Baizhang (720-814), Master
Chan semasa Dinasti Tang, bermarga asli Wang, semenjak kecil telah menjalani
kehidupan tanpa rumah. Beliau belajar Chan dari Master Mazhu (Daoyi).
Setelah mencapai pencerahan,
beliau menetap di Gunung Baizhang
(sekarang di wilayah
Kecamatan Fengxin, Propinsi Jiangxi, Tiongkok), sebab itu beliau dikenal
sebagai “Baizhang Huaihai”. Tata tertib Institusi Chan yangbeliau tetapkan, di
kemudian hari dikenal sebagai “Baizhang Qinggui” –
Tata Tertib Murni Baizhang.
Baizhang juga dikenal
dengan semboyan beliau:
sehari tidak bekerja,
sehari tidak makan.
Suatu hari ketika Baizhang
mengiringi Mazhu Daoyi,
mereka melihat sekelompok angsa liar sedang terbang. Master Mazhu
bertanya, “Apa itu?”
Baizhang menjawab, “Angsa liar.”
Mazhu bertanya lagi, “Pergi
ke mana?”
Baizhang menjawab, “Sudah terbang
pergi.”
Mazhu menjepit hidung
Baizhang. Baizhang berteriak
kesakitan.
Mazhu lalu berkata, “Masih bilang
terbang pergi?”
Baizhang seketika itu juga mengalami pencerahan.
Mengatakan angsa liar
terbang pergi, itu tidak salah,
namun yang menjadi permasalahan adalah pikiran Baizhang juga ikut “terbang
menjauh”.
Rasa sakit di hidung karena
jepitan jari tangan Mazhu menyadarkan
Baizhang, itulah ‘saat ini’. Saat ini adalah
yang paling nyata,
paling penting dan paling berarti.
Kisah Chan (Gong-an) ini
mengajarkan:
1, ‘saat ini’ adalah yang paling
penting;
2, bila berubah maka sudah menjadi ‘masa lalu’;
3, bila tidak berubah, itu tidaklah mungkin karena
demikianlah proses anicca,
segala yang berkondisi di alam semesta ini senantiasa
berubah.
Tiga hal di atas
menyadarkan kita bagaimana harus
menjaga hati dan pikiran ini. Ibaratnya sebuah cermin yang hanya
menampakkan bayangan benda yang
berada di depannya, ketika benda itu berlalu, tak ada lagi tersisa
sedikitpun bayangan benda itu di
dalam cermin.
Angsa liar telah terbang berlalu, namun dalam benak pikiran
Baizhang masih melekat dan menyisakan bayangan angsa liar.
Demikian pula hati dan
pikiran kita, setiap saat
melekat pada yang telah berlalu, belum tiba ataupun yang tidak nyata.
Pencerahan Baizhang menyadarkan
kita untuk berani belajar ‘melepas’.
Melepas apa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar