu (hassles ). Kata " Ikatan rumah tangga " ini membawa kebingungan, kebahagiaan semu yang didapat tidak sepadan dengan kerepotan yang dihasilkan.
Karena kata inilah saya mampu melakukan penahbisan dan tidak lepas jubah. "Ikatan rumah tangga " menakutkan saya.
Kamu terikat dan tidak bisa pergi kemanapun, masalah dengan anak-anak, uang dan sebagainya.
Jadi kemanapun kamu dapat pergi?
Kamu terikat.
Ada banyak anak laki-laki dan perempuan, pertengkaran-pertengkaran yang tidak berujung pankal sampai akhir hayatmu, dan tidak bisa keluar betapapun menderitanya.
Air mata terus berjatuhan, air mata tidak akan berhenti dengan urusan rumah tanggaini.
Jika tidak ada "Ikatan rumah tangga, kamu mungkin akan berhenti menangis bukan sebaliknya.
Pertimbangan hal ini.Bila kamu belum mengalami hal ini sekarang, kamu akan mengalaminya nanti.
Beberapa orang sudah mengalaminya sampai tahap tertentu, bahkan sebagian dari mereka telah sampai pada puncak penderitaan dan berpikir " Haruskah saya tetap hidup atau mati saja? "

Di Wat Ba Pong, adasekita 70-80 kuti, ketika kuti-kuti itu hampir penuh terisi, saya memberitahukan kepada bhikkhu yang mengurusnya untuk tetap mengosongkan beberapa untuk berjaga-jaga, jika kedatangan orang yang habis bertengkar dengan pasangannya.
Betul saja, tak lama kemudian seseorang wanita datang dengan tas-tasnya. " Saya jenuh dengan dunia, bhante.
" Wah... jangan berkata begitu, kata-kata ini sungguh terlalu berlebihan.
" Kemudian suaminya juga datang dan mengatakan bahwa ia juga sudah jenuh. Setelah dua sampai tiga hari di vihara, kekhawatiran-kekhawatiran duniawi mereka lenyap.
Mereka mengatakan bahwa mereka jenuh, tetapi sebenarnya mereka menipu diri sendiri. Setelah mereka berada di dalam kuti masing-masing dan duduk dengan tenang, tak lama kemudian berbagai pikiran datang... " Kapankah pasanganku akan datang dan memintaku pulang? "
Mereka tidak betul-betul tahu apa yang sedang terjadi.
Apakah sebetulnya kekhawatiran-kekhawatiran duniawi mereka itu.
Mereka sedih karena sesuatu dan kemudian datang ke vihara.
Di rumah segala sesuatu terasa serba salah... suami salah, istri salah... Setelah tiga hari mereka berpikir ... " Hmm, betul juga istri saya, sayalah yang salah. " " Suami saya betul, saya seharusnya tidak terlalu marah."
Mereka bertukar sisi.Inilah yang menyebabkan saya tidak memikirkan keduniawian dengan terlalu serius.
Saya tahu datang dan perginya kejadian-kejadian itu dan inilah yang menyebabkan saya memilih hidup sebagai bhikkhu.
Saya ingin menyajikan percakapan kali ini untuk kamu semua sebagai pekerjaan rumah, tidak menjadi masalah apakah kamu bekerja di ladang atau bekerja di kantor.
Perhatikan kata-kata ini dan pertimbangkanlah... " Mengapa saya dilahirkan? Apakah yang dapat saya bawa serta? "
Tanyalah pada dirimu sendiri berulang kali, kamu akan menjadi bijaksana.
Jika kamu tidak bercermin pada hal-hal semacam ini, kamu akan tetap tidak peduli.
Mendengarkan percakapan hari ini, kamu mungkin akan mampu mendapatkan beberapa pengertian.

Jika tidak sekarang, mungkin nanti setelah kamu di rumah atau sore ini ketika kamu mendengarkan percakapan ini, semua terasa jinak.
Ketika kamu akan pulang, mungkin banyak hal menunggumu di mobil, ketika kamu masuk mobil, mungkin masala-masalah itu masuk bersama ke dalam pikiranmu.
Sesampainya di rumah segalanya menjadi jelas... " Oh, inilah yang dimaksudkan bhante. Saya tidak dapat melihat hal itu sebelumnya. "
Kiranya cukup sekian untuk hari ini. Jika saya bicara terlalu lama, badan tua ini terasa lelah.

SELESAI....


Tidak ada komentar: