Suatu hari ada orang yang menghadiri acara yang
dilaksanakan dengan duduk bersila bersama. Dia kehilangan sepatunya. Setelah
acara selesai, dia mencari-cari dimana sepatu yang tadi dia lepaskan sebelum memasuki
ruangan itu. Lama dia mencari hingga semua yang hadir telah meninggalkan
tempat, tetapi sepatunya belum juga ketemu.
Sekarang pikirannya mulai gelisah, sangat gelisah. Dia kehilangan sepatunya dan menjadi risau, bagaimana nanti kalau pulang tanpa alas kaki. Tidak hanya gelisah, dia pun mulai mencurigai orang-orang tertentu sebagai pencuri sepatunya. Kegelisahan dan kemarahan pun dibawanya sampai ke rumah. Banyak orang di rumah mendapat porsi kemarahannya juga. Demikian juga sampai malam menjelang tidur, dia selalu memikirkan siapakah pencuri sepatunya. Sampai waktu tidur, dia pun bermimpi menemukan kembali sepatunya. Tetapi begitu terbangun,
ternyata hanya mimpi, kecewa sekali. Sepatu yang hilang itu telah menyita waktu bahkan menyiksa pikirannya selama berhari-hari. Dia penasaran sekali.
Orang itu akhirnya datang kepada saya. Tetapi, bukannya meminta nasihat akan kepusingannya– setelah dia menceritakan tentang sepatunya yang hilang dan kepusingannya yang sudah beberapa hari–dia langsung saja bertanya, dimana sekarang sepatunya itu. Dia menganggap saya mempunyai kemampuan di luar kemampuan manusia biasa, bisa melihat dari jauh keberadaan sepatunya sekarang.
Saya menjawab, “Oh ya, saya tahu di mana sekarang sepatu Anda yang hilang itu.” Seketika wajahnya menjadi berseri-seri. Saya melanjutkan menjawab, ”Sepatu Anda sekarang berada di dalam pikiran Anda sendiri”.
Dia sejenak terkejut, tetapi lalu menunduk agak tersipu-sipu malu.
Kemudian saya menjelaskan bahwa kita cenderung menyimpan dan mengumpulkan banyak hal, tidak mau berlatih melepas, termasuk mangumpulkan masalah, yang kecil-kecil sekalipun. Kita simpan dan kita bawa kemana-mana masalah-masalah yang menyiksa itu.
Kalau kita belajar melepas milik kita secara benar dengan cara memberikan dana, memberi amal pertolongan kepada siapapun yang memerlukan–yang sudah tentu dilakukan sesuai dengan kemampuan kita–maka kita mulai balajar melepas.
Tidak hanya mengikuti keserakahan dengan mencari, mengumpulkan, dan menyimpan. Terus mencari, mengumpulkan dan menyimpan sepanjang hari, selama hidup.Sulit melatih diri melepaskan sesuatu untuk kebajikan.
Kalau kita sering dan senang berlatih melepas dengan memberi kebajikan, maka kalau timbul masalah yang mengganggu pikiran, kita bisa dengan tidak sulit melepaskannya. Mana yang Anda pilih? Materi Anda tetap utuh tetapi pikiran Anda kacau, hancur; atau biarlah materi terlepas – kalau memang amat sulit didapat kembali – asalkan pikiran atau mental Anda tidak hancur. Dalam kehidupan ini, bukankah kita menginginkan ketentraman?
Sekarang pikirannya mulai gelisah, sangat gelisah. Dia kehilangan sepatunya dan menjadi risau, bagaimana nanti kalau pulang tanpa alas kaki. Tidak hanya gelisah, dia pun mulai mencurigai orang-orang tertentu sebagai pencuri sepatunya. Kegelisahan dan kemarahan pun dibawanya sampai ke rumah. Banyak orang di rumah mendapat porsi kemarahannya juga. Demikian juga sampai malam menjelang tidur, dia selalu memikirkan siapakah pencuri sepatunya. Sampai waktu tidur, dia pun bermimpi menemukan kembali sepatunya. Tetapi begitu terbangun,
ternyata hanya mimpi, kecewa sekali. Sepatu yang hilang itu telah menyita waktu bahkan menyiksa pikirannya selama berhari-hari. Dia penasaran sekali.
Orang itu akhirnya datang kepada saya. Tetapi, bukannya meminta nasihat akan kepusingannya– setelah dia menceritakan tentang sepatunya yang hilang dan kepusingannya yang sudah beberapa hari–dia langsung saja bertanya, dimana sekarang sepatunya itu. Dia menganggap saya mempunyai kemampuan di luar kemampuan manusia biasa, bisa melihat dari jauh keberadaan sepatunya sekarang.
Saya menjawab, “Oh ya, saya tahu di mana sekarang sepatu Anda yang hilang itu.” Seketika wajahnya menjadi berseri-seri. Saya melanjutkan menjawab, ”Sepatu Anda sekarang berada di dalam pikiran Anda sendiri”.
Dia sejenak terkejut, tetapi lalu menunduk agak tersipu-sipu malu.
Kemudian saya menjelaskan bahwa kita cenderung menyimpan dan mengumpulkan banyak hal, tidak mau berlatih melepas, termasuk mangumpulkan masalah, yang kecil-kecil sekalipun. Kita simpan dan kita bawa kemana-mana masalah-masalah yang menyiksa itu.
Kalau kita belajar melepas milik kita secara benar dengan cara memberikan dana, memberi amal pertolongan kepada siapapun yang memerlukan–yang sudah tentu dilakukan sesuai dengan kemampuan kita–maka kita mulai balajar melepas.
Tidak hanya mengikuti keserakahan dengan mencari, mengumpulkan, dan menyimpan. Terus mencari, mengumpulkan dan menyimpan sepanjang hari, selama hidup.Sulit melatih diri melepaskan sesuatu untuk kebajikan.
Kalau kita sering dan senang berlatih melepas dengan memberi kebajikan, maka kalau timbul masalah yang mengganggu pikiran, kita bisa dengan tidak sulit melepaskannya. Mana yang Anda pilih? Materi Anda tetap utuh tetapi pikiran Anda kacau, hancur; atau biarlah materi terlepas – kalau memang amat sulit didapat kembali – asalkan pikiran atau mental Anda tidak hancur. Dalam kehidupan ini, bukankah kita menginginkan ketentraman?
(oleh : YM. Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera)
Sumber: Buku Bersahabat dengan Kehidupan
Sumber: Buku Bersahabat dengan Kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar